Ini Alasan Pesawat Menghindari Terbang di Atas Pegunungan Himalaya

  • Oleh : Dahlia

Rabu, 18/Nov/2020 22:52 WIB
Pegunungan Himalaya Pegunungan Himalaya

Jakarta (BeritaTrans.com) - Banyak dari kalian mungkin mengira bahwa seluruh wilayah di bumi pernah dilintasi pesawat.

Namun, ternyata masih ada beberapa kawasan yang sangat jarang dilintasi pesawat seperti Arktik, Antartika, dan Himalaya.

Baca Juga:
Pesawat Boeing 787 LATAM Airlines Terjun Bebas, Penumpang Terlempar dari Kursi hingga 50 Terluka

Bukannya pesawat terbang tidak pernah terbang di atas area ini, namun untuk alasan keamanan, mereka umumnya memilih untuk tidak melakukannya.

Kali ini, kita akan melihat mengapa pesawat menghindari terbang di atas Himalaya.

Baca Juga:
Hilangnya Pesawat Smart Aviation, Diduga Jatuh di Area Pegunungan

 

Melansir laman Simple Flying, Rabu (18/11/2020), secara teknis banyak pesawat modern dapat terbang melintasi Himalaya.

Baca Juga:
Bandara AP II Buka Rute Baru pada 2024, Ini Maskapai dan Jalur Penerbangannya!

Tapi itu adalah wilayah yang sangat luas, panjangnya lebih dari 2.300 kilometer dengan ketinggian rata-rata lebih dari 6.000 meter.

Puncak tertinggi adalah Everest, dengan ketinggian 8.848 meter, yang berarti maskapai penerbangan komersial tidak dapat terbang di bawah tingkat penerbangan FL310 di sekitarnya.

Fakta itu segera mengesampingkan banyak jenis pesawat modern pada penerbangan jarak jauh, seperti Boeing 777-300.

tribunnews

Himalaya juga termasuk dalam wilayah perbatasan yang sensitif secara politik.

China sangat membatasi akses pesawat komersial di atas Tibet, umumnya hanya mengizinkan maskapai penerbangan China untuk terbang melewati wilayah tersebut.

Pegunungan Himalaya 

Baik militer China maupun India melakukan latihan ekstensif di dalam dan sekitar Himalaya, dan mungkin ada lalu lintas militer yang cukup besar di daerah tersebut.

Kendala lain adalah kurangnya medan datar, yang berarti peluang untuk pendaratan darurat sangat sedikit dan jarang.

Hanya ada dua bandara yang layak di wilayah tersebut, Lhasa dan Kathmandu.

Bandara Gonggar Lhasa memiliki landasan pacu 4.000 meter, dan Bandara Internasional Tribhuvan Kathmandu memiliki landasan pacu 3.350 meter.

Ini bukan berarti pesawat komersial tidak pernah terbang di atas Himalaya.

Beberapa pesawat pernah melakukannya, terutama maskapai penerbangan China.

Biasanya ada sejumlah penerbangan domestik di Nepal yang menuju ke pegunungan Himalaya.

Selain itu, terdapat beberapa rute internasional jarak pendek, seperti antara Kathmandu dan Xian, Lhasa, dan Chengdu.

tribunnews

Himalaya menghadirkan tantangan keamanan bagi pesawat terbang

Dari sudut pandang permintaan murni, Himalaya terletak di bagian dunia yang umumnya tidak memiliki banyak lalu lintas penerbangan.

 

Penerbangan antar kota di Asia dan Eropa biasanya terbang ke utara atau selatan Himalaya hanya karena lebih pendek.

Dalam hal penerbangan jalur utara-selatan, tidak banyak rute antar kota yang harus terbang di atas Himalaya.

tribunnews

Ilustrasi pesawat (Photo by Anne Nygård on Unsplash)

Letak geografi di Hinalaya menghadirkan banyak tantangan keselamatan bagi pesawat terbang.

Misal pesawat sedang berada di tingkat penerbangan FL340 dengan aman di atas gunung tertinggi di Himalaya dan mengalami peristiwa dekompresi.

 

Saat masker oksigen turun, maka pesawat harus turun ke ketinggian 10.000 kaki dengan cepat.

Jika tidak, pasokan oksigen akan habis.

Kendati demikian, turun ke ketinggian 10.000 kaki bukanlah pilihan di atas Himalaya.

Tidak adanya bandara yang tersedia di wilayah sekitar membuat pendaratan darurat semakin memperumit masalah.

tribunnews

Masalah turbulensi dan kemungkinan pembekuan bahan bakar

Masalah keamanan selanjutnya adalah jumlah turbulensi udara bersih di sekitar Himalaya.

Turbulensi udara yang jernih sulit terdeteksi radar, sehingga sulit bagi pilot untuk melihatnya.

Pegunungan yang tinggi merupakan tempat lahirnya turbulensi udara yang jernih.

Maka dari itu pesawat menghindari terbang di atas pegunungan Himalaya.

Menurut Administrasi Penerbangan Federal, turbulensi udara yang jernih adalah penyebab nomor satu cedera penumpang dan awak dalam kecelakaan non-fatal.

Lalu ada masalah terkait pembekuan bahan bakar.

Semakin tinggi kamu terbang, semakin dingin kondisinya.

Bahan bakar pesawat bisa membeku pada -47 derajat celcius dan itu kemugnkinan terjadi jika pesawat terbang di atas Himalaya.

Biasanya, pesawat akan turun ke ketinggian yang lebih rendah (dan lebih hangat) untuk menghindari masalah tersebut.

Jelas, jika melintasi pegunungan Himalaya, ini bukanlah pilihan.

(lia/sumber:trinbunnews.com)