Perjuangan Buruh Panggul Barang di Terminal Penumpang Pelabuhan Tanjung Priok

  • Oleh : Fahmi

Rabu, 09/Des/2020 07:15 WIB
Buruh panggul barang penumpang kapal di Pelabuhan Penumpang Laut Tanjung Priok, Jakarta Utara. Buruh panggul barang penumpang kapal di Pelabuhan Penumpang Laut Tanjung Priok, Jakarta Utara.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Di Terminal Penumpang Nusantara Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, tentu banyak terlihat pria berseragam biru serseliweran atau sekedar nongkrong di sekitaran ruang tunggu keberangkatan. Mereka itu adalah buruh panggul barang penumpang kapal.

Bayaran jasa mereka membantu mengangkat berbagai jenis barang dengan berbagai ukuran dan berat itu tidak dipatok harga.

Baca Juga:
Tim Jajar Pedang Pora STIP dan Team Drum Band Gita Sapta Bahari Sambut Kapal Norwegia

BeritaTrans.com dan Aksi.id melihat berbagai jenis barang yang mereka panggul adalah, tas, koper, kardus ukuran besar atau kecil, karung atau bingkisan dengan bermacam-macam isi hingga sepeda. Saat itu kapal penumpang yang hendak berangkat adalah KM Ciremai.

Jarak untuk mengangkut barang itu diterangkan salah satu buruh tersebut antara dari parkiran atau ruang tunggu hingga akhirnya sampai atas kapal atau pas disebelah tempat tidur penumpang di dalam kapal yang hendak berlayar tersebut.

"Kita kalau penumpangnya sudah habis ya kita pulang. Kadang kalau kapal jam dua berangkat jam 11 kita sudah naikin barangnya. Selesai angkat yaudah jam 12 kita pulang," kata Herman kepada BeritaTrans.com dan Aksi.id di lokasi, Selasa (8/12/2020).

Pria berumur 59 tahun tersebut mengungkapkan penghasilan yang mereka dapatkan dalam sehari juga beragam. Para buruh yang berjumlah sekitar 80 orang itu tidak semuanya beruntung untuk dapat mengangkut barang penumpang dan mendapatkan uang dalam sehari.

"Kita dapatnya (gaji) ini sama penumpang. Kalau enggak ada yang mau, ya kita enggak dapat apa-apa. Kadang-kadang buat ongkos(pergi dan pulang kerja) juga enggak ada," kata Herman.

Diceritakan buruh berusia 49 tahun ini paling banyak dia mampu mendapatkan uang sebesar Rp150 ribu sampai Rp200 ribu dalam sehari.

Dikatakannya untuk menggunakan jasanya juga boleh sistem borongan bersama beberapa orang teman sesama buruh, dan uang juga harus dibagi lagi.

Warga Sepatan, Tanggerang ini sudah bekerja menjadi buruh dari tahun 1997. Profesi ini dirasakannya menjadi pekerjaan utama dan dia telah berhasil menyekolahkan ke empat anaknya.(fahmi)