Seorang Pria Nekat Bajak Pesawat Penumpang, Bawa Senjata Api dan Bom Bensin

  • Oleh : Bondan

Sabtu, 06/Mar/2021 20:06 WIB
Ilustrasi pesawat. Foto: Tribunnews.com Ilustrasi pesawat. Foto: Tribunnews.com

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Pesawat penumpang mengalami pembajakan saat terbang di atas Iran. Pembajak diklaim menargetkan jet komersial regional Iran Air Fokker 100.

Pesawat penumpang itu seharusnya melakukan rute penerbangan dari kota Ahvaz di barat daya, ke kota barat laut Mashhad menurut Garda Revolusi Iran dalam situsnya.

Baca Juga:
Ini 6 Fakta Helikopter Polri yang Hilang Kontak di Perairan Bangka Belitung

Garda Revolusi Iran menyatakan telah berhasil menggagalkan upaya pembajakan tersebut selama pesawat masih berada di atas wilayah udara Iran.

“Pihak berwenang mengganggu upaya pembajakan pesawat yang sedang dalam penerbangan,” terang Garda Revolusi Iran dalam pengumumannya pada Jumat (5/3/2021) seperti dilansir Daily Mail.

Baca Juga:
Helikopter Jatuh di Belitung Timur Diduga Milik Polri

dalam pengumumannya pada Jumat (5/3/2021) seperti dilansir Daily Mail.

Pengumuman tersebut tidak mengidentifikasi pelaku pembajakan. Tapi menyebut pembajak berusaha mengalihkan penerbangan ke “pantai selatan Teluk Persia.”

Baca Juga:
Pesawat TNI AL G-36 Bonanza yang Jatuh di Laut Madura Baru Menjalani Perawatan

Deskripsi tujuan itu bisa mengarah pada negara-negara Bahrain, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Tiga negara ini sejak lama mencurigai niat Iran di kawasan yang lebih luas.

Dikatakan juga penerbangan Iran Air melakukan pendaratan darurat di kota Isfahan di Iran Tengah. Tidak ada yang terluka dalam insiden tersebut.

Namun belum jelas apakah pelaku pembajakan menggunakan senjata selama upaya serangan tersebut.

Sebuah Fokker 100 dijadwalkan lepas landas dari Ahvaz menuju Masyhad pada pukul 19.15 waktu setempat pada Kamis (4/3/2021), menurut situs website pelacakan pesawat FlightRadar24.com.

"Pelaku pembajakan" ditangkap setelah "pendaratan darurat pesawat di bandara Isfahan" di Iran tengah.

"Penumpang pesawat, yang dalam keadaan sehat, terbang ke tujuan (terakhir) mereka dengan penerbangan alternatif," kata pernyataan itu, menambahkan bahwa penyelidikan sedang dilakukan.

Garda Revolusi Iran bertanggung jawab atas keamanan bandara dan wilayah udara Iran.

Iran Air memiliki tiga pesawat dalam armadanya, masing-masing berusia sekitar 30 tahun karena Iran tetap tidak dapat menjual pesawat internasional karena adanya sanksi.

Penerbangan domestik Iran dilaporkan selama menyertakan perwira udara bersenjata dari Garda tersebut. Ini dilakukan untuk mencegah upaya serangan atau pembajakan selama penerbangan.

Garda Revolusi Iran telah mengambil alih keamanan penerbangan pada 1980-an.

Tepatnya setelah serangkaian insiden yang melibatkan kelompok oposisi Iran merebut pesawat dalam kerusuhan yang terjadi setelah Revolusi Islam 1979 di negara itu.

Dua percobaan pembajakan pesawat terakhir terjadi tahun 2000.

Pada September 2000, seorang pria bersenjatakan pistol palsu dan bom bensin berusaha untuk merebut sebuah Air Fokker 100 Iran. Pelaku berniat mengarahkan penerbangan itu ke Prancis.

Dia menyalakan api di atas pesawat dan kemudian ditahan, menurut laporan Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat.

Pada November 2000, empat bersenjata mencoba menyita sebuah pesawat Yakovlev YAK-40. Penerbangan iran Ariatour Airlines tersebut, diminta mengalihkan tujuan ke AS.

Para petugas penjaga udara juga menggagalkan upaya itu. Meski demikian upaya pencegahan itu mengakibatkan salah satu dari mereka tertembak dan dua lainnya ditikam.

Seorang pramugari dan lima pembajak juga terluka, berdasarkan laporan FAA. (Tribunnews.com)