Jaga Perlintasan Liar KA di Penggilingan, Tajuli: Mesti Jeli Mata, Apalagi Kalau Hujan

  • Oleh : Fahmi

Jum'at, 18/Des/2020 15:37 WIB
Perlintasan liar di antara Stasiun Buaran dan Klender. Perlintasan liar di antara Stasiun Buaran dan Klender.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Melihat perlintasan liar sebidang Kereta Api (KA) yang terletak di Jalan I Gusti Ngurah Rai, Penggilingan, Jakarta Utara. Banyak pejalan kaki atau sepeda motor melitasi jalan tersebut.

Perlintasan swasembada itu terletak tepat di perbatasan antar tiga kampung, yaitu kampung Jembatan, Kampung Pisangan Lama dan bagian perlintasan tersebut merupakan masih berstatus daerah Pondok Kopi. Juga sebagai salah satu akses jalan ke SMP PGRI 2 Jakarta Timur.

Baca Juga:
Program Motis 2024 Resmi Ditutup, DJKA Berhasil Angkut 12.733 Motor Pemudik

"Ini perbatasan, Kampung Jembatan yang sebelah kiri,  Kampung Pisangan sebelah kanan. Parit itu batasnya, Pondok Kopi bagian depan," kata Tajuli, 55 tahun, yang merupakan salah satu penjaga palang perlintasan di kawasan antara Buatan dan Klender tersebut, Kamis (17/12/2020).

Baca Juga:
Komut KAI Said Aqil Apresiasi Kinerja Jajaran Keamanan KAI Selama Masa Angkutan Lebaran 2024

Tidak hanya sendiri pekerjaan yang mengamankan empat jalur aktif tersebut dibantu oleh warga lain. Minimal dikerjakan berdua untuk akses keluar kampung maupun untuk masuk kampung yang ada di pinggir jalan protokol.

"Total semua hampir 20 oranglah. Sekitar segitu. Ya ganti-gantian. 24 jam terus enggak boleh enggak dijaga," kata Tajuli.

Baca Juga:
Libur Lebaran Usai, KAI Commuter Layani Lebih 954 Ribu Penumpang KRL Tiap Harinya

Hari itu perlintasan liar dijaga bertiga yaitu bersama Opung Situmorang 58 tahun dan Aim 31 tahun. Juga terdapat penjual bensin eceran yang terkadang juga ikut mengamankan datangnya laju kerrta dari pejalan kaki maupun pesepeda motor.

Terdapat dua buah gubuk sederhana untuk mereka berteduh. Jika kondisi hujan, penjaga-penjaga itu kerap juga tidak bisa menghindari tempias hujan akibat angin kencang. Itu semua demi keamanan pelintas.

"Mau lagi hujan kita tetap jaga. Risiko kalau hujan, kena basah. Risikonya, suka dan duka relawan ya harus iklas," kata Tajuli.

Dikatakannya juga untuk menjaga perlintasan tersebut harus jeli-jeli mata. Dia juga menerangkan bagaimana keadaanya jika hujan melanda.

"Kalau hujan kan, ibaratnya hujan gede enggak begitu kelihatan, apalagi kalau malam hujan," katanya.

Cahaya lampu kereta api yang terang akan memudahkan jika menjaga perlintasan saat malam hari.

Bapak tiga anak ini sudah terbiasa dan menghapal sebagian nama KA dan waktu yang akan melintas tersebut. Namun, dia tetap harus waspada melihat ke kiri ke kanan terus jika ada KA yang mendekat.

"Kalau saya yang dihapalin itu Argo. Argo itu yang penting berjarak, ada yang jam 12.45, 14.25, 15.50 lewat," terang Tajuli.

Ditambahkannya, mengenai waktu KA yang melintas dari arah Jawa atau timur tidak bisa ditentukan dengan jam, karena jadwalnya kerap berubah-ubah.

Meski dijaga dan memiliki palang besi yang bisa ditarik menggunakan tali untuk menahan pejalan kai atau pemotor yang melintas. Namun, kerap juga ada yang membandek dan mencoba menerobos.

"Banyak juga yang bandel. Kadang kalau sudah ditutup pun ada juga yang nabrak," katanya.

Dia juga kerap meneriaki pelintas tersebut, semata untuk tidak adanya korban yang tidak diharapkan.

"Katanya buru-burulah, padahal kalo nyamwanya hilang siapa yang tanggung jawab," ujarnya.

Hal itu dilakukan semata-mata untuk tidak adanya korban kecelakaan yang diakibatkan oleh KA.

Diceritakan Tajuli mengenai upah mereka dalam bekerke sukarela tersebut, "Bertiga seumpamanya dapat Rp130 ribu, ya bagi bertiga ini. Namanya relawan ya dibayar seiklasnyalah."

Ditanyai mengenai tentang perlintasan ini bila ditutup permanen, warga yang akan mengakses jalan tersebut harus memutar jauh terlebih ke kawasan PIK Pulo Gadung.

"Pihak kereta juga pernah ke mari. Di sini kan ada sekolahan dan jalan keluar masuk orang kampung, jadi susah kami kalau ditutup," katanya.

Kakek empat orang cucu ini juga mengatakan, apabila pelintasan sebidang, yang merupakan harapan dia untuk mendapatkan rezeki harus ditutup maka dia tidak memiliki harapan lain.

"Wah, kalau ditutup sedihlah kami ini, jadi susah warga juga kan!," jawabnya.

Menurut keterangan warga, perlintasan ini akan tetap dipertahankan lantaran merupakan akaes tercepat untuk keluar kampung dan akses beberapa kampung. (fahmi)