Yellow Submarine: Ketika The Beatles Naik Kapal Selam Kuning

  • Oleh : Redaksi

Selasa, 30/Mar/2021 22:35 WIB
SUMBER GAMBAR,TITAN COMICS SUMBER GAMBAR,TITAN COMICS

LONDIN (BeritaTrans.com) - Yellow Submarine adalah kisah yang layak mendapat pengakuan lebih besar. Rumor yang beredear, ini adalah salah satu film favorit Ratu Elizabeth.

Pada tahun 1968, The Beatles masuk ke kapal selam berwarna kuning dan berlayar ke lautan hijau -setidaknya di layar- dalam animasi yang dirancang untuk memenuhi kontrak tiga film mereka dengan United Artists, tanpa banyak usaha dari band itu.

Baca Juga:
The Beatles: Ketika Paul McCartney Bayar `Utang` Selimut

Sebuah kisah sinematik yang ajaib dari era 70-an yang menampilkan flower power ini bisa saja tenggelam tanpa jejak. Namun, Yellow Submarine kini menjadi film klasik yang memiliki penggemar abadi.

Gambar kapal selam berwarna kuning bisa ditemukan pada semua jenis barang dagangan, mulai dari kaus kaki, teko teh hingga mainan Lego dan papan Monopoly.

Rumor beredar, film ini bahkan menjadi salah satu favorit Ratu Elizabeth.

Film itu mungkin terkenal karena visual psikedeliknya yang absurd dan narasinya yang melenceng, namun daya tarik film itu bukan karena latar belakangnya dianggap sebagai pilhan film para pemadat: Yellow Submarine juga telah menjadi favorit anak-anak.

"Film ini masuk untuk setiap generasi," klaim gitaris The Beatles George Harrison.

Musik The Beatles, yang secara alami menjadi soundtrack film Inggris ini, selalu memiliki daya tarik antar generasi - tetapi naskah yang aneh, penuh dengan gurauan juga mampu menarik pada berbagai level.

Jauh sebelum film-film animasi dari Pixar, film singkat yang lucu yang disutradarai oleh George Dunning ini secara simultan menarik bagi anak-anak dan orang tua mereka.

Saya seharusnya mengerti: saya dibesarkan dengan film ini, orang tua hippie dan VHS bersemut yang saya tonton ratusan kali.

Saya juga memiliki DVD film ini ketika saya mahasiswa, dan - baru saja menonton versi baru yang direstorasi dengan indah di bioskop, dengan soundtrack yang keras dan riang - dapat dipastikan bahwa, meski sudah 50 tahun, film ini menua dengan sangat baik.

Titan ComicsSUMBER GAMBAR,TITAN COMICS

Untuk yang tidak tahu, film ini menceritakan kisah Pepperland, sebuah tempat yang damai penuh dengan kebun dan stan, sekitar 80.000 liga di bawah laut.

Tapi itu diserang oleh Blue Meanies, yang tidak bisa tahan dengan musik, atau kecantikan, atau kebahagiaan dan mengubah penghuninya menjadi batu.

Seorang penghuni Pepperland, bernama Old Fred, berhasil melarikan diri dengan sebuah kapal selam kuning (yellow submarine, yang menjadi judul film ini), dan berakhir di Liverpool, di mana dia meminta The Beatles untuk membantunya.

Mereka lalu berlayar melalui berbagai 'laut' yang sureal dan metafisis (lautan waktu, lautan lubang) sampai mereka berhasil sampai ke Pepperland.

Di sana, berdandan seperti - tentu saja - Sgt Pepper's Lonely Hearts Club Band, mereka membebaskan orang-orang dan bahkan mencairkan hati dingin Blue Meanies dengan menyanyikan All You Need is Love.

Perairan dalam

Film ini adalah tentang hal-hal paling 60-an yang bisa dibayangkan.

Animasi, yang dipimpin oleh Heinz Edelmann, mengikutsertakan seniman psikedelik Martin Sharp dan Alan Aldridge, atau desainer grafis dari era itu seperti The Fool and Hapshash dan Colored Coat.

Bunga dan dedaunan melengkung dan mekar dalam corak mencolok. Figur yang digambar dengan garis datar seperti Aubrey Beardsley sedang berada dalam pengaruh zat terlarang LSD.

