Fenomena Suara Gemuruh Mirip Pesawat Lagi Terbang Rendah di Bandung, Begini Kata Ahli

  • Oleh : Redaksi

Sabtu, 13/Feb/2021 22:34 WIB
Foto:ilustrasi/istimewa/republika.com Foto:ilustrasi/istimewa/republika.com

BANDUNG (BeritaTrans.com) - Fenomena suara gemuruh kembali terdengar di Jalan Setiabudi dan Jalan Cemara, Sukajadi, Kota Bandung, Kamis (11/2/2021) kemarin. Suara tersebut terdengar seperti sebuah pesawat yang sedang terbang rendah.

Dari kejadian tersebut dilaporkan, suara terdengar dari langit sebanyak dua kali, yakni pada siang hari pukul 11.12 WIB dan terdengar lagi pada pukul 11.44 WIB.

Baca Juga:
Pesawat Boeing 787 LATAM Airlines Terjun Bebas, Penumpang Terlempar dari Kursi hingga 50 Terluka

Atas laporan suara gemuruh tersebut, para ahli dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) turut memberikan tanggapan. Berikut penjelasan BMKG dan Lapan, dilansir dari Liputan6.com:

Tanggapan BMKG

Baca Juga:
Hilangnya Pesawat Smart Aviation, Diduga Jatuh di Area Pegunungan

Berdasarkan jaringan seismograph dari BMKG Bandung, pada pukul 10.00-12.00 WIB tidak ditemukan adanya aktivitas gempa bumi, di sekitar wilayah Kota Bandung. Termasuk daerah Lembang.

Begitu juga saat dideteksi menggunakan alat lightning detector, di waktu yang sama, juga tidak mencatat adanya aktivitas alam di langit (petir) di kawasan sekitar Jalan Cemara hingga radius 20-50 km.

Baca Juga:
Bandara AP II Buka Rute Baru pada 2024, Ini Maskapai dan Jalur Penerbangannya!

"Cuaca saat masyarakat mendengar suara tersebut cukup cerah, tidak ada awan di sekitar lokasi," sebut keterangan BMKG Bandung.

Informasi dari Lapan

Lapan Bandung ikut menanggapi fenomena tersebut. Pihaknya belum menemukan atau belum dapat mengidentifikasi aktivitas benda luar angkasa di sekitar Jalan Setiabudi. Pihaknya menduga jika aktivitas tersebut bukan berasal dari fenomena alam, melainkan aktivitas manusia.

"Penyebab dari suara tersebut masih belum dapat dipastikan. Namun, kemungkinan adanya suara tersebut disebabkan oleh aktivitas manusia," jelas keterangan BMKG.

Hal tersebut juga didukung dari data kemagnetan bahwa tidak ada tanda-tanda dari anomaly, maupun gangguan kemagnetan di atmosfer.(amt/sumber:merdeka.com)