Lulusan STPI yang jadi Direktur Utama Batik Air, Capt. Achmad Luthfie Wafat

  • Oleh : Redaksi

Minggu, 24/Janu/2021 05:21 WIB


TANGERANG (BeritaTrans.com) - Direktur Utama Batik Air,  Capt. Achmad Luthfie wafat di RS EMC Modern Land, Sabtu (23/1/2021), pukul 21.08.

Kabar wafatnya pilot lulusan Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) itu disampaikan dalam satu Whatsapp Group, yang dipantau BeritaTrans.com dan Aksi.ud.

Baca Juga:
Batik Air Resmi Layani Penerbangan Rute Surabaya - Pangkalan Bun

Manajemen Lion Air pun, melalui rilis kepada BeritsTrans.com da Aksi.id, menyampaikan kabar duka tersebut.

Sosok Achmad Lutfie

Baca Juga:
Batik Air Layani Rute Surabaya-Pangkalan Bun Mulai 16 Februari

Achmad Luthfie adalah sosok yang tidak bisa dilepaskan dari maskapai penerbangan nasional Batik Air. Sejak Batik Air didirikan pada 2012, pria kelahiran Padang, 21 Januari 1972, ini dipercaya oleh pemilik sekaligus pendiri Lion Air Group, Rusdi Kirana, menjadi pilot in command pada operator penerbangan full service itu.

Luthtie mengaku tak pernah menyangka dirinya akan duduk di posisinya sekarang sebagai chief executive officer (CEO) PT Batik Air Indonesia, anak perusahaan PT Lion Mentari Airlines (Lion Air). Sepanjang kariernya, ia hanya melakukan pekerjaan sebaik mungkin dan menyerahkan semua keputusan kepada Yang Maha Kuasa.

Baca Juga:
Batik Air Terbangi Batam - Kuala Lumpur Mulai 17 Februari

“Jadi, sesuai pepatah, jalani hidup seperti air mengalir, jangan neko-neko,” kata Achmad Luthfie di Jakarta, baru-baru ini.

Kini, cita-cita semasa kecil--menjadi pilot--sudah diraihnya. Selain itu, ayah dari tiga anak ini sudah berhasil mewujudkan salah satu obsesinya, yakni memegang type rating untuk menerbangkan pesawat berbadan lebar sekelas Boeing B747. Namun, masih ada saja hal yang ingin diraih Luthfie.

Bagaimana perjalananan karier Achmad Luthfie di industri penerbangan? Bagaimana ia menyeimbangkan pekerjaan dengan keluarga? Apa lagi yang masih ingin diraihnya? Berikut wawancara berirasatu dengannya pada tahun 2016.

Seperti apa perjalanan karier Anda?

Saya menamatkan SMA di Palembang, kemudian masuk menjadi siswa penerbang di PLP Curug pada 1990, tamat pada 1993. Dari situ saya mendapatkan penempatan di maskapai penerbangan Sempati Air. Di Sempati Air, pada 1993, saya disekolahkan type rating pesawat Boeing 737. Selang dua tahun atau pada 1995 di-upgrade menjadi officer untuk wide body di Airbus 300B4.

Setelah itu, pada 1998, saya mendapatkan pelatihan untuk persiapan menjadi kapten di sekolah ATPL (Airline Transport Pilot License). Masih tahun 1998 itu juga Sempati Air tutup bersamaan dengan krisis moneter yang melanda Indonesia.

Lalu tahun 2000, setelah Pemilu 1999 dan berlanjut tahun 2000, industri penerbangan nasional mulai bangkit kembali, salah satunya ada Lion Air ikut berdiri. Pada tahun 2000 itu saya bergabung dengan Lion Air. Jadi, status saya adalah penerbang pertama di Lion Air. Waktu itu saya masih dengan instruktur dari luar, karena waktu itu saya sempat tidak lama terbang. Waktu itu, yang diterbangkan adalah pesawat B737-200. Pada tahun 2000 sampai saat ini, saya sudah bergabung dengan Lion Air Group.

Posisi apa saja yang pernah Anda pegang di Lion Air Group?

Di Lion Air sendiri, hampir seluruh pesawat yang dimiliki Lion Air pernah saya terbangkan, mulai B737-200, MD82, MD90, B737-300, hingga B737-400. Yang terakhir, sebelum dipindahkan ke Batik Air, saya terbangkan B747-400. Di Lion, saya pernah diberi amanah untuk memegang sejumlah jabatan dan tanggung jawab, seperti mengurus scheduling, training, kemudian bagiian operasi.

Bagaimana awal mula masuk Batik Air?

Pada 2012, waktu itu market share Lion Air sudah pada angka 50 persen, dari situ banyak penumpang yang meminta ada full service. Kemudian, pemilik perusahaan, yaitu Pak Rusdi Kirana, mulai merancang untuk bikin Batik Air. Lalu, saya ditunjuk menjadi direktur utama. Saya terlibat mulai dari awal mula, persiapan, sampai terbang perdana pada 3 Mei 2013, pakai pesawat B737-900ER.

Dalam persiapannya, kami melihat yang lain saja yang sudah bagus. Jadi, kami contoh mereka. Sejak 2013 sampai 2016 ini, kami sudah punya 37 pesawat dan sampai akhir tahun nanti ditargetkan total 41 unit. Tahun depan direncanakan masuk 12 pesawat Airbus 320. Rute-rutenya sudah cukup banyak, mulai Banda Aceh sampai Jayapura, itu sudah kami terbangi.