Bayangan yang dibuat dari cat air di lansekap dan tanaman memberi kecantikan yang menganggu. Lautan monster tampak digambar langsung dari alam bawa sadar si animator. Tampak seperti sedang mabuk.

Background animation cell of a landscape with a brightly coloured policeman running from the 1968 Beatles film Yellow SubmarineSUMBER GAMBAR,MARK AND COLLEEN HAYWARD/REDFERNS

Tapi film ini tak serta merta sekedar pelangi. Dan tentu saja, bukan Disney - satu-satunya studio animasi berdurasi panjang yang benar-benar sukses pada saat itu.

Sementara sebagian besar Yellow Submarine berada dalam warna yang sangat cerah, ada juga ramuan media campuran yang agak gelap di awal film, hingga ketegangan yang memilukan dari Eleanor Rigby, yang menawarkan kebangkitan mengerikan dari Liverpool yang jauh dari kebangkitan era Swing pada tahun 60-an di Carnaby Street.

Dan juga ada sekuen gaya op-art yang pantas diingat - lubang laut hitam-putih yang tampaknya tak terbatas masih membuat saya takut.

Animasinya, secara umum, memiliki kekuatan yang hampir unik untuk menjadi aneh: Anda dapat membuat apa pun yang dapat Anda bayangkan, bermain liar dengan skala dan warna, bahkan menghancurkan ruang dan waktu. Yellow Submarine menyadari potensi penuh dari semua itu.

Saya suka saat di mana seekor monster pengisap menghantam makhluk lainnya, kemudian latar belakang, lalu tubuhnya sendiri. Animasi itu memakan dirinya sendiri, dan ada sesuatu yang meta tentang pendekatan pembuat film; mereka bermain dengan bentuk kartun.

Film itu sangat inovatif pada saat itu - sekuen Lucy in the Sky With Diamonds menampilkan beberapa karya rintisan rotoscoping, warna berkilauan dari rekaman aksi langsung penari - dan film, dalam istilah teknis, masih tampak segar dan berani pada tahun 2018.

Memang, John Lassester, sutradara film animasi Toy Story dan mantan kepala kreatif Pixar dan Walt Disney Animation, menyebut Yellow Submarine sebagai "karya revolusioner" yang membantu "membuka jalan bagi dunia animasi fantastis yang sangat beragam yang kita semua nikmati hari ini."

The Beatles bersama dengan figurine tokoh animasi mereka di Yellow SubmarineThe Beatles bersama dengan tokoh animasi mereka di Yellow Submarine. SUMBER GAMBAR,MARK AND COLLEEN HAYWARD/GETTY IMAGES

Josh Weinstein, penulis The Simpsons, mengklaim film ini "melahirkan animasi modern", dan tanpa itu - dan humor subversifnya - kami tidak akan memiliki South Park, Toy Story atau Shrek.

Namun, Yellow Submarine tidak pernah menjadi terlalu gelap: ya, ada logika berkabut untuk itu, dan grafik yang mekar dan mengepul yang sangat halusinogenik.

Tetapi anak-anak juga tertarik pada sifat kaleidoskopisnya, dan dengan mudah mengikuti pendekatan film ini dalam bercerita.

Film itu sangat sureal - tetapi begitupun, semua kartun, dengan bahaya palsu mereka, dan cerita yang berlebih-lebihan.

'Aye, sir, aye!'

Kisah Yellow Submarine mungkin tipis, tapi lucu. Hebatnya, penyair Roger McGough dibawa untuk mempercantik naskah, dan memberi humor karakter penggemar klub bola Liverpool asli kota itu.

Penuh dengan kata-kata yang tidak berurutan, kata-kata yang lusuh/brilian, dan gurauan khas The Beatles yang dilontarkan dengan kasar dalam nada Scouse, dan sering mudah dilewatkan (saya jelas tidak mengerti itu semua saat masih anak-anak).

Ketika bertemu Frankenstein, Ringo berkomentar bahwa dia dulu "pergi dengan adiknya, Phyllis". John Lennon mengumumkan bahwa mereka telah terperangkap dalam teori kontinum ruang waktu Einstein: "secara relatif, begitulah."

Ketika Old Fred mengucapkan "tolong, tolong bantu saya?" Ringo kemudian memintanya untuk "lebih spesifik".

