Memiliki Anak Polisi, Bapak Ini Tetap Pilih Sopiri Bus Walau Gaji Habis di Jalan karena Sepi Penumpang

  • Oleh : Fahmi

Sabtu, 13/Feb/2021 21:17 WIB
Parman sopir bus PO Putra Rafflesia, sudah dua malam menginap di Terminal Bekasi, lantaran sewa sepi. Parman sopir bus PO Putra Rafflesia, sudah dua malam menginap di Terminal Bekasi, lantaran sewa sepi.

BEKASI (BeritaTrans.com) - Tetap bersemangat mengemudi, walau penumpang bus sepi dan harus menginap berhari-hari di terminal. Hal itu juga tetap dilakukan walaupun anaknya sudah sukses. 

Pengemudi Bus PO Putra Rafflesia jurusan Bekasi-Pendopo, Sumatera Selatan bernama Parman ini, mengatakan jika dia tidak bekerja maka tubuhnya akan terasa lemas dan sakit. 

Baca Juga:
Tarif Tol Gempol-Pandaan Bakal Naik Mulai Beberapa Hari Lagi!

"Kita(saya) biasa kerja. Kalau nganggur jadi sakit kita. Walaupun enggak dapat apa-apa yang penting kita percaya sama usaha kita," ujarnya di Terminal Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (13/2/2021). 

Saat sepi penumpang seperti sekarang ini, kakek enam cucu ini, harus menginap di terminal selama dua hari bahkan sampai seminggu karena menunggu antrean bus untuk mengangkut penumpang. Itu dilakukan baik di Terminal Bekasi maupun di Pendopo. 

Baca Juga:
Tarif Jalan Tol Bali Mandara Segera Naik, Catat Harga Terbarunya!

"Sekarang belum stabil ni sewanya. Kita enggak punya gaji, habis di jalan. Satu minggu lebih di jalan enggak dapat apa-apa," ungkap bapak lima anak ini. 

Baca Juga:
DAMRI Tambah Armada Baru Premium untuk Rute Menuju Lampung

Laki-laki berusia 60 tahun ini mengungkapkan, jika penghasilan dalam membawa bus ialah hanya untuk kebutuhan diri pribadinya sendiri saja dan untuk menghabiskan aktivitas dari pada di rumah tidak memiliki keahlian lain. 

"Kita(saya) dapat, enggak dapat, buat kita sendiri," katanya. 

Jika ada kelebihan maka, maka ada yang dia bisa simpan, namun karena pandemi itu jarang sekali terjadi. 

Dia juga menjelaskan, istrinya memiliki usaha lain yaitu berdagang di setiap pasar pekanan di kampungnya dan anaknya sudah mandiri semua. 

"Anak Alhamdulillah sudah lepas semua, empat orang sudah PNS," katanya. 

Dia menyebutkan anaknya yang pertama berprofesi sebagai Polisi di Bengkulu, ada yang menjadi guru, pegawai Pemda dan ada yang di luar kota. 

"Walaupun saya kuli, kewajiban hidup harus kita selesaikan. Alhamdulillah sudah lepas tanggungjawablah," ungkapnya.

Jika mengandalkan pekerjaannya sebagai sopir saja, dikatakan Parman hanya mendapatkan uang yang pas-pasan. Saat ini, anak dan istrinyalah, yang membantu, terlebih lagi masa pandemi covid-19 yang membuat jumlah penumpang bus jadi sepi. 

"Bawa pulang minimal ada lah duet-duet rokok," celotehnya 

Biaya bus di perjalanan pulang-pergi (PP) diceritakan Parman akan mengahabiskan dana Rp7,6 juta. Itu terdiri dari bahan bakar sekali jalan Rp1,5 juta, penyeberangan sekali Rp1,5 juta dan Tol sekali menuju ke Pendopo Rp300 ribu, itu juga belum termasuk makan, cuci bus dan hal lainnya yang kecil-kecil. 

Dikatakannya, untuk mencukupi menutupi biaya tersebut, ada jumlah minimal penumpang, yang harus diberangkatkan, yaitu minimal 15 orang. 

Kini untuk membawa jumlah penumpang tersebut harus dijalani Parman menunggu dua hari bahkan sampai seminggu. 

Bus yang Putra Rafflesia jurusan tersebut harga tiketnya Rp 350 ribu, dilengkapi servis penumpang, yaitu toilet, AC, selimut dan bantal serta penunjang perangkat penghibur seperti layar monitor dan musik.(fahmi)