China dan Rusia Sepakat Bangun Stasiun Luar Angkasa di Bulan

  • Oleh : Redaksi

Kamis, 11/Mar/2021 10:55 WIB
Sebuah pernyataan menyebutkan fasilitas akan digunakan untuk penelitian multidisiplin ilmu. (PA MEDIA) Sebuah pernyataan menyebutkan fasilitas akan digunakan untuk penelitian multidisiplin ilmu. (PA MEDIA)

Jakarta (BeritaTrans.com) - China dan Rusia mengumumkan rencana untuk membangun stasiun luar angkasa di bulan.

Badan antariksa Rusia, Roscosmos, mengatakan telah membuat kesepakatan dengan Administrasi Luar Angkasa Nasional China untuk membangun fasilitas penelitian di permukaan bulan, atau bisa juga pada orbit, atau keduanya.

Baca Juga:
Sergei Krikalev: `Warga Soviet terakhir yang ditinggalkan begitu saja` di ruang angkasa saat Uni Soviet ambruk

Sebuah pernyataan dari badan antariksa kedua negara mengatakan fasilitas ini bisa digunakan oleh negara-negara lain.

Pengumuman ini diluncurkan menjelang perayaan 60 tahun penerbangan luar angkasa berawak pertama Rusia.

Baca Juga:
Pasokan Stasiun Luar Angkasa Diluncurkan Termasuk Peralatan untuk Pizza

 

Stasiun Penelitian Ilmiah Internasional Bulan akan melakukan berbagai penelitian ilmiah termasuk eksplorasi dan pemanfaatan bulan, kata pernyataan dari kedua badan antariksa.

Baca Juga:
China Siap Kirim 3 Astronaut ke Stasiun Luar Angkasa

"China dan Rusia akan menggunakan pengalaman mereka yang terakumulasi di bidang ilmu ruang angkasa, penelitian dan pengembangan dan penggunaan peralatan luar angkasa, teknologi luar angkasa untuk bersama mengembangkan peta jalan untuk pembangunan stasiun penelitian ilmiah internasional bulan," sebut pernyataan dalam bahasa Mandarin.

Laporan ini juga menyebutkan, Rusia dan China akan berkolaborasi dalam perencanaan, desain, pengembangan dan pengoperasian stasiun penelitian.

Chen Lan, seorang analis yang khusus bekerja pada program luar angkasa China mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa proyek ini adalah "kesepakatan besar".

"Ini akan menjadi proyek kerja sama luar angkasa internasional terbesar bagi China, jadi ini sangat signifikan," katanya.

China cenderung terlambat dalam hal dunia eksplorasi ruang angkasa, tapi Desember lalu, wahana Chang'e-5 berhasil membawa kembali bebatuan dan "tanah" yang diambil dari bulan. Pada saat itu, terlihat sebagai momentum unjuk gigi China dalam peningkatan kemampuannya di bidang luar angkasa.

Rusia, yang mempelopori eksplorasi luar angkasa, telah dikalahkan oleh China dan Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir. Tahun lalu, Rusia kehilangan monopoli dalam membawa astronot ke stasiun Luar Angkasa Internasional setelah peluncuran SpaceX yang sukses.

 

Amerika Serikat menggunakan rencana untuk kembali ke bulan pada 2024. Program yang disebut Artemis itu akan menampilkan seorang pria dan perempuan menginjakkan kaki di permukaan bulan, seperti yang terjadi pada saat pertama kali manusia ke bulan sejak 1969.

(lia/sumber:bbcindonesia.com)