Pecah Lagi, Bongkahan Es Terbesar di Dunia Bakal Segera Hilang

  • Oleh : Redaksi

Minggu, 31/Janu/2021 12:51 WIB
Citra satelit menunjukkan bongkahan gunung es terbesar di dunia. Citra satelit menunjukkan bongkahan gunung es terbesar di dunia.

Jakarta (BeritaTrans.com) - Bongkahan es raksasa di perairan Antartika yang dikenal dengan nama A68a kini tengah "sekarat".

Bagian terbesar terakhir dari bongkahan es yang terbentuk di Antartika itu kembali terbelah.

Baca Juga:
Perubahan iklim: Gletser terbesar di Antarktika meleleh dengan cepat dan dapat pecah dalam 5-10 tahun, kata ilmuwan

Citra satelit menunjukkan setidaknya dua bongkahan es ini hanyut berdekatan sejauh sekitar 135 kilometer ke sisi tenggara Kepulauan Georgia Selatan yang dikuasai Inggris.

Dua bongkahan ini diyakini akan segera saling bergerak menjauhi satu sama lain.

Baca Juga:
Australia Teliti Samudra Antartika untuk Cari Penyebab Tsunami

Selama lebih dari tiga tahun, A68a adalah bongkahan es terbesar di dunia. Ukuran terbesarnya pernah setara dengan luas Pulau Bali.

Namun iklim yang semakin hangat dan arus laut yang agresif secara perlahan memecah bongkahan es ini dan menggerakkannya ke arah utara, menjauhi Antartika menuju perairan Atlantik Selatan.

 

Gunung es

SUMBER GAMBAR,COPERNICUS/SENTINEL-3

 

Bongkahan es diberi nama secara berurutan. Huruf awal menunjukkan kuadran benua putih tempat mereka terbentuk, sedangkan nomor merupakan catatan posisinya dalam urutan tersebut.

Nama setiap bagian utama yang terpisah dari bongkahan es asli kemudian mendapatkan akhiran berupa huruf.

Hingga 28 Januari lalu, proses pemberian nama ini telah mencapai A68f.

Setelah pecahan yang terjadi terakhir ini, bongkahan yang lebih besar akan tetap menggunakan nama A68a. Sementara itu, bongkahan yang lebih kecil akan dinamakan A68g.

Namun penamaan ini harus disetujui Pusat Es Nasional Amerika Serikat, lembaga yang mengawasi sistem pemberian nama bongkahan es.

Gunung es

SUMBER GAMBAR,NASA/AQUA/MODIS

Pada tanggal 23 Desember 2020, satelit Aqua milik NASA merekam gambar bongkahan es A68a yang terpecah.

 

Jelang akhir tahun lalu, A68a terlihat seperti jarum penunjuk yang besar jika dilihat dari luar angkasa.

Ukurannya yang besar sempat dikhawatirkan akan mengganggu ekosistem Georgia Selatan, terutama jika mencapai kawasan lepas pantai yang dangkal.

Keberadaan bongkahan besar es itu dinilai dapat mengganggu aktivitas kawanan penguin dan anjing laut yang mencari makanan di pulau itu.

Seiring terpecahnya bongkahan es A68a, kekhawatiran itu sepertinya telah mereda.

Gunung es

SUMBER GAMBAR,CPL PHIL DYE RAF/CROWN COPYRIGHT

Bongkahan es A68 pecah di perairan Antartika tahun 2017 dan sejak saat itu bergerak menuju Samudera Atlantik sebelah selatan.

 

Bagaimanapun, pertanyaan besarnya sekarang adalah apakah tim ekspedisi ilmiah dapat menemukan hal berharga saat mereka tiba di lokasi bongkahan es tersebut.

Tim peneliti dijadwalkan segera berlayar dengan Kapal Riset James Cook dari Kepulauan Falkland menuju menuju Georgia Selatan.

Tim berisi sejumlah ilmuwan ini sebenarnya juga akan menyelediki hal lain yang tidak terkait dengan bongkahan es A68a.

Mereka berharap dapat menempatkan beberapa kendaraan otomatis di sekitar A68a untuk mempelajari dampak bongkahan es ini terhadap lingkungan.

Saat ini, target penelitian tim ini jauh lebih kecil dibandingkan saat ekspedisi ini diumumkan pertengahan Desember tahun 2020.

(sumber:bbcindonesia.com)