Sinergitas Bandara Kertajati, Pelabuhan Patimban dan Tol Cisumdawu akan Genjot Perekonomian Jawa Barat

  • Oleh : Redaksi

Senin, 23/Nov/2020 16:40 WIB
Menurut Direktur Utama PT BIJB Salahudin Rafi, PT BIJB saat ini tengah fokus dalam pengembangan aerocity dan pengembangan bisnis lain. Penguatan fasilitas lewat investasi didorong PT BIJB agar bandara memberikan nilai tambah ekonomi kawasan. Sehingga diharapkan PT BIJB dapat berkontribusi menjadi motor penggerak perekonomian di Jawa Barat. Menurut Direktur Utama PT BIJB Salahudin Rafi, PT BIJB saat ini tengah fokus dalam pengembangan aerocity dan pengembangan bisnis lain. Penguatan fasilitas lewat investasi didorong PT BIJB agar bandara memberikan nilai tambah ekonomi kawasan. Sehingga diharapkan PT BIJB dapat berkontribusi menjadi motor penggerak perekonomian di Jawa Barat.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat akan cepat pesat seiringan implementasi sinergitas infrastruktur transportasi berupa Pelabuhan Patimban, Tol Cileunyi–Sumedang–Dawuan (Cisumdawu) serta Bandara Kertajati. Sinergitas itu dipastikan tidak lama lagi terwujud.

 Pemerintah mempercepat penyelesaian pembangunan tahap I.1 Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Pelabuhan ini direncanakan mulai beroperasi secara terbatas pada Desember 2020. 

Baca Juga:
Tol Cisumdawu Bakal Rampung, Bandara Kertajati Majalengka Kembali Layani Penerbangan Komersial

Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, mengklaim operasional Pelabuhan Patimban akan memberikan sejumlah manfaat. Salah satunya, mendongkrak roda perekonomian nasional dengan adanya percepatan arus logistik. 

"Pelabuhan Patimban juga dapat diharapkan sebagai pengungkit utama daripada pemulihan ekonomi nasional. Saya banyak berdiskusi dengan Pak Menperin bahwa Kementerian Perindustrian sudah siap mendukung kegiatan ini," tutur Budi dalam diskusi virtual, Jumat (20/11/2020). 

Baca Juga:
Pengerjaan Tol Akses Bandara Kertajati Ditargetkan Selesai Bulan Ini

 Dengan kehadiran Pelabuhan Patimban, arus logistik tidak akan hanya terfokus ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Percepatan arus tersebut akan berimplikasi terhadap terjadinya efisiensi logistik. Dengan demikian, para pelaku usaha akan mendapatkan biaya logistik yang lebih murah. 

Mantan Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) itu menjelaskan, efisiensi biaya logistik erat kaitannya dengan konsep integrasi pelabuhan utama dengan pelabuhan pengumpan, atau hub and spoke. 

"Target penurunan biaya logistik ini erat kaitannya dengan bagaimana kita membuat konsep hub and spoke," ujarnya. Hub and spoke diproyeksi mampu menarik minat para pelaku usaha untuk membangun industri di sekitar Pelabuhan Patimban. Munculnya industri-industri baru diharapkan dapat menyerap tenaga kerja, sehingga pada saat bersamaan mampu mendongkrak perekonomian nasional.

Magnet Baru

Gubernur Ridwan Kamil mengatakan, Pemprov Jabar mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk menjadikan Patimban City (Kota Patimban) sebagai dukungan sistem Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang. Hal itu sesuai prinsip Pemprov Jabar untuk menghadirkan pembangunan berkelanjutan dalam pembangunan di Jabar.

Menurut gubernur, nanti pusat pertumbuhan tidak hanya sebagai tempat mencari nafkah, tetapi juga dilengkapi tempat tinggal, rekreasi, kesehatan, hingga pendidikan.

”Oleh karena itu, kami ingin menghadirkan kota baru yang sementara ini disebut Kota Patimban di Subang. Skenario kami, dalam 10–15 tahun, akan hadir 1 juta penduduk di luas 5 ribu hektare,” ucap Ridwan Kamil seperti dilansir dari Antara.