Untuk rute luar negeri, kami baru melayani ke Singapura, tetapi sudah lumayan karena masyakarat sudah mulai tahu. Ada tiga flights per hari. Dalam waktu dekat, kami juga akan terbang ke India, Australia, sampai Tiongkok. Persiapannya sudah fase akhir. Kalau lancar, mudah-mudahan pada Desember ini bisa terbang. Kalau enggak, sekitar Januari tahun depan.

Mengapa Anda memilih karier di industri penerbangan?

Ya, memang cita-cita saya menjadi pilot. Awal mulanya karena dahulu tempat sekolah saya di Palembang dekat bandara, sehingga rutin dilewati mobil-mobil kru Garuda dan Merpati. Jadi, hampir setiap hari saya melihat mereka dan kemudian tertarik. Alhamdulillah, waktu tes masuk sekolah penerbang Curug, saya lulus, baik di Palembang maupun ketika tes di Jakarta.

Kiat Anda dalam mencapai keberhasilan?
Yang penting saya bekerja. Saya kan sudah menjatuhkan pilihan pada dunia penerbangan. Saya bekerja saja dengan sebaik-baiknya, apalagi dunia penerbangan ini utamanya safety. Soal nanti penilaiannya kan pimpinan yang menentukan.

Gaya kepemimpinan Anda di Batik Air?

Di Batik Air, saya menerapkan gaya kepemimpinan yang bottom up, dari bawah ke atas. Maka waktu itu, saya sering traveling melihat staf-staf saya bekerja, dari mulai level bawah sampai level direksi. Misalnya di station di Padang, saya mau lihat saja. Kadang mereka sampai tidak tahu kalau saya ada di situ. Saya perhatikan, misalnya peralatan komunikasinya, misalnya HT (handy talky), apakah cukup.

Kemudian saya harus meyakinkan juga setiap pimpinan unit yang terkecil sampai yang paling besar di level direksi bahwa mereka harus betul-betul menguasai kondisi bawahannya. Dengan begitu, saya yang paling atas bisa memonitor juga yang paling bawah.

Gebrakan Anda di perusahaan?

Sekarang saya di Batik Air. Alhamdulillah kami sudah lepas dari sanksi larangan terbang Uni Eropa. Kemudian, dari International Air Transport Association (IATA), akhir tahun lalu sudah lulus ISSA (IATA Standard Safety Assessment).

Nah, sekarang ini, mungkin Oktober, kami sudah lulus IOSA (IATA Operational Safety Audit). Sudah diaudit, initial audit saja kami dapat skor 97 persen. Jadi, hanya 20 finding dan itu sudah di-close. Mungkin bulan ini kami lulus IOSA.
Selain itu, mulai berdiri sampai sekarang, Batik Air merupakan pemegang OTP (on time performance) nomor satu terus secara nasional.

Apa yang ingin Anda lakukan untuk Batik Air ke depan?

Selain pengembangan armada dan destinasi, saya ingin Batik Air mampu bersaing secara internasional karena penduduk Indonesia banyak sekali, sudah 250 juta. Saya mengharapkan pada suatu hari, perekonomian negara kita membaik sehingga masyarakat dapat berpergian ke luar negeri lebih sering, dengan menggunakan maskapai nasional.

Performa bisnis Batik Air saat ini?

Saat ini market share kami sudah lumayan, sekitar 7 persen di Indonesia. Dengan kondisi sekarang memang banyak cuaca yang tidak menentu dan banyak hal yang menghambat industri penerbangan. Tetapi, ke depan diharapkan lebih baik lagi.

Apa filosofi hidup Anda?

Kalau saya, apa yang terjadi, ya sudah diikuti saja. Ini seperti air mengalir. Tidak perlu macam-macam atau bahasa Jawa-nya enggak neko-neko.

Karena filosofi itu Anda ada di posisi sekarang?

Itu kan pimpinan kami yang menentukan. Yang penting, saya bekerja dengan sebaik-baiknya.

Peran keluarga dalam kehidupan apa?

Anak-anak saya masih kecil. Saya punya tiga anak, dua putra dan satu putri. Yang paling besar baru kelas enam SD. Jadi, praktis istri fokus mengurus anak-anak yang masih kecil. Peran istri sangat besar dalam mendukung karier saya.

Kapan Anda menghabiskan waktu bersama keluarga?

Seperti keluarga lainnya, kalau weekend kami ya ke mal, makan di sana. Anak-anak kalau libur juga saya ajak jalan-jalan, misalnya ke Taman Safari atau Ancol.

Bagaimana Anda menyeimbangkan hidup antara pekerjaan, keluarga, dan pergaulan?

Di mana-mana, yang menyeimbangkan hidup ya agama. Begitu pun saya dan keluarga.

Ada obsesi yang belum tercapai?

Obsesi pribadi saya sebenarnya sudah tercapai. Dahulu kan bersekolah, terus menjadi pilot. Saya bercita-cita menjadi kapten pesawat jet. Alhamdulillah saya sudah menjadi kapten pesawat jet yang terbesar di dunia, yaitu B747 ketika itu, ya sekarang kan A380. Tetapi itu sudah tercapai.

Yang ingin saya capai sekarang ini adalah bersama Batik Air. Saya ingin Batik Air sukses dengan armada yang besar, terbang internasional, jumlah penumpangnya bagus. Itu cita-cita saya.

Ke depan, Batik Air akan fokus pada pengembangan rute-rute internasional. Apalagi untuk pembukaan rute domestik slot-nya terbatas. Jadi, kami fokus ke internasional. Saya sudah sampaikan kepada menteri perhubungan maupun direktur jenderal perhubungan udara. Saya meminta agar kami dibantu bertarung di luar negeri. Kalau tidak dibantu, ya bisa kalah nanti.