Buntut 200 Kapal China, Filipina Kerahkan Lebih Banyak Armada Tempur do Laut China Selatan

  • Oleh : Redaksi

Sabtu, 27/Mar/2021 05:45 WIB


MANILA (BeritaTrans.com) -Militer Filipina memerintahkan pengerahan lebih banyak kapal perang ke Laut China Selatan pada Kamis (25 Maret), di tengah pertikaian diplomatik yang berkembang atas armada kapal Cina yang diparkir di dekat karang yang disengketakan.

China mengklaim hampir keseluruhan laut yang kaya sumber daya itu, dan minggu ini dituduh oleh Amerika Serikat atas upaya untuk "mengintimidasi dan memprovokasi orang lain" dengan memarkir kapalnya di dekat Whitsun Reef.

Baca Juga:
Filipina dan Amerika Latihan Perang di Laut China Selatan, Libatkan 8.900 Tentara

Manila telah memerintahkan Beijing untuk menarik 183 perahu tersisa di terumbu berbentuk bumerang, sekitar 320 km Barat Pulau Palawan, menggambarkan kehadiran mereka sebagai serangan atas wilayah kedaulatan Filipina.

Baca Juga:
Amerika Buru-Buru Cari Pesawat Tempur F-35 yang Jatuh, Khawatir Ditemukan China

Sekitar 220 kapal terdeteksi oleh Penjaga Pantai Filipina pada 7 Maret, tetapi baru Manila publikasikan akhir pekan lalu. Patroli udara militer Filipina di atas terumbu karang tersebut pada Senin (23 Maret) menemukan 183 masih di sana.

China mengatakan, ratusan kapal penangkap ikan mereka berlindung dari cuaca buruk di dekat terumbu karang, yang Beijing klaim sebagai bagian dari Kepulauan Spratly di Laut China Selatan yang diperebutkan.

Mengutip Channel News Asia, seorang juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina menyatakan, kapal perang Angkatan Laut tambahan akan melakukan "patroli kedaulatan" di perairan tersebut.

Baca Juga:
Adu Jago di Laut China Selatan

Tapi, dia tidak menyebutkan, apakah kapal perang Filipina akan mendekati terumbu karang atau jenis kapal perang apa yang dikirim ke perairan itu.
Duterte hanya menyatakan keprihatinan

Perselisihan diplomatik Filipina dan China telah meningkat dengan beberapa negara, termasuk Kanada, Australia, dan Jepang, menyatakan keprihatinan atas ketegangan baru di kawasan tersebut.

Sebelumnya Amerika Serikat mengatakan pada Selasa (23 Maret), mereka mendukung Filipina dalam perselisihan baru dengan Beijing di Laut China Selatan yang disengketakan, di mana Manila telah meminta ratusan kapal penangkap ikan China untuk meninggalkan terumbu karang.

Kedutaan Besar AS untuk Filipina menyatakan, Washington berbagi keprihatinan dengan Manila dan menuduh China menggunakan "milisi maritim untuk mengintimidasi, memprovokasi, dan mengancam negara lain, yang merusak perdamaian dan keamanan di kawasan".

"Kami mendukung Filipina, sekutu perjanjian tertua kami di Asia," kata Kedutaan Besar AS di Manila dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Channel News Asia.

Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana pada Minggu (21 Maret) menuntut sekitar 200 kapal China, yang dia sebut sebagai kapal milisi maritim, meninggalkan Whitsun Reef, wilayah karang dangkal sekitar 324 km Barat Kota Bataraza di Provinsi Palawan, Filipina Barat.

Pejabat Filipina mengatakan, terumbu karang, yang mereka sebut Julian Felipe, berada dalam zona ekonomi eksklusif yang diakui secara internasional di negara mereka, di mana Filipina “menikmati hak eksklusif untuk mengeksploitasi atau melestarikan sumber daya apa pun”.

Penjaga Pantai Filipina melihat sekitar 220 kapal nelayan China berlabuh di terumbu karang, yang juga diklaim oleh Beijing dan Vietnam, pada 7 Maret lalu.