Satelit Telkom-3 Jatuh ke Bumi, Begini Penjelasan Lapan

  • Oleh : Redaksi

Sabtu, 06/Feb/2021 17:19 WIB
Foto:istimewa/instagram@lapan_ri Foto:istimewa/instagram@lapan_ri

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Satelit Telkom-3 diperkirakan jatuh kembali ke Bumi pada Jumat kemarin (5/2/2021) antara pukul 14:30 WIB hingga pukul 18:30 WIB.

Ini merupakan kali pertama benda antariksa jatuh berukuran besar milik Indonesia.

Baca Juga:
Seorang Pemancing Hilang, Jatuh Dari Tebing di Laut Lombok Tengah

Satelit ini sebelumnya hilang sesaat usai diluncurkan dari Baikonur Cosmodrome, Kazakhstan, pada 2012.

Berdasarkan siaran persnya, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) berkoordinasi dengan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan badan antariksa Rusia, Roscosmos, terkait dengan reentry satelit Telkom-3 itu ke Bumi.

Baca Juga:
China Sangat Senang, Kejatuhan Rusia Berarti Naiknya Beijing, Kata Akademisi yang Memprediksi Invasi Krimea

Lapan menjelaskan bahwa Satelit Telkom-3 (COSPAR-ID 2012-044A, NORAD-ID 38744) merupakan satelit buatan ISS Reshetnev, Rusia diluncurkan pada 6 Agustus 2012 dari Baikonur Cosmodrome, Kazakhstan, tetapi masalah teknis menyebabkannya gagal mencapai orbit.

Dr. Rhorom Priyatikanto, peneliti Lapan, menyebut sejak 30 Januari 2021, satelit tersebut telah mencapai ketinggian reentry pada 5 Februari 2021 antara pukul 14:30 WIB hingga pukul 18:30 WIB.

Baca Juga:
Kunci Komando Dikendalikan Astronot NASA, Kosmonot Rusia Tinggalkan Stasiun Luar Angkasa

"Terdapat ketidakpastian dalam prediksi waktu jatuh karena objek jatuh secara tak terkendali sehingga orientasi satelit serta hambatan udara yang dialaminya dapat bervariasi. Besarnya hambatan atau pengereman menentukan waktu jatuhnya satelit," imbuhnya.

 

Lapan menjelaskan, lokasi jatuh Satelit Telkom-3 belum dapat diprediksi dengan akurat.

Berdasarkan parameter orbit terbaru dengan epoch tanggal 4 Februari 2021 pukul 22:56 WIB, serta berdasarkan jendela waktu reentry yang disebutkan sebelumnya, perkiraan lokasi jatuh Satelit Telkom 3 adalah di sepanjang lintasan yang digambarkan pada peta di bawah ini:

Satelit yang berbobot 1,845 ton ini tidak mengandung bahan radioaktif dan diperkirakan sebagian besar massa satelit akan terbakar saat memasuki atmosfer hingga menyisakan 10% hingga 40% massa awalnya.

Berdasarkan konvensi internasional, negara peluncur bertanggung jawab penuh atas korban/kerugian yang timbul atas benda jatuh antariksa.

Adapun negara peluncur meliputi negara pemilik, negara yang meluncurkan, serta negara tempat peluncuran, sehingga pihak Indonesia dalam hal ini Telkom, sesuai amanat UU 21 tahun 2013, adalah pemilik benda antariksa, telah memiliki asuransi untuk menutup kemungkinan kerugian yang terjadi terhadap pihak ketiga dari peristiwa reentry ini.

Jatuhnya Satelit Telkom-3 yang memiliki orbit dengan inklinasi 49,9° diperkirakan memiliki resiko korban jiwa yang amat rendah, yakni sekitar 1:140000.

Lapan menjelaskan, pertimbangan utama perkiraan resiko tersebut adalah distribusi populasi manusia di muka Bumi tahun 2021 serta inklinasi orbit Satelit Telkom-3.

Nilai risiko tersebut jauh di bawah ambang yang mengkhawatirkan, misalnya Amerika Serikat menggunakan ambang 1:10000. 

Meski demikian, Lapan senantiasa melakukan pengecekan terhadap status objek serta berkoordinasi dengan Telkom Indonesia dan Telkomsat terkait dengan hal ini.

"Proses meluruhnya ketinggian suatu benda antariksa juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca antariksa (selain oleh karakteristik benda bersangkutan seperti massa dan orientasi/sikap)," tulis Lapan.

"Untuk mengetahui kondisi cuaca antariksa saat ini bisa dilihat di Space Weather Information and Forecast Services (SWIFTS) di laman swifts.sains.lapan.go.id, 

Adapun untuk mengetahui benda-benda antariksa buatan yang sedang melintas di sekitar wilayah Indonesia di bawah ketinggian 200 km bisa dilihat di laman orbit.sains.lapan.go.id/index.php/pemantauan-realtime." (amt/sumber:cnbcindonesia.com)