KA Komuter Untung Jika Angkut 10 Juta Orang/ Tahun

  • Oleh :

Rabu, 17/Sep/2014 10:43 WIB


JAKARTA (beritatrans.com) - Pemerintah perlu memikirkan memberikan subsidi operasi untuk kereta komuter (coomuter line) termasuk KA bandara yang akan dibangun jaringan kereta api (KA) ke beberapa bandara utama di Jawa dan Sumatera. "Untuk jangka panjang, tentu lebih hemat membangun dan mengoperasikan KA Kommuter termasuk KA Bandara. Tapi, pemerintah juga perlu memikirkan untuk memberikan subsidi pada tahap awal," ujar pakar transportasi Unika Soegijapranoto Semarang, Djoko Setijowarno menjawab beritatrans.com di Jakarta, kemarin.Menurutnya, KA Komuter akan untung jika mengangkut sedikitnya 10 juta penumpang per tahun. Oleh karena itu, perlu dipikirkan bagaimana operasional KA Komuter di berbagai kota di Indonesia bisa teralisir, bebas kemacetan dan hemat BBM subsidi. "Jika penumpang KA Kommuter masih dibawah 10 juta belum untung. Bagi pelaku usaha termasuk BUMN KAI sendiri akan berfikir ulang jika secara ekonomi rugi mengopreasikan KA komuter tersebut," kilah Djoko. Untuk KA komuter Jakarta mungkin bagus dan sudah untung. KA yang dioperasikan PT Kereta Commuter Jakarta (KCJ), anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia (KAI) itu sudah untung. Dengan asumsi setiap hari KCJ mengangkut 500.000 penumpang maka dalam setahun ada 18 juta penumpang. "Jika dikelola dengan baik dan profesional, KCJ pasti untung itu," papar Djoko lagi.Permasalahan ke depan, pemerintah bersama BUMN atau swasta akan membangun jaringan KA komuter ke beberapa bandara utara di Jawa dan Sumatera. Saat ini, jaringan KA Bandara yang sudah dibangun antara lain di Bandara Soekarno-Hatta Tangerang, Bandara Kuala Namu Medan. Menyusul akan dibangun jaringan KA ke Bandara Minangkabau Padang, dan Bandara Pandeglang yang akan dibangun sindikasi PT Lion Mentari Air dan PT KAI."Kita sangat mendukung pembangunan KA komuter termasuk KA Bandara. Tapi harus dipikirkan juga, untuk tahap awal perlu ada subsidi. Apalagi jika jumlah penumpangmasih kurang dari 10 juta orang per tahun, maka operasikan KA komuter belum untung. Bagaimana investor mau menutup modalnya," tandas Djoko.(helmi)