Misteri `Sabotase` Fasilitas Nuklir Utama Iran, Israel Sudah Beri Peringatan

  • Oleh : Fahmi

Selasa, 13/Apr/2021 21:45 WIB
Gambar satelit fasilitas nuklir Natanz Iran yang diambil Oktober lalu. Gambar satelit fasilitas nuklir Natanz Iran yang diambil Oktober lalu.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Sebuah fasilitas nuklir di Iran "disabotase" sehari setelah meluncurkan peralatan pengayaan uranium baru, kata pejabat tinggi nuklir negara itu.

BeritaTrans.com mengutip dari BBC.com, Ali Akbar Salehi tidak mengatakan siapa yang harus disalahkan atas "aksi teroris" itu, yang menyebabkan mati listrik di kompleks Natanz di selatan Teheran pada hari Ahad.

Media massa Israel, di sisi lain, yang mengutip sumber-sumber intelijen mengatakan serangan itu adalah hasil dari serangan siber Israel.

Pemerintah Israel sendiri belum mengomentari insiden itu secara langsung.

Tetapi dalam beberapa hari terakhir ini, Israel telah memperingatkan soal program nuklir Iran.

Insiden terbaru itu terjadi ketika upaya diplomatik untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 - yang ditinggalkan oleh AS di bawah pemerintahan Trump pada 2018 - dilanjutkan.

Pada hari Sabtu, Presiden Iran Hassan Rouhani meresmikan sentrifugal baru di situs Natanz dalam sebuah upacara yang disiarkan langsung di televisi.

Sentrifugal adalah perangkat yang dibutuhkan untuk menghasilkan uranium yang diperkaya, yang dapat digunakan untuk membuat bahan bakar reaktor serta senjata nuklir.

Hal ini menunjukkan pelanggaran lain Iran atas kesepakatan 2015, yang hanya mengizinkan Iran untuk memproduksi dan menyimpan uranium yang diperkaya dalam jumlah terbatas untuk menghasilkan bahan bakar untuk pembangkit listrik komersial.

Apa yang dikatakan Iran?

Pada hari Minggu, juru bicara Organisasi Energi Atom Iran (AEOI), Behrouz Kamalvandi, mengatakan sebuah "insiden" telah pada jaringan listrik fasilitas nuklir di pagi hari.

Kamalvandi tidak memberikan rincian lebih lanjut, tetapi mengatakan kepada kantor berita Iran Fars bahwa "tidak ada korban atau kebocoran".

Kemudian TV pemerintah membacakan pernyataan ketua AEOI Ali Akbar Salehi, yang menggambarkan insiden itu sebagai "sabotase" dan "terorisme nuklir".

"Mengutuk langkah tercela ini, Republik Islam Iran menekankan perlunya komunitas internasional dan Badan Energi Atom Internasional [IAEA] untuk menangani terorisme nuklir ini," katanya.

"Iran berhak menindak pelaku," tambahnya.

IAEA mengatakan pihaknya mengetahui laporan insiden tetapi tidak akan berkomentar.

Juli lalu, pemerintah Iran mengatakan kebakaran di situs Natanz, yakni di bengkel perakitan sentrifugal pusat, disebabkan sabotas.

Bagaimana Israel bisa terlibat?

Lembaga penyiaran publik Israel, Kan, mengutip sumber intelijen yang tidak disebutkan namanya, mengatakan pemadaman listrik di fasilitas itu disebabkan oleh operasi dunia maya Israel.

Surat kabar Haaretz juga mengatakan insiden itu bisa diasumsikan sebagai serangan siber Israel.

Ron Ben-Yishai, seorang analis pertahanan di situs berita Ynet, mengatakan bahwa dengan kemajuan Iran terkait kemampuannya memproduksi senjata nuklir, "masuk akal untuk mengasumsikan bahwa masalah itu mungkin tidak disebabkan oleh kecelakaan, tetapi oleh sabotase yang disengaja, yang dimaksudkan untuk memperlambat perlombaan nuklir yang dipercepat oleh negosiasi dengan AS terkait penghapusan sanksi ".

Kemudian pada hari Minggu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan "perjuangan melawan Iran, proksinya, dan upaya persenjataan Iran adalah misi besar".

"Situasi yang ada hari ini belum tentu akan menjadi situasi yang akan ada besok," tambahnya, tanpa merujuk insiden Iran secara langsung.

Pada hari Senin ketika menerima kunjungan Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, Netanyahu mengatakan: "Di Timur Tengah tidak ada ancaman yang lebih serius, lebih berbahaya, lebih mendesak ketimbang yang dilakukan oleh rezim fanatik di Iran."

Di bawah pemerintahan Biden, upaya diplomatik telah ditingkatkan untuk menghidupkannya Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA), yang pelaksanaannya terhambat setelah Donald Trump menarik AS dari kesepakatan itu.

Tetapi Netanyahu mengatakan pekan lalu bahwa Israel tidak akan terikat oleh perjanjian baru dengan Teheran.

Misteri soal sabotase Natanz

Analisis koresponden keamanan Gordon Corera

Pemadaman listrik mungkin tidak terdengar terlalu serius, tetapi bisa jadi hal yang serius di pabrik pengayaan.

Masalah kecil dapat membuat sentrifugal berputar di luar kendali, menyebabkan bagian-bagian yang saling bertabrakan dan merusak seluruh kaskade.

