Mahasiswa Internasional Pertama yang Tiba di Australia Sejak Australia Dilanda Pandemi Covid-19

  • Oleh : Redaksi

Senin, 30/Nov/2020 22:30 WIB
Salah seorang mahasiswa asal Indonesia tiba di Darwin sebagai bagian dari kelompok pertama yang masuk ke Australia. (Foto: CDU) Salah seorang mahasiswa asal Indonesia tiba di Darwin sebagai bagian dari kelompok pertama yang masuk ke Australia. (Foto: CDU)

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Sebuah pesawat yang dipesan khusus untuk membawa 63 mahasiswa internasional asal China, Hong Kong, Jepang, Indonesia dan Vietnam telah mendarat di kota Darwin dari Singapura, Senin (30/11).

Mereka adalah mahasiswa internasional rombongan pertama yang diizinkan masuk ke Australia setelah sejak tanggal 20 Maret 2020 Australia mulai menutup perbatasan karena pandemi Covid-19.

Baca Juga:
Ketepatan Waktu Penerbangan Pelita Air di Periode Arus Balik Lebaran Tembus 95 Persen

Wulan Morling, warga Indonesia di Kawasan Australia Utara sudah menunggu di Bandara Darwin sejak pukul 7 pagi menunggu keponakannya yang akan datang.

Ketika dia melihat keponakannya Rifqi Susanto Putra turun dari pesawat, Wulan melambaikan tangannya kepada Rifqi, kemudian melanjutkan perjalanannya dengan bus ke Howard Springs.

Baca Juga:
Dampak Erupsi Gunung Ruang dan Bandara Samratulangi Ditutup Sementara, 2 Penerbangan IAA Rute Kinabalu Dibatalkan

Rifqi yang berusia 18 tahun dan berasal dari Jakarta baru pertama kali ini ke luar negeri.

Di Australia ia akan belajar tata boga di Charles Darwin University (CDU).

Baca Juga:
Selama Libur Lebaran, Indonesia AirAsia Angkut 310.000 Penumpang



Keponakan Wulan Morling, Rifqi datang dari Jakarta untuk belajar memasak di CDU. (ABC News: Felicity James)

"Dia sudah tidak sabar, dia mestinya mulai bulan Juli, jadi semua menunggu proses, dan kami khawatir apakah dia betul-betul bisa ke sini." kata Wulan.

"Lalu kemudian CDU melakukan penerbangan sewaan, jadi dia lega akhirnya bisa sampai di sini."

Para mahasiswa internasional yang tiba di Darwin kemudian dipindahkan langsung ke pusat karantina Howard Springs, sekitar 30 km dari bandara, untuk menjalani karantina selama 14 hari.

Fasilitas ini sebelumya digunakan untuk menampung warga Australia yang dievakuasi dari Wuhan (China) dan juga dari kapal pesiara Diamond Princess dari Jepang.

Tempat ini juga pernah menampung para pemetik buah dari Vanuatu dan sekarang digunakan sebagai tempat karantina bagi warga Australia yang baru pulang dari luar negeri.

Pemerintah Kawasan Australia Utara mencapai persetujuan dengan Pemerintah Federal dan Charles Darwin University di bulan September untuk menerbangkan sekitar 70 mahasiswa internasional ke Darwin.



Rifqi Susanto Putra (tengah) akan menjalani karantina selama 14 hari sebelum mulai kuliah di CDU. (Supplied)

Sebelum bisa terbang ke Australia, para mahasiswa internasional harus terlebih dahulu menjalani tes Covid dan harus dalam keadaan negatif 72 jam.

Mereka membayar sendiri biaya penerbangan, namun Charles Darwin University akan menanggung biaya karantina.

Sebelumnya, pemerintah Kawasan Ibukota Australia di Canberra bersama pemerintah federal sudah berencana melakukan proyek percontohan menerbangkan 350 mahasiswa ke Canberra sehingga mereka bisa mulai kuliah di semester kedua.

Namun hal tersebut kemudian dibatakkan karena adanya gelombang kedua penularan virus di Melbourne.

Di akhir Agustus, muncul program baru dimana negara bagian Australia Selatan akan membawa kembali sekitar 300 mahasiswa asing ke Adelaide.

Dunia pendidikan tinggi di Australia akan memantau dengan dekat apakah penerbangan mahasiswa internasional ke Darwin akan berhasil atau tidak, karena ini menjadi kunci bagi kelangsungkan industri pendidikan tinggi di sini.

Para pengamat mengatakan universitas di Australia akan kehilangan pemasukan sekitar Rp 19 triliun selama tiga tahun karena perbatasan internasional tetap ditutup sampai akhir tahun 2021.



Ini adalah penerbangan pertama yang membawa mahasiswa asing ke Australia sejak 20 Maret. (ABC News: Felicity James)

Para mahasiswa lega bisa datang

Rektor CDU Simon Maddocks mengatakan Darwin adalah kota yang ideal bagi percobaan penerimaan kembali mahasiswa internasional, karena selama ini Kawasan Australia Utara berhasil menangani pandemi dengan baik.

Dia mengatakan merupakan 'momen yang penting' bagi CDU menjadi universitas pertama di Australia yang bisa menerima kembali mahasiswa asing.

"Kami sudah bekerja sama dengan pemerintah negara bagian dan juga Pemerintah Federal selama tujuh bulan untuk memfasilitasi kesempatan ini." katanya.

"Saya kira karena tidak ada penularan lokal, juga kami memiliki fasilitas seperti Howard Springs, yang terletak di pinggir kota dan kawasan yang aman membuat pemerintah berani memberikan lampu hijau."



Rektor CDU Simon Maddocks mengatakan penerbangan internasional membawa mahasiswa asing akan dilakukan lebih banyak lagi di tahun 2021. (ABC News: Felicity James)

Simon mengatakan mereka sedang berusaha mengatur penerbangan kedua di bulan Januari dan kemudian penerbangan lanjutan di enam bulan pertama tahun 2021.

"Kalau semuanya berjalan lancar, kami berharap terus melanjutkan penerbangan serupa di awal tahun depan dengan sistem pendidikan tinggi Australia kembali memperhatikan mahasiswa internasional," katanya.

"Mereka sangat penting bagi universitas. Mereka sangat penting bagi perekonomian lokal di sini di Darwin." (Fhm/sumber:ABCNewsnet)