Prediksi BMKG: untuk Pelayaran Tinggi Gelombang masih Terjadi, Penerbangan Waspada Awan Cumulonimbus

  • Oleh : Naomy

Senin, 01/Feb/2021 08:57 WIB
Pelayaran kapal Pelni (ilustrasi) Pelayaran kapal Pelni (ilustrasi)

 

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa perubahan iklim ini nyata. Banyak yang harus diwaspadai oleh masyarakat guna mengantiipasinya.

Baca Juga:
Ditjen Hubdat dan BMKG Bersinergi Antisipasi Cuaca Ekstrem di Angkutan Penyeberangan

"Perubahan Iklim Global adalah "nyata" dan berdampak pada peningkatan frekuensi dan intensitas kejadian ekstrem, baik berupa kejadian cuaca atau hujan ekstrem, iklim ekstrem, ataupun kejadian anomali iklim global seperti La Nina dan El Nino," urai Dwikorita dalam keterangan tertulis, Senin (1/2/2021).

Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo juga menyampaikan prakiraan tinggi gelombang pada periode 31 Januari - 2 Februari 2021 untuk katagori Rough Seas/Tinggi yaitu dengan ketinggian 2.5 - 4.0 meter dapat terjadi.

"Di antaranya di Perairan utara Sabang, Perairan barat Aceh - Kep. Mentawai, Perairan Bengkulu hingga barat Lampung, Samudra Hindia Sumatra, Selat Sunda bag.selatan, Selat Sumba barat, Selat Sape bag.selatan, " kata Eko.

Laut Sawu, Selat Ombai, Laut Natuna Utara, perairan Kep.Anambas - Kep.Selayar, Perairan Kep.Selayar, Perairan Flores, Laut Flores, Laut Banda bag.selatan, Perairan Kep. Letti - Kep. Tanimbar, Perairan Kep. Kei - Kep. Aru, Laut Sulawesi bagian timur.

Perairan Kep. Sangihe, Laut Maluku bag.utara, Perairan Kep. Halmahera, Laut Halmahera, Perairan utara Papua Barat, Samudra Pasifik utara Papua Barat hingga Papua.

"Sedangkan kategori aVery Rough Seas/Sangat Tinggi dengan ketinggian gelombang  4.0 - 6.0 m dapat terjadi di Perairan selatan Jawa hingga P.Sumba, Selat Bali - Lombok - Alas bag.selatan, Perairan selatan P. Sawu - P.Rote, Samudra Hindia  selatan Jawa hingga NTT, Perairan Kep.Talaud, Samudra Pasifik utara Halmahera, Laut Arafuru," ungkapnya.

Sementara itu Edison, Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan, menyampaikan bahwa untuk Cuaca penerbangan berdasarkan prediksi untuk tujuh hari ke depan, saat ini secara umum masih berpotensi tinggi terjadinya pembentukan awan-awan Cumulonimbus (CB) yang dapat membahayakan penerbangan.

Awan Cumulonimbus dengan persentase cakupan spasial maksimum antara 50-75% (OCNL / Occasional) selama tujuh hari kedepan diprediksi terjadi di: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

"Selain itu diprediksi juga terjadi di NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Papua Barat, Papua, Perairan Utara Aceh, Perairan Barat Sumatera Barat, Selat Karimata sebelah Utara Kepulauan Bangka, Samudra Hindia sebelah barat Lampung hingga Jawa Timur, Laut Jawa, Laut Sumbawa, Selat Makasar, Laut Flores, Laut Sulawesi, Laut Banda, Laut Seram, Laut Arafuru, Samudra Pasifik utara Papua Barat dan Papua," urainya.

Untuk itu BMKG terus mengimbau masyarakat dan semua pihak yang terkait dengan sektor transportasi, agar selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap cuaca signifikan atau potensi cuaca ekstrem yang masih dapat terjadi di puncak musim hujan ini, demi mewujudkan keselamatan dalam layanan penerbangan.

Untuk mempercepat dan memperluas layanan informasi cuaca penerbangan, sejak 2018 BMKG menyampaikan update informasi prakiraan cuaca di seluruh bandara melalui aplikasi mobile phone Info BMKG, juga melalui layar-layar display cuaca di seluruh bandara, pelabuhan dan display cuaca publik untuk beberapa lokasi strategis.

Informasi dalam aplikasi Info BMKG tersebut meliputi informasi cuaca setiap jam hingga prediksi kondisi cuaca untuk empat jam ke depan, sedangkan informasi prakiraan dan peringatan dini cuaca untuk area maupun rute penerbangan seperti SIGWX (_Significant weather Chart_) dan SIGMET (Significant Meteorological Information) dapat diakses dalam laman aviation.bmkg.go.id.  (omy)