Iran Bersumpah untuk Membalas Serangan Israel Terhadap Fasilitas Nuklir yang Disebut Target Terorisme

  • Oleh : Redaksi

Selasa, 13/Apr/2021 08:29 WIB
Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan sejumlah sentrifuga uranium rusak dalam insiden tersebut. (EPA) Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan sejumlah sentrifuga uranium rusak dalam insiden tersebut. (EPA)

Teheran (BeritaTrans.com) - Menteri luar negeri Iran mengatakan negaranya akan "membalas dendam" atas serangan terhadap fasilitas nuklir bawah tanah di Natanz, yang dituduhkan kepada Israel.

Para pejabat Iran mengatakan fasilitas pengayaan uranium itu menjadi target "terorisme nuklir" pada hari Minggu, setelah awalnya melaporkan mati listrik.

Baca Juga:
Gelar Operasi Garda Indosin, KRI Sigalu-857 Selamatkan Kapal Patroli Malaysia

Mesin sentrifuga canggih baru untuk memperkaya uranium baru saja diaktifkan di fasilitas tersebut.

Israel belum berkomentar, tetapi radio publik mengutip sumber-sumber intelijen yang mengatakan serangan ini adalah operasi siber Mossad.

Baca Juga:
Iran Lancarkan Serangan Rudal Drone di Wilayah Kurdistan Irak

Sumber-sumber intelijen mengatakan serangan ini telah menyebabkan kerusakan yang lebih parah daripada yang dilaporkan Iran.

Pejabat intelijen AS mengatakan kepada surat kabar New York Times bahwa ledakan besar telah menghancurkan total sistem daya internal independen yang memasok sentrifuga di dalam fasilitas bawah tanah itu.

Baca Juga:
Drone Bunuh Diri Militer Iran Teror Kota-kota Israel

Mereka memperkirakan perlu setidaknya sembilan bulan sebelum pengayaan uranium di sana dapat kembali dilakukan.

Dalam beberapa hari terakhir, Israel menggencarkan peringatannya tentang program nuklir Iran di tengah upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir tahun 2015 yang dihentikan oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Pengganti Trump, Joe Biden, mengatakan dia ingin kembali bergabung dengan kesepakatan penting itu.

Tetapi Iran dan lima kekuatan dunia lain yang masih menjadi bagian dari kesepakatan - China, Prancis, Jerman, Rusia, dan Inggris - perlu menemukan cara supaya Biden dapat mencabut sanksi AS dan membuat Iran kembali ke batas yang disepakati dalam program nuklirnya.

Sekilas tentang krisis nuklir Iran

  • Kekuatan-kekuatan dunia tidak mempercayai Iran: Beberapa negara percaya Iran menginginkan tenaga nuklir karena ingin membuat bom nuklir - Iran membantahnya.
  • Maka, dicapailah kesepakatan: Pada 2015, Iran dan enam negara lainnya menandatangani kesepakatan besar. Iran akan menghentikan beberapa pekerjaan nuklir dengan imbalan berakhirnya penalti keras, atau sanksi, yang merugikan ekonominya.
  • Apa masalahnya sekarang? Iran memulai kembali pekerjaan nuklir yang dilarang setelah mantan Presiden AS Donald Trump menarik diri dari kesepakatan dan memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran. Meskipun presiden baru Joe Biden ingin bergabung kembali, kedua belah pihak mengatakan bahwa pihak lain harus mengambil langkah pertama.

"Zionis ingin membalas dendam karena kemajuan kami dalam proses untuk mencabut sanksi," Menteri Luar Negeri Iran Muhammad Javad Zarif seperti dikutip oleh media pemerintah, Senin (12/04).

"Mereka telah secara terbuka mengatakan bahwa mereka tidak akan mengizinkan ini. Tetapi kami akan membalas dendam kepada Zionis."

Juru bicara kementerian luar negeri Said Khatibzadeh kemudian berkata dalam jumpa pers di Teheran bahwa Israel "tentu saja" ada di balik serangan terhadap Natanz.

"Peristiwa ini untungnya tidak menimbulkan kerusakan pada kehidupan manusia atau lingkungan. Namun, bisa menjadi malapetaka. Ini kejahatan terhadap kemanusiaan dan melakukan tindakan tersebut sejalan dengan esensi rezim Zionis," dia berkata.

Khatibzadeh mengatakan hanya sentrifugal yang paling tidak efisien "IR1" yang rusak dalam insiden itu, dan ia akan diganti dengan yang lebih canggih.

Uranium yang diperkaya dibuat dengan memasukkan gas uranium heksafluorida ke dalam sentrifuga untuk memisahkan isotop yang paling cocok untuk reaksi fisi nuklir, disebut U-235.

Kesepakatan nuklir 2015 hanya membolehkan Iran menggunakan sentrifuga IR1 untuk menghasilkan uranium yang diperkaya dalam jumlah terbatas, yaitu hingga konsentrasi 3,67%, yang dapat digunakan untuk menghasilkan bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga nuklir komersial. Uranium yang diperkaya hingga 90% atau lebih dapat digunakan untuk membuat senjata nuklir.

Iran, yang bersikeras tidak menginginkan senjata nuklir, membalas pemberlakuan kembali sanksi oleh pemerintahan Trump dengan membatalkan komitmen utama dalam perjanjian tersebut.

Mereka antara lain telah mengoperasikan sentrifuga canggih, melanjutkan pengayaan hingga konsentrasi 20%, dan menimbun bahan tersebut.

(lia/sumber:bbcindonesia.com)