Pertanyaannya adalah: apa yang menyebabkannya?

Spekulasi serangan dunia maya muncul karena Natanz adalah titik nol untuk perang dunia maya - tempat di mana serangan dunia maya nyata pertama di dunia terjadi satu dekade lalu.

Fasilitas pengayaan uranium Natanz terletak 250km di selatan ibukota Iran, Teheran

Sebagian besar peristiwa yang disebut serangan siber sebenarnya bukanlah serangan dalam arti fisik - melainkan pencurian data.

Tapi Stuxnet - nama yang diberikan untuk insiden yang menargetkan program nuklir Iran lebih dari satu dekade lalu- bukan hanya salah satu dari sedikit pengecualian, tetapi bisa dibilang juga demonstrasi pertama tentang seperti apa serangan dunia maya itu.

Dalam hal ini, kode komputer menyebabkan kerusakan nyata dengan mengganggu pengontrol sentrifugal untuk memutarnya di luar kendali (dan bahkan menyampaikan pesan palsu kepada mereka yang memantau, sehingga mereka tidak akan khawatir sampai semuanya terlambat).

Mesin sentrifugal di Natanz

Hasilnya adalah apa yang terdengar seperti ledakan saat sentrifugal bertabrakan satu sama lain.

Itu adalah operasi yang sangat canggih dan terarah, yang dijalankan bersama oleh AS dan Israel dan dikembangkan selama beberapa tahun.

Tetapi itu tidak berarti bahwa serangan dunia maya bertanggung jawab kali ini.

Iran berinvestasi besar-besaran dalam pertahanan dan penyerangan dunia maya setelah Stuxnet.

Iran juga berbuat lebih banyak untuk melindungi sistemnya, termasuk terkait pasokan daya.

Stuxnet menunjukkan bahwa pemisahan antara serangan online dan fisik dapat menjadi kabur - insiden dunia maya dapat menyebabkan kerusakan di dunia nyata.

Tapi bisa juga sebaliknya - serangan dunia maya terkadang membutuhkan bantuan dunia nyata.

Beberapa versi Stuxnet diyakini mengharuskan seseorang memasukkan USB secara fisik ke mesin untuk mendapatkan akses ke sistem Iran.

Dan tindakan sabotase fisik mungkin disertai dengan gangguan dunia maya untuk mematikan sistem listrik atau alarm.

Ada juga preseden untuk beberapa jenis sabotase fisik.

Musim panas lalu, kelompok yang sebelumnya tidak dikenal, yang menamakan dirinya Macan Tanah Air, mengatakan mereka berada di balik ledakan yang di Natanz (sebagian besar pekerjaan sensitif berada di bawah tanah).

Pernyataan itu dikirim ke BBC dan beberapa pihak lain, serta mengklaim lebih banyak serangan akan datang.

Banyak orang pada saat itu berasumsi bahwa Israel terlibat dalam beberapa hal, paling tidak karena negara itu juga dikaitkan dengan pembunuhan ilmuwan nuklir Iran.

Setelah suatu insiden terjadi, laporan sering kali bertentangan dan kabur.

Bisa juga ada disinformasi yang disengaja - terkadang negara seperti Israel mungkin lebih suka terlihat bahwa ini terkait insiden dunia maya untuk melindungi siapa pun yang menyusup ke situs tersebut.

Dan Iran sendiri mungkin tidak tahu atau mengungkapkan semua yang diketahuinya.

Detailnya kemungkinan akan menjadi lebih jelas dalam beberapa hari mendatang, dengan lebih banyak laporan mengarah ke ledakan di situs itu, daripada sekadar insiden dunia maya.

Tetapi apa pun penyebabnya, insiden sabotase online atau fisik ini hanya menyebabkan kemunduran sementara bagi program nuklir Iran.

Dan kali ini Iran kembali menegaskan akan mendorong pekerjaannya di Natanz.

Apa yang terjadi dengan kesepakatan nuklir?

Kesepakatan nuklir hanya memungkinkan Iran untuk memproduksi dan menyimpan uranium yang diperkaya dalam jumlah terbatas hingga konsentrasi 3,67%. Uranium yang diperkaya hingga 90% atau lebih dapat digunakan untuk membuat senjata nuklir.

Trump mengatakan kesepakatan itu didasarkan pada "fiksi bahwa rezim pembunuh hanya menginginkan program energi nuklir yang damai" dan menerapkan kembali sanksi ekonomi yang melumpuhkan dalam upaya memaksa Iran untuk merundingkan pengganti kesepakatan itu.

Iran, yang bersikeras mengatakan bahwa negara itu tak akan memproduksi senjata nuklir, menolak melakukannya dan membalas dengan membatalkan sejumlah komitmen utama di bawah perjanjian tersebut.

Sejak itu, terjadi pelanggaran-pelanggaran oleh Iran dalam upaya untuk meningkatkan tekanan pada AS.

Hal itu mencakup pengoperasian sentrifugal canggih untuk memperkaya uranium, melanjutkan pengayaan hingga 20% konsentrasi isotop U-235, dan membangun cadangan material tersebut.(sumber:BBC.com)

Baca Juga:
Balas Israel, Militan Houthi Serang Kapal AS dan Inggris