Kisah Pengemudi Bus Rasa Sayang Jurusan Terminal Pulogebang-Bima Bolak-balik Seberangi 3 Pulau

  • Oleh : Fahmi

Sabtu, 28/Nov/2020 08:16 WIB
Bambang (35 tahun), pengemudi bus PO Rasa Sayang jurusan Kota Bima, Nusa Tenggara Barat-Jakarta. Bambang (35 tahun), pengemudi bus PO Rasa Sayang jurusan Kota Bima, Nusa Tenggara Barat-Jakarta.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Adalah Bambang, 35 tahun, pengemudi bus antarkota antarprovinsi (AKAP) PO Rasa Sayang jurusan Bima-Mataram-Denpasar-Surabaya-Jakarta.

Baca Juga:
Terminal Kepuhsari Jombang Hanya Berangkatkan Sedikit Bus saat Libur Panjang

Rute itu melintasi tiga pulau besar, mulai dari provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menuju ibu kota negara, tepatnya di Terminal Pulogebang.

Warga Desa Jatiwangi, Pulau Sumbawa, NTB tersebut menceritakan satu kali trip perjalanannya Bima-Jakarta mampu dilaluinya selama tiga hari tiga malam.

Baca Juga:
Lika-Liku Perjalanan Bus ALS Bekasi ke Medan, Lalui Lintas Tengah Sumatra Berhari-Hari

"Perjalanan kita tiga hari tiga malam. Yang lama itu di Bali-Lombok, nyeberangnya lama," ungkapnya kepada BeritaTrans.com di Terminal Pulo Gebang, Jakarta, Jumat (27/11/2020).

Dia juga menjelaskan tarif dan waktu tempuh selama penyeberangan dari setiap pulau yang dilaluinya.

Baca Juga:
Sopir Jaklingko dan Pengurus Bus AKAP Cekcok di Terminal Lebak Bulus, Begini Kronologinya

"Perjalanan tiga kali nyeberang. Surabaya-Bali tarif Rp670 ribu 1,5 jam, Padangbai-Lembar, Lombok Rp3.150.000, bisa delapan jam paling lama. Ada satu lagi dari Kayangan,Lombok-Tano, Sumbawa Rp1.170.000 kurang lebih 1,5 jam sudah paling telat," tambah 'abah' satu orang anak ini.

Perjalanan itu tentu saja belum membawanya sampai ke tujuan. Bambang menceritakan perjalanan masih harus ditempuh satu malam lagi untuk tiba di Terminal Dara, Bima.

"Sumbawa ke Bima satu hari. Sama kayak Jakarta-Surabaya," sebutnya.

Dari timur, sebelumnya penyeberangan yang dilalui Bus Rasa Sayang itu mulai dari Pelabuhan Poto Tano ke Pelabuhan Kayangan, kemudian Pelabuhan Lembar, NTB menuju Pelabuhan Padang Bai, Bali dan terakhir Pelabuhan Gilimanuk, Bali menuju Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.

Perjalanan itu kadang ditempuhnya selama 10 hari untuk pulang pergi(PP), dengan asumsi waktu di jalan tiga hari, kemudian perpal di Pulo Gebang tiga hari dan terkahir di Terminal Bima tiga sampai empat hari. Hal itu juga berdasarkan ada-tidaknya penumpang.

Bersama para kru lainnya, di perjalanan bus dan para kru lebih sering beristirahat saat bus berada di kapal menunggu belabuh di antara pulau yang dituju tersebut.

Saat ini perjalanan di tengah pandemi sangatlah berbeda, selain karena jumlah pengguna bus yang menurun juga adanya aturan dalam menggunakan alat transportasi ini.

Pemerikasaan surat bebas covid-19 bagi penumpang saat ini, diungkapkan Bambang masih ada dan diwajibkan penumpang memiliki hasil rapid test sebelum membeli tiket.

"Diperiksa semua. Kalau beli tiket musti ada rapid test. Nanti masuk ke Bali, pada turun semua kecuali kru. Kalau enggak ada rapid(hasilnya) disuruh periksa ulang," katanya.

Saat corona seperti sekarang diungkapkan Bambang jumlah waktu kerjanya semakin berkurang akibat dikuranginya jumlah armada yang beroperasi dan dia harus saling mengisi antar sopir yang lain.

Diungkapkannya gajinya saat ini untuk satu kali rit ialah sebesar Rp600 ribu, yang bisa ditempuhnya selama 10 hari perjalanan dan kemudian dia akan digantikan dengan temannya yang lain untuk menjalankan armada itu secara bergantian atau aplusan.

Lelaki berambut panjang keriting ini juga menjelaskan bahwa saat ini, menjadi sopir hanya dijadikan dia sebagai pekerjaan sampingan. Duda ini lebih memilih berkebun tanaman tomat di kampungnya.