”5 ribu hektare ini per Kamis (5/11) sedang kami desain. Sehingga nanti sepertiganya (adalah) area supporting system kepada industri pelabuhan dan dua per tiganya kota masa depan di mana ada hunian, rekreasi, dan tata guna lahan yang sifatnya campuran,” tambah Ridwan Kamil.

Usul sejak awal pembangunan itu pun menjadi bagian dalam upaya Pemprov Jabar untuk mendukung program pemerintah pusat dengan menyempurnakan sebuah kawasan menjadi kawasan perkotaan kelas dunia yang modern.

”Karena rencana Patimban City ini dari nol, kami akan hadirkan secara maksimal. Menjadi kota pelabuhan tercanggih, terbaik, melengkapi Pelabuhan Patimban yang didesain terbesar dan tercanggih juga. Sehingga pesan kepada masyarakat bahwa ini lahir batin, tidak hanya ekonomi pelabuhan saja, tapi juga ada fungsi alun-alun, pendidikan, masjid agung, rekreasi, landmark, dan lainnya,” kata Ridwan Kamil.

Ridwan Kamil pun berharap pemerintah pusat bisa mendukung infrastruktur konektivitas maupun tata ruang dari Pelabuhan Patimban ke wilayah sekitarnya. Sehingga, pembangunan pelabuhan tersebut bisa memberikan manfaat regional sehingga industri kecil pun bisa menikmati peluang ekonomi.

Adapun kawasan Patimban bersama Cirebon dan Kertajati (Kabupaten Majalengka) diproyeksikan menjadi Metropolitan Rebana. Di kawasan industri Segitiga Rebana itu, rencananya akan ada 10 hingga 12 pusat pertumbuhan baru, termasuk Patimban City yang diminati investor asal Jepang.

Pelabuhan Patimban diperkirakan akan menjadi magnet baru bagi pertumbuhan kawasan industri dan pengembangan koridor yang sudah ada saat ini. Subang saat ini menjadi daerah yang paling diminati.

Pasalnya, Subang berada di dekar dengan Pelabuhan Patimban. Selain itu, letak geografis Subang juga berada di antara Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Director Industrial & Logistics Services Colliers International Indonesia Rivan Munansa mengatakan, pembangunan infrastruktur besar-besaran yang dilakukan oleh pemerintah untuk menghubungkan Jawa Barat dan Jawa Timur akan semakin meningkatkan posisi strategis Subang. Hal tersebut juga didukung dengan beroperasinya Bandara Kertajati yang berjarak 40km dari Patimban melalui Tol Cipali.

“Berada pada lokasi yang strategis, perusahaan dan industri yang berada di Subang berpotensi untuk meningkatkan distribusi produknya lebih luas dan lebih cepat,” ujarnya kepada Okezone, Jumat (20/11/2020).

Menurut Rivan, beberapa perusahaan telah berpindah atau melakukan perluasan ke daerah Jawa Tengah. Sebab harga tanah dan juga Upah Minimum Regional (UMR) yang lebih rendah.

Tol Cisumdawu

Sementara itu, Tol Cisumdawu ditargetkan selesai tahun 2021. Tol tersebut memiliki panjang 61 kilometer. 

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono berharap Tol Cisumdawu dapat meningkatkan konektivitas dari dan ke Bandara Internasional Kertajati. 

"Jalan tol yang terdiri atas enam seksi tersebut akan terhubung dengan Jalan Tol Akses Bandara Kertajati dan diharapkan dapat meningkatkan konektivitas ke Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati yang sudah mulai beroperasi,” ujar Basuki melalui keterangan tertulis, Senin (23/11/2020). 

Basuki mengatakan, Tol Cisumdawu Seksi I Phase III Cileunyi-Rancakalong (10,57 km), Seksi II Phase I Rancakalong-Ciherang (10,57 km), dan Seksi II Phase II Ciherang-Sumedang (10,70 km) dikerjakan pemerintah. Progres konstruksinya jalan sepanjang 27,62 km tersebut sudah mencapai 82,50 persen. 

