Yukki: Biaya di Pelabuhan harus Efisien untuk Dorong Daya Saing

  • Oleh : Wilam

Sabtu, 20/Feb/2021 21:32 WIB


JAKARTA(Beritatrans.com) - Biaya di pelabuhan Indonesia harus lebih efisien sesuai dengan komoditi yang ditangani, kata Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi.

Pelabuhan juga harus menjadi pintu gerbang perekonomian yang lebih efektif agar menambah daya saing terhadap barang-barang yang dikirim via pelabuhan.

Baca Juga:
Tingkatkan Daya Saing Logistik, Menhub Dorong Kolaborasi Pelaku Usaha

"Kalau ada yang menyebut biaya pelabuhan harus murah, saya lebih suka bilang bahwa biaya pelabuhan harus lebih efisien sesuai dengan komoditinya. ," ujar Yukki saat menjadi nara sumber dalam Webinar Nasional bertema `Peran Pelabuhan Sebagai Katalisator Pemulihan Perekonomian Setelah Pandemi Covid 19`, yang digelar secara virtual, Sabtu (20/2/2021).

Yukki mengingatkan kedepan pemilik barang akan terus menuntut biaya di pelabuhan lebih efisien dengan pelayanan yang lebih baik.

Baca Juga:
ALFI Ajak Pelaku Logistik Siap Songsong NLE

Webinar digelar bertepatan dengan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Badan Usaha Pelabuhan Indonesia (ABUPI) yang dibuka secara virtual oleh Menhub Budi Karya Sumadi. Acara ini merupakan rangkaian kegiatan HUT ke 6 ABUPI.

Narasumber lainnya pada Webinar itu antara lain; Ketua Umum ABUPI, Febri Aulia Fatwa, Ketua Umum DPP Indonesia National Shippowners Association (INSA) Carmelita Hartoto yang juga merupakan Wakil Ketua Umum Kadin bidang Perhubungan, Wakil Ketua Umum DPP Indonesia Shipping Agency Association (ISAA) Reinhard LB Tobing, Sahat Simatupang dari Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI), Pasoroan Herman Harianja (INAMPA), serta Pengurus HKI.

Baca Juga:
G20 & B20 Beri Peluang Tarik Investasi termasuk Sektor Logistik

Pada kesempatan itu, Yukki juga mengingatkan supaya pengembangan pelabuhan di Indonesia sudah semestinya mengarah pada green port.

"Kita harus sudah masuk pada green port, bukan sekedar urban logistic centre di pelabuhan utuk situasi dan kondisi yang lebih baik lagi," ucapnya.

Yukki yang menjabat Chairman Asean Federation of Forwarders Association (AFFA) itu juga mengingatkan bahwa kata kunci pertumbuhan dari sisi kaca mata logistik itu bisa dilihat jika pertumbuhan tersebut penyebarannya merata secara ekonomi di seluruh wilayah RI.

Sebab, imbuhnya, pertumbuhan atau produk domestik bruto (GDP) berdasarkan pada dua aspek yakni investasi dan konsumsi.

"Kita sering mengalami imbas gejolak krisis global tersebut. Sebut saja pada tahun 2018 dimana krisis ekonomi global akibat perdagangan dan energi yang nyata dilihat dari tekanan suply dan demand-nya," ujarnya.

Kemudian di tahun 2019, RI juga mengalami imbas krisis global akibat perang dagang Amerika dan China. Sedangkan pada 2020 krisis global terjadi akibat Pandemi Covid 19 yang bersumber pada krisis kesehatan dan pada akhirnya menekan perekonomian dunia.

"Situasi dan kondisi ini mengagetkan serta menekan kondisi perekonomian kita.
Hal ini karena dunia belum berpengalaman menangani krisis global yang disebabkan masalah kesehatan (pandemi). Kita semua harus memberikan kreativitas supaya ke depan bisa tetap bertahan ," paparnya.

PELUANG

"Kondisi Pandemi saat ini", kata Yukki, juga memaksa kita semua untuk melakukan sesuatu yang baru ataupun sesuatu yang sedang berjalan dipercepat termasuk dari sisi digitalisasi maupun big data.

"Menghadapi Pandemi ini saya mau mengatakan bukan hanya welcome to the new normal, tetapi juga welcome to the new opportunity," sergahnya.

Pada kesempatan itu, Yukki juga mengajak semua pihak untuk menghapuskan ego sektoral guna mewujudkan National Logistik Ekosistem (NLE) sebagai platform besar bersama dalam mengefisienkan logistik nasional.

"Sebab ego sektoral bukan hanya ada di pemerintah tetapi juga ada di kita sebagai pelaku usaha. Oleh karena itu kita mesti berkolaborasi," tuturnya.

Tak ketinggalan, Yukki juga kembali mengingatkan bahwa pada 2025, RI akan masuk pada Asean Conectivity, dan oleh sebab itu perlu menyiapkan segala sesuatuya. "Kita masih punya waktu menyiapkan segala sesuatunya untuk menuju Asean Conectivity 2025," ucapnya.(wilam/ny)