Vaksin Covid-19 "Merah Putih" Siap Diproduksi, Kesehatan Tetap Harus Dijaga

  • Oleh : Naomy

Kamis, 26/Nov/2020 21:13 WIB
Personel Bandara Soekarno Hatta cegah Covid-19 dengan tetap jaga kesehatan dan kenakan APD saat bertugas (dok/ilustrasi Personel Bandara Soekarno Hatta cegah Covid-19 dengan tetap jaga kesehatan dan kenakan APD saat bertugas (dok/ilustrasi

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Vaksin Covid-19 "Merah Putih" siap diproduki. Namun Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kemenristek BRIN Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti tetap mengingatkan agar masyarakat tetap jaga kesehatan.

Vaksin Merah Putih berbasis virus Covid-19 yang beredar di Indonesia dan dikembangkan anak bangsa. 

Baca Juga:
Ini Penjelasan Lengkap Presiden Jokowi yang Gratiskan Vaksin Booster

Kemandirian ini sangat penting, karena menyangkut kedaulatan dan kemampuan sebuah negara dalam penguasaan teknologi dan inovasi. 

Tentu dengan kemajuan ini kita tidak 
akan menjadi negara trader atau sebatas pengimpor. 

Baca Juga:
Di Jawa Tengah 16.172.525 Warga Telah Divaksin Covid-19

“Kita harus mampu memiliki terobosan, dan untuk diketahui kita sudah mampu mengekspor vaksin ke 140 negara. Indonesia jadi negara rujukan di OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) untuk vaksin," terang Prof. Ghufron dalam keterangan tertulis yang diterima BeritaTrans.com, Kamis (26/11/2020).

Indonesia berkontribusi secara global melawan virus Covid-19. Selain sebagai salah satu pusat penelitian uji klinik fase III bagi vaksin Sinovac yang diselenggarakan di Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Indonesia juga turut serta meneliti dan memproduksi vaksin Covid-19 Merah Putih itu..

Baca Juga:
Sasaran 1,4 Juta, Baru 560 Ribu Penduduk Kabupaten Indramayu Divaksin Covid-19

"Kita bersyukur bahwa perusahaan nasional Bio Farma masuk ke dalam CEPI (Coalition for Epidemic Preparedness Innovations) yang mana ikut berperan dalam inovasi dan produksi vaksin di dunia," terangnya.

Dialog Produktif dengan tema “Vaksin dan Pembangunan Kesehatan Indonesia”, yang diselenggarakan Komite Penanganan Covif-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Rabu (18/11/2020) Prof. Gufron memaparkan perkembangan penelitian dan rencana produksi vaksin tersebut.

Indonesia mengembangkan vaksin Merah Putih dengan beberapa institusi seperti Lembaga Eijkman dan beberapa Universitas, termasuk LIPI dengan platform yang berbeda-beda dengan target produksi di tahun 2021. 

“Kita targetkan vaksin Merah Putih bisa diproduksi 2021. Faktor yang menjadi fokus pengembangan vaksin Merah Putih tentu keamanannya, kemudian tingkat efektivitasnya. Stabilitas vaksin Merah Putih itu sendiri, implementasi, hingga ketersediaannya nanti juga akan terus dipantau” tutur Prof. Ghufron.

Deputi Fundamental Research Eijkman Institute Prof. Herawati Sudoyo Supolo, pada kesempatan itu menyampaikan bahwa Indonesia harus turut serta dalam pengembangan vaksin.

"Hal itu, karena kita mempunyai kemampuan, sumber daya manusia (SDM), dan fasilitas yang mumpuni. 
Terkait pengembangan vaksin Covid-19 yang dikembangkan Eijkman, kita telah menggunakan pendekatan terbaru yang lebih cepat dan aman serta mampu memberikan data yang akurat pada pemerintah," ujarnya. 

Vaksin Merah Putih diyakini akan memberikan kedaulatan nasional. Oleh karena itu percepatan penemuan kandidat vaksin Merah Putih ini dilakukan secara paralel. 

“Itu kuncinya kenapa kita bisa cepat. Kita sudah terbiasa menggunakan platform ini sehingga bisa lebih cepat. Peneliti saat ini tidak bekerja lagi dalam senyap. Kita diminta untuk bisa menjadi komunikator termasuk memperbaiki komunikasi publik kita. Gunanya untuk memberikan informasi tentang kegunaan vaksin kepada pemangku kepentingan dan publik”, kata Prof. Herawati.

Lembaga Eijkman selalu memberikan laporan kemajuan penelitian di laboratorium mereka. 

“Kemungkinan kita akan memberikan laporan vaksin merah putih di awal 2021. Menurut saya vaksin Merah Putih itu jangka panjang. Kita tidak ingin memberikan vaksin Merah Putih yang tidak aman dan tidak manjur. Jadi kita akan melalui semua prosesnya. Tapi tetap ada percepatan tadi," kata Prof. Herawati. (omy)