Sempat Aktif 61 Tahun, Jalur KA Jatibarang - Indramayu Dimatikan Karena Banyak Penumpang Tak Bertiket

  • Oleh : Taryani

Minggu, 03/Janu/2021 10:18 WIB
Bangunan eks stasiun atau halte Lobener masih relatif utuh saat ini dimanfaatkan untuk garasi angkot. (Taryani) Bangunan eks stasiun atau halte Lobener masih relatif utuh saat ini dimanfaatkan untuk garasi angkot. (Taryani)

INDRAMAYU (BeritaTrans.com)  – Generasi milenial atau generasi yang lahir pada tahun 80-an mungkin tidak banyak yang mendengar jika pada tahun 70-an sempat beroperasi kereta api pada jalur Jatibarang – Indramayu.

Jalur kereta api Jatibarang – Indramayu memiliki panjang lintasan 18,7 Km merupakan salah satu jalur kereta api nonaktif asset Daerah Operasi III Cirebon. Jalur kereta api ini dibangun dan diresmikan pada tanggal 15 September 1912   oleh perusahaan perkeretaapian Belanda Staatsspoorwegen (SS) melayani angkutan barang hasil bumi.

Setelah sempat beroperasi selama 61 tahun, jalur kereta api ini akhirnya dinonaktifkan mulai 21 Juli 1973. Penonaktifan jalur kereta api ini kemungkinan karena banyaknya penumpang tak bertiket dan okupansi yang minim.

Di antara jalur kereta api Jatibarang - Indramayu ini terdapat beberapa stasiun atau halte. Misalnya, Stasiun Indramayu –Karangturi – Pasaranyar – Indramayu Pasar – Cimanuk – Pekandangan –Karangsembung – Lobener – Kalikrasak – Pawidean dan Stasiun Jatibarang.

Sebagian besar bangunan eks stasiun atau halte itu sudah hilang di telan bumi. Terkecuali yang tersisa Stasiun Jatibarang (JTB) hingga saat ini masih berstatus stasiun kereta api aktif kelas besar tipe C.

Stasiun Jatibarang merupakan yang terbesar dan teramai di Kabupaten Indramayu. Terletak di Jatibarang, Indramayu tepatnya di Jalan Mayor Sangun, depan Pasar Jatibarang. Letak Stasiun Jatibarang pada ketinggian +8 meter memiliki lima jalur kereta api dengan jalur 2 dan 3 merupakan sepur lurus.

Selain itu ada bangunan bekas Stasiun Indramayu (IM). Terletak di Jalan Letnan Sutedjo, Kelurahan Paoman, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu. Saat ini bangunan eks Stasiun Indramayu itu sudah berubah bentuk menjadi rumah warga.

Ada lagi stasiun atau halte Lobener disingkat LB Nomor:1208. Lokasinya di Jalan Raya Jatibarang–Indramayu,  tepatnya di Desa Telukagung, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu.

Stasiun-stasiun dan halte pada jalur kereta api Jatibarang - Indramayu ini dibuka bersama dengan pembukaan jalur kereta api Jatibarang–Indramayu pada tanggal 8 Juni 1912. Saat ini bangunan eks Halte Lobener pun sudah berubah bentuk menjadi garasi angkot.

Kondisi bangunan terlihat masih utuh,  hanya tidak terawat. Atap genteng relatif masih lengkap. Kayu jati pada rangka bangunan dan juga kusen-kusen, daun jendela dan pintu masih relatif utuh.

Kemudian bila ada pertanyaan, apakah jalur kereta api Jatibarang – Indramayu bisa direaktivasi,  seperti halnya jalur kereta api Cianjur – Ciranjang - Cipatat yang merupakan segmen kedua dari program reaktivasi jalur KA Cianjur – Padalarang.

Jawabnya sepenuhnya merupakan wewenang PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) dan Kementerian Perhubungan R.I. Yang jelas, menurut Sudirman, 61 salah seorang saksi mata yang pernah naik kereta api Jatibarang – Indramayu, sepertinya sulit bagi PT KAI mereaktivasi jalur kereta api Jatibarang – Indramayu ini.

Alasannya, selain karena sarana dan prasarana perkeretaapian yang ada sudah sangat minim juga tidak efisien. “Kalau menurut saya pengaktivan  jalur kereta api Jatibarang – Indramayu itu tidak efisien. Biaya reaktivasinya sangat besar, tapi hasilnya malah minim,” ujarnya.

Ia mencontohkan, rel kereta api pada jalur Jatibarang – Indramayu sudah lama tertimbun di bawah badan jalan ruas Jatibarang - Indramayu sehingga kondisinya keropos atau berkarat.

Hal lainnya, masyarakat pada zaman sekarang tampaknya sudah cukup enjoy bertransportasi dengan  mobil atau sepeda motor. “Kecuali kalau memang latar belakang reaktivasinya  untuk kepentingan bernostalgia,” ujarnya.

Tapi ngomong-ngomong katanya siapa nanti yang akan bernostalgia. “Orang-orang yang dulu pernah naik kereta api pada jalur ini sekarang umurnya sudah sepuh, sehingga tidak mungkin mau capek-capek naik kereta api, hanya karena untuk bernostalgia,” ujarnya. (Taryani)