Kemudian, Seksi III, IV, V, VI yang dikerjakan oleh Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) PT Citra Karya Jabar Tol sepanjang 33,22 km progresnya mencapai 22,73 persen. BUJT tersebut mengerjakan Sumedang-Cimalaka 4,05 km dan Seksi IV Cimalaka-Legok 8,20 km. 

Selanjutnya Seksi V Legok-Ujung Jaya sepanjang 14,90 km dan Seksi VI Ujung Jaya-Dawuan 6,07 km konstruksinya sudah berjalan 4,85 persen. 

"Dengan rampungnya jalan tol ini diharapkan bisa mengurai kepadatan lalu lintas yang kerap terjadi di sekitar wilayah tersebut. Selain itu, Jalan Tol Cisumdawu juga akan terhubung dengan Jalan Tol Akses BIJB Kertajati sehingga nantinya semakin mengurangi waktu tempuh dari Bandung sekitar 3 jam menjadi 1 jam," katanya. 

Jalan Tol Cisumdawu Seksi 1-2 diharapkan dapat selesai konstruksi secara keseluruhan pada September 2021. Kemudian menyusul Seksi 3-6 juga dapat rampung konstruksinya secara bertahap sehingga dapat dinikmati masyarakat dalam mendukung akses kelancaran lalu lintas kendaraan di Jawa Barat.

Anggota Komisi V DPR RI Neng Eem Marhamah Zulfah berharap pembangunan Pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) jalan Tol Cisumdawu dapat memacu pertumbuhan ekonomi khususnya di Jawa Barat. Melalui pembangunan jalan tol menurutnya, dapat menjadi akses penunjang dalam mempercepat kendaraan logistik sehingga akan mempercepat distribusi barang dan berdampak pada kegiatan perekonomian masyarakat sekitar.

"Kita banyak sekali produk-produk impor yang masuk ke Indonesia, sementara produk lokal kita seringkali ada hambatan terkendala pada proses distribusinya. Saya kira dengan adanya jalan tol ini salah satu upaya yang tepat agar produk lokal kita bisa bersaing. Dengan adanya jalan Tol Cisumdawu ini nantinya untuk mempercepat pertumbuhan kegiatan ekonomi masyarakat sekitar," jelas Neng Eem usai memimpin tim kunjungan spesifik Komisi V DPR RI di Jawa Barat, Kamis (19/11/2020).

Dia menuturkan dengan adanya percepatan ekonomi tersebut nantinya berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Seperti halnya membuka banyak lapangan kerja, membuka kesempatan bertumbuhnya UMKM di daerah, dan juga menumbuhkan sentra-sentra ‎ekonomi baru yang mampu memberikan nilai tambah b‎agi daerah-daerah di seluruh penjuru tanah air, khususnya masyarakat di Provinsi Jawa Barat.

"Satu-satunya cara adalah bagaiamana selain meningkatkan kualitas produk tapi juga bagaiamana pemerintah dapat memfasilitasi infrastrukturnya, agar distribusi barang itu bisa cepat. Dengan adanya Tol Cisumdawu ini diharapkan dapat memotong biaya produksi hingga distribusi produk-produk lokal yang kita hasilkan," ungkap politisi dapil Jawa Barat III itu.

Satu hal yang sangat penting dan menjadi kunci pembangunan perekonomian baru di Jabar, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengemukakan  adalah keberadaan jalan Tol Cisumdawu yang menghubungkan daerah Cileunyi-Sumedang-Dawuan atau Jalan Tol Padaleunyi dengan Jalan Tol Palimanan-Kanci. 

Akses tol inilah yang sekarang pengerjaannya tengah dikebut. Sebab jika tidak, keinginan menaikkan pertumbuhan perekonomian Jabar hanya sekedar ilusi.