Titan ComicsSUMBER GAMBAR,TITAN COMICS

Kita terbiasa dengan ide bahwa lelucon dan permainan kata mungkin sengaja dirancang untuk melampaui kepala pemirsa muda sekarang; film anak-anak yang paling sukses hari ini sering tak dianggap pemirsa dewasa.

Tapi Yellow Submarine bisa dibilang yang pertama melakukan hal ini secara eksplisit.

Film The Beatles - dan ini adalah yang ketiga, setelah A Hard Day's Night dan Help! - juga merupakan contoh awal dari musikal jukebox.

Musik adalah bagian penting dari Yellow Submarine, meskipun keakuratannya pada plot sering kali dibuat-buat.

Tapi itu memberi kesempatan bagi penggemar untuk mendengar lagu baru, di samping musik klasik seperti When I'm 64, Nowhere Man, dan Yellow Submarine, tentu saja.

Bukan berarti ada banyak musik baru: hanya empat lagu, serta skor orkestra George Martin. Lagu-lagunya campuran, terus terang.

Lagu riang All Together Now mungkin bisa menjadi lagu yang terngiang-ngiang di telinga, mungkin lebih. Hey Bulldog adalah lagu yang menunjukkan sedikit kesenangan dari John Lennon, meskpun itu menuju ke arah yang lebih keras dari lagu-lagu di White Album.

Tapi ada juga lagu di sini bagi mereka yang merasa George Harrison kurang dihargai, menampilkan dua karyanya yang dibuang dari album Sgt Pepper.

Hanya Northern Song yang penuh dengan nada yang aneh dan kunci yang "tidak sesuai" (seperti yang diakui liriknya), dan jika bukan yang terbaik, ia memiliki daya tarik tertentu.

Lalu ada It's All Too Much - lagu yang sangat diremehkan, yang mengakhiri film dalam klimaks diiringi organ Hammond.

Ini sangat cocok untuk optimisme utopis dari Yellow Submarine, menyanyikan impian hippie akan kedamaian batin dan kesalingtergantungan (dan tampaknya terinspirasi oleh cinta di musim panas dan eksperimen Harrison dengan LSD).

"Ketika saya melihat ke dalam mata Anda, cinta Anda ada untuk saya/Dan semakin saya masuk, semakin banyak yang bisa dilihat," nyanyinya.

Murahan? Diam. Saya menyukainya.

Itu benar-benar film euforia, dan penuh keajaiban, dan layak untuk menjadi lebih terkenal.

Kolumnis Rolling Stone, Rob Sheffield di sisi saya; dia menulis dalam bukunya Dreaming the Beatles bahwa It's All Too Much adalah "lagu The Beatles yang hilang terbaik".

Dan lagi, saya mungkin lebih dipengaruhi oleh pengalaman masa kecil lain: mendengar orang tua saya berbicara tentang hari pernikahan mereka.

Mereka menyuruh pemain organ di sebuah gereja di Birkenhead untuk membunyikan riff ala Hammond setelah mereka mengatakan "Saya bersedia..." Berapa banyak lagu yang tak dimasukkan ke album band lain yang cukup baik untuk pernikahan?

The BeatlesSUMBER GAMBAR,MARK AND COLLEEN HAYWARD/GETTY IMAGES

Fakta bahwa The Beatles terjebak pada soundtrack adalah indikasi betapa santai mereka menyikapi film ini. Mereka bahkan tidak meminjamkan suara mereka, Fab Four justru diperankan oleh aktor .

Band ini khawatir, rupanya, bahwa film animasi akan terlalu kekanak-kanakan dan naif - ada seri kartun Beatles di AS yang mereka benci - tetapi langsung berubah ketika mereka melihat bagaimana film itu jadi.

Mereka sangat menyukainya, mereka bahkan merekam sebuah cameo singkat di akhir film (tentu saja bagian terburuk dari akting dalam film).

Daya tarik film untuk anak-anak terbukti bermanfaat bagi The Beatles juga.

Menurut cerita, Sean Lennon tidak tahu bahwa ayahnya adalah seorang Beatle sampai ia melihat film itu di rumah seorang teman; John harus menjelaskan mengapa ada versi dirinya berkeliaran dalam kartun.

Bahkan untuk anak-anak mereka sendiri, Yellow Submarine adalah pengantar yang sempurna untuk The Beatles.

 

Sumber: bbc.com.

Tags :