Palestinian Airlines Resmi `Pensiun` Setelah 25 Tahun Beroperasi

  • Oleh : Redaksi

Sabtu, 02/Janu/2021 15:32 WIB


Jakarta (BeritaTrans.com) - Selama 25 tahun beroperasi, maskapai Palestinian Airlines secara resmi menghentikan operasinya.

Hal ini diumumkan oleh pihak berwenang Palestina pada hari Selasa (29/12/2020).

Menurut laporan Jerusalem Post yang dilansir dari laman Simple Fliying, Jumat (1/1/2021), Palestina Airlines telah mengumumkan bahwa mereka menutup layanan untuk selamanya.

Meski keputusan Kementerian Transportasi dan Komunikasi Palestina baru dibuat resmi awal pekan ini, hal itu bukannya tidak terduga.

Dikabarkan dua Fooker F50 milik maskapai yang berusia 32 tahun sudah siap untuk dijual pada bulan September, dan pemberitahuannya masih ada di situs web operator.

Kedua pesawat tersebut, satu-satunya yang masih tersisa, dan masing-masing telah disewakan ke Niger Airlines sejak 2014 dan 2015.

Sementara, satu unit telah dikembalikan ke maskapai Palestina Airlines tetapi berlokasi di Amman, Yordania.

Perawatan pesawat SU-YAh dinilai terlalu mahal.

Sewa untuk pesawat yang masih menggunakan Niger Airlines, SU-YAI tidak diperpanjang karena krisis yang sedang berlangsung.

Awal Mula Didirikannya Palestina Airlines

Palestina Airlines didirikan pada tahun 1995, mengikuti Perjanjian Oslo II yang ditandatangani oleh Israel dan Palestina yang dimaksudkan untuk mendirikan bandara di Jalur Gaza.

Maskapai didirikan dengan dukungan keuangan dari Belanda dan Arab Saudi.

Yang pertama menyumbangkan dua Fokker F50, dan yang terakhir sebuah Boeing 727.

Maskapai ini mulai beroperasi pada Juni 1997 dengan serangkaian penerbangan charter dari Bandara Port Said Mesir ke Jeddah di Arab Saudi.

Layanan terjadwal dimulai sebulan kemudian, dari Bandara El Arish Mesir ke Yordania dan Arab Saudi.

Sementara itu, Bandara Internasional Yasser Arafat di Gaza didanai oleh Jepang, Mesir, Arab Saudi, Spanyol, dan Jerman, serta dirancang oleh arsitek Maroko. Ini membuka pintu dan landasan pacu pada November 1998.

Upacara tersebut dihadiri oleh Presiden AS Bill Clinton dan dipandang sebagai langkah menuju kenegaraan Palestina.

Setelah peresmian, Palestine Airlines memindahkan semua operasi ke rumah barunya.

Namun, Bandara Internasional Gaza yang kemudian berganti nama dengan dikenal sebagai Intifada Kedua dan ditutup pada Oktober 2000.

Menara kendali dan stasiun radionya dihancurkan oleh Angkatan Udara Israel pada bulan Desember 2001.

Pangkalan maskapai kembali dipindahkan ke El Arish di Mesir, dari mana maskapai terus terbang ke Kairo dan Jeddah.

(lia/sumber:tribunnews.com)