"Kalau kunci ini belum terbuka maka sulit untuk melakukan lompatan dalam ekonomi," ujar Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil,

Bandara Kertajati

Pemerintah Provinsi Jawa Barat tengah menginisiasi kawasan perekonomian baru yang disebut kawasan Rebana. Daerah yang di sasar di antaranya Kabupaten Majalengka, Kuningan, Subang, dan beberapa daerah sekitar. Kawasan industri pun rencananya dibangun di sana guna menghidupkan geliat masyarakat dan mengurangi arus urbanisasi ke daerah perkotaan seperti Bandung, Bekasi, hingga Karawang.

Pembangunan infrastruktur pun tengah digiatkan di daerah-daerah tersebut. Satu yang menjadi andalan adalah Bandara Internasional Kertajati, Majalengka, Meski saat ini kondisinya belum terlalu ramai digunakan masyarakat, tapi bandara ini dipastikan akan menjadi salah satu penopang perekonomian di sana.

Keberadaan BIJB pun saat ini mulai mengerek investor untuk mau menanamkan modalnya di sekitar bandara. Paling anyar bandara itu dipastikan  memiliki fasilitas penunjang yang super lengkap usai tiga BUMD bekerja sama membangun fasilitas hotel berbintang dan MICE tersebut. Proses pembangunan fasilitas tersebut, dimulai dengan Groundbreaking Hotel bintang 3, hotel bintang 5 dan MICE di Bandara Kertajati.

Groundbreaking dipimpin langsung Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jabar Noneng Komara, dan jajaran direksi PT BIJB, Jaswita dan BJB, Kamis (19/11).

Menurut Direktur Utama PT BIJB Salahudin Rafi, PT BIJB saat ini tengah fokus dalam pengembangan aerocity dan pengembangan bisnis lain. Penguatan fasilitas lewat investasi didorong PT BIJB agar bandara memberikan nilai tambah ekonomi kawasan. Sehingga diharapkan PT BIJB dapat berkontribusi menjadi motor penggerak perekonomian di Jawa Barat.

“Kertajati juga termasuk ke dalam kawasan Rebana Metropolitan yang sudah dicanangkan Pak Gubernur Ridwan Kamil, dan Bandara Kertajati ini akan menjadi penyangga logistik dari industri-industri yang berkembang baik di Rebana," ujar Salahudin Rafi dalam rilis resminya, Kamis (19/11).

Jadi, kata dia, sambil menunggu kondisi penerbangan pulih, ini waktunya tepat kita membangun. "Jadi pada saatnya nanti pembangunan selesai bisa menyelamatkan perekonomian di Jawa Barat,” katanya.

BIJB dalam WJIS sendiri menawarkan sejumlah kerjasama bisnis antara lain pembangunan Cargo Village, Integrated Building, Hotel bintang 3, bintang 5 dan MICE Facility. Sebelumnya penandatanganan kerjasama ini, Jaswita Jabar, BIJB dan BJB berkomitmen untuk membangun sarana pendukung bandara yaitu hotel bintang tiga, dengan nilai investasi sebesar Rp 661,9 miliar.

Groundbreaking yang merupakan rangkaian akhir dari West Java Investment Summit (WJIS) 2020 ini yang sudah digelar sejak Senin (16/11) lalu. Manajemen PT BIJB memastikan pihaknya berkontribusi penuh dalam acara yang digelar untuk mendongkrak arus investasi ke Jawa Barat tersebut. 

Dalam rangkaian forum WJIS 2020, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum melakukan selain grpundbreaking hotel, juga meninjau empat proyek investasi di Kabupaten Majalengka dan Subang. proyek itu adalah Kertajati Industrial Estate Majalengka (KIEM), Business Park Kertajati Aerocity;  serta Rebana Technopolis Industrial Estate.

Uu mengatakan, KIEM merupakan satu dari 16 Project Investment Ready to Offer (IPRO) di WJIS 2020 yang memiliki nilai investasi Rp1,25 triliun atau 86,6 juta dolar Amerika Serikat (AS) dan berjarak sekitar 5 menit dari BIJB Kertajati serta 45 km dari Pelabuhan Patimban.

