AS-Israel Rencanakan `Operasi Rahasia` Serang Iran

  • Oleh : Redaksi

Rabu, 25/Nov/2020 23:41 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump Presiden Amerika Serikat Donald Trump

Jakarta (BeritaTrans.com) - Amerika Serikat (AS) dan Israel dilaporkan sedang menyusun 'operasi rahasia' dan sanksi ekonomi ke Iran.

Serangan tersebut dilaksanakan dengan tujuan memberikan tekanan baru pada Teheran di masa akhir pemerintahan Presiden AS Donald Trump.

Baca Juga:
AS Kembali Terbangkan Drone Pengintai Usai Insiden di Laut Hitam

Sebagaimana dijelaskan dalam Times of Israel mengutip Channel 14 Rabu (24/11/2020), meski tidak merinci serangan terhadap Negara Mullah, operasi ini mungkin terkait serangan infiltrasi virus komputer Stuxnet untuk menyabotase program nuklir Iran.



Agen mata-mata Israel, Mossad juga turut andil mengeluarkan banyak dokumen soal program Iran tersebut. Mossad sebelumnya dipercaya terlibat dalam pembunuhan sejumlah ilmuwan nuklir Iran.

Meski demikian, belum ada konfirmasi lanjutan soal ini baik dari AS, Israel maupun Iran. Namun pekan lalu, perwakilan khusus pemerintah Trump untuk Iran, Ellio Abrams mengeluarkan peringatan.

Baca Juga:
Mengejutkan! Ini Isi Balon Mata-mata China Saat Dibedah


"Jika Iran dan proksinya terlibat dalam kegiatan militer dan kegiatan teroris yang membunuh orang Amerika, mereka akan menyesal," kata Abrams kepada situs berita Al Arabiya.

Para pejabat Irak baru-baru ini mengatakan Iran telah menginstruksikan sekutu di seluruh Timur Tengah untuk waspada tinggi dan menghindari memprovokasi ketegangan dengan AS.

Itu akan memberikan alasan pemerintahan Trump untuk melancarkan serangan pada minggu-minggu terakhir masa jabatan kepresidennya.

Ekonomi Iran terpuruk pasca Trump menjadi presiden ke-45 AS. Trump kembali menerapkan sejumlah sanksi ke negeri Ayatollah Khamenei di 2018.

Sebelumnya, Iran dan negara Dewan Keamanan PBB termasuk AS terikat dalam perjanjian nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Perjanjian ini dibuat di masa Presiden AS Barrck Obama dan membatasi penelitian uranium Iran setidaknya hingga delapan tahun.

Dalam klausul JCPOA, Iran dibebaskan dari sanksi ekonomi baik dari organisasi multilateral maupun negara lain. Ini membuat Iran bernafas lega.

Tapi kala pergantian presiden AS terjadi, Trump menarik diri dari JCPOA. Menurut Trump Iran tak cukup patuh pada batasan-batasan yang diberikan.

Pengembangan uranium dibatasi secara internasional. Jumlah yang diizinkan untuk pengembangan tenaga nuklir sipil hanya 3,67%.

Pengayaan tingkat senjata adalah 90%. Tetapi menurut para ahli nuklir, mencapai pengayaan 3% hingga 4% saja, sudah setara dengan sekitar dua pertiga dari pekerjaan yang dibutuhkan untuk mencapai angka 90% itu.

Kirim Bomber

Sementara itu, Express co.uk memuat pemberitaan soal bahaya Perang Dunia ke-3 antara AS dan Iran. Pasalnya, Trump mengirimkan jet bomber nuklir B-52 ke Timur Tengah sebagai peringatan ke Iran baru-baru ini.

Komando Pusat AS mengkonfirmasi bahwa bomber itu. Ini menandai ketiga kalinya dalam 18 bulan di mana pembom B-52 telah dikerahkan untuk melenturkan kekuatan militer mereka di Iran.

Letnan Jenderal Greg Guillot, komandan Angkatan Udara ke-9 militer AS, mengatakan ini dilakukan untuk menghalangi agresi dan meyakinkan mitra dan sekutu AS. "Untuk mencegah potensi agresi," katanya dikutip Rabu (24/11/2020).Ia mengatakan bomber dikirim untuk mendapatkan data wilayah udara serta fungsi komando dan kontrol di kawasan itu.

(lia/sumber:cnbcindonesia.com)

Baca Juga:
AS Tembak Jatuh Balon Mata-Mata China, Beijing Ngamuk!