AS Jatuhkan Sanksi ke Rusia Atas Tudingan Serangan Siber, Usir 10 Diplomat

  • Oleh : Redaksi

Jum'at, 16/Apr/2021 10:53 WIB
Joe Biden berjanji untuk memberikan pendekatan yang lebih keras pada Rusia Joe Biden berjanji untuk memberikan pendekatan yang lebih keras pada Rusia

Washington (BeritaTrans.com) - AS telah mengumumkan sanksi terhadap Rusia sebagai tanggapan atas apa yang dikatakannya sebagai serangan dunia maya dan tindakan bermusuhan lainnya.

Tindakan tersebut, yang menargetkan puluhan perusahaan dan pejabat Rusia, yang oleh AS disebut bertujuan untuk mencegah "aktivitas asing berbahaya Rusia", kata Gedung Putih.

Baca Juga:
Memanas! Rusia Peringatkan Kemungkinan Perang Nuklir

AS mengatakan intelijen Rusia berada di balik peretasan besar-besaran "SolarWinds" tahun lalu dan menuduh Moskow ikut campur dalam pemilu 2020.

Rusia membantah semua tuduhan itu dan mengatakan akan menanggapi dengan cara yang sama.

Baca Juga:
Ukraina Klaim Berhasil Tembak Jatuh Pesawat Pengebom Rusia

Sanksi yang diumumkan pada hari Kamis dirinci dalam perintah eksekutif yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden. Keputusan itu datang saat tensi kedua negara sedang tinggi.

Vladimir Putin - 14 April

Baca Juga:
AS Kembali Terbangkan Drone Pengintai Usai Insiden di Laut Hitam

SUMBER GAMBAR,REUTERS

Putin dilaporkan tengah mempertimbangkan tawaran Biden untuk menghadiri pertemuan

 

Bulan lalu AS memberi sanksi terhadap tujuh pejabat Rusia dan lebih dari selusin entitas pemerintah atas peracunan kritikus Kremlin Alexei Navalny. Rusia membantah keterlibatannya dalam kasus itu.

Dalam panggilan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Selasa, Biden berjanji untuk membela kepentingan nasional AS "dengan tegas", sambil mengusulkan pertemuan dengan Putin untuk menemukan area, di mana kedua negara dapat bekerja sama.

Apa kata pemerintahan Biden?

Menurut pernyataan Gedung Putih hari Kamis, sanksi baru itu menunjukkan AS "akan mengenakan biaya dengan cara yang strategis dan berdