12 Drone & Rudal Serang Pelabuhan Minyak Arab Saudi

  • Oleh : Redaksi

Sabtu, 13/Mar/2021 22:00 WIB
Foto: Sebuah drone kembali menyerang Arab Saudi. Kali ini, pesawat itu menyerang pelabuhan minyak. (AP/Hani Mohammed) Foto: Sebuah drone kembali menyerang Arab Saudi. Kali ini, pesawat itu menyerang pelabuhan minyak. (AP/Hani Mohammed)

Jakarta (BeritaTrans.com)  - Arab Saudi terkena serangan rudal dan drone. Sebanyak 12 drone dan dua rudal mengepung jantung industri minyak di bagian timur negara itu, pada akhir pekan lalu, Minggu (7/3/2021).

Pemberontak Huthi di Yaman mengklaim bertanggung jawab. Milisi yang diklaim didanai Iran itu, mengakui telah menembakkan drone dan rudal ke Ras Tanura, pelabuhan minyak terbesar dunia, dan Dammam, yang dekat dengan fasilitas minyak BUMN Saudi, Saudi Aramco, Dhahran.

Baca Juga:
Houthi Serang Fasilitas Aramco di Jeddah, 2 Tangki Penyimpanan Minyak Terbakar

Ini menjadi eskalasi baru dalam konflik enam tahun terakhir antara kelompok pemberontak Huthi di Yaman dengan Arab Saudi. Serangan terjadi ketika koalisi militer pimpinan Arab Saudi mengebom ibu kota Sanaa, Yaman yang dikuasai Huthi setelah mencegat drone dan rudal lintas batas milik yang lebih dulu menyerbu negeri Raja Salman.

Beruntung serangan itu tidak menimbulkan korban atau kerusakan. Namun serpihan rudal di Dhahran disebut jatuh di pemukiman perumahan pekerja Saudi Aramco.

Baca Juga:
AS Setujui Kontrak Rp7,1 T Perawatan Helikopter Militer Saudi

Ras Tanura sendiri adalah terminal minyak terbesar di dunia. Ada sekitar 6,5 juta barel minyal yang diekspor per hari atau hampir 7% dari permintaan minyak.

Dengan demikian salah satu instalasi paling terlindungi di dunia. Pelabuhan tersebut memiliki tangki penyimpanan besar tempat minyak mentah disimpan sebelum dipompa ke kapal tanker super.

Baca Juga:
Saudi Cegat 4 Drone dan Roket Balistik Houthi yang Bakal Serang Jazan

Akibatnya hari ini harga minyak dunia Brent mengalami kenaikan hingga 2%. Satu barel kini menjadi US$ 70,82, tertinggi sejak Mei 2019.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Energi Arab Saudi mengatakan kerajaan mengutuk sabotase musuh yang terjadi berulang-ulang. Kerajaan meminta negara dunia, kata dia, berdiri melawan serangan yang ditujukan ke objek vital dan sipil.

"Tindakan sabotase semacam itu tidak hanya menargetkan Kerajaan Arab Saudi, tetapi juga keamanan dan stabilitas pasokan energi ke dunia, dan karenanya, ekonomi global," katanya dikutip dari Saudi Gazette.

"Mereka mempengaruhi keamanan ekspor minyak bumi, kebebasan perdagangan dunia, dan lalu lintas laut." Lanjutnya.

(lia/sumber:cnbcindonesia.com)