’’Jadi terdapat tiga area di KIEM: industrial area, cluster area, dan business area. KIEM akan menjadi kawasan industri yang strategis dan menguntungkan bagi investor,’’ujar Uu kepada wartawan, belum lama ini.

Uu mengatakan, sebagai pelaksana pembangunan PT Dwipapuri Abadi (project owner KIEM) sudah berkomitmen akan memperhatikan aspek pembangunan yang berwawasan lingkungan, berwawasan kesehatan, berwawasan pendidikan, dan juga berwawasan keindahan.

Uu menuturkan, Sesuai dengan target peningkatan investasi, Jabar melalui Pak Gubernur (Ridwan Kamil) mengundang seluruh investor untuk berinvestasi di sini (Rebana Metropolitan), karena ada kemudahan dalam izin, memiliki prospek yang baik, juga akan ada kemudahan dalam (konektivitas) transportasi.

Sementara itu, CEO KIEM, Tony Sukadil, mengatakan Jabar memiliki potensi luar biasa baik dari segi industri maupun pariwisata.  Pihaknya juga berupaya ikut serta dalam pertumbuhan dan berpartisipasi dalam program-program pemerintah.

“Terutama untuk perkembangan ekonomi ke depan, sehingga (KIEM) ini bisa menumbuhkan kesejahteraan yang baik bagi lingkungan masyarakat yang ada di sini,” pungkas Tony.

 Pinjaman Rp1,8 Triliun untuk Bangkit Ekonomi Jabar

Untuk menggenjot perekonomian, Pemerintah Provinsi Jawa Barat tidak tanggung-tanggung. Gubernur  Ridwan Kamil menandatangani perjanjian pinjaman daerah tahun 2020 antara Pemerintah Provinsi Jabar dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) di Gedung Pakuan, Kamis (24/9/2020).

 Jumlah dana pinjaman tersebut senilai Rp1,812 triliun. Dialokasikan untuk membiayai proyek-proyek strategis yang bersifat pelayanan publik, penciptaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja.

Emil mengatakan, pinjaman daerah ini sekaligus mengembalikan biaya program-program strategis yang terkena refocusing akibat pandemi Covid-19, baik program di provinsi maupun di 27 kabupaten/kota se-Jabar.

“Ini adalah inovasi pembiayaan pembangunan dari pemerintah pusat melalui pinjaman daerah yang tentunya sangat dibutuhkan untuk mengembalikan Pemulihan Ekonomi Nasional di Jabar,” kata Emil.

“Mudah-mudahan pinjaman daerah ini bisa dimaksimalkan di sisa waktu 3 bulan (di 2020) dengan cara-cara yang bermanfaat,” tambahnya.

Selain itu, kata Emil, pinjaman daerah bisa meningkatkan belanja pemerintah di tengah lesunya ekspor dan daya beli masyarakat.

“Pinjaman daerah ini juga berguna dalam memulihkan kembali belanja pemerintah. Mudah-mudahan belanja pemerintah menjadi satu-satunya api yang bisa menjaga nyalanya ekonomi Jabar,” ujarnya.

Berikut alokasi peruntukan Pinjaman Daerah Tahun 2020 antara Pemda Provinsi Jabar dan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) senilai Rp1,812 triliun:

1 Infrastruktur jalan dengan nilai Rp463,558 miliar
2 Infrastruktur pengairan Rp27,96 miliar
3 Infrastruktur perumahan Rp200,55 miliar
4 Infrastruktur perkotaan ruang terbuka publik Rp63,692 miliar
5 Infrastruktur perkotaan bangunan publik Rp25,598 miliar
6 Infrastruktur sosial pariwisata Rp15 miliar
7 Infrastruktur sosial kesehatan Rp1,016 triliun.

Emil menegaskan, pihaknya akan memantau pengerjaan proyek di lapangan, sehingga pinjaman daerah ini betul-betul dirasakan oleh warga Jabar dengan menghadirkan lapangan pekerjaan yang lebih banyak.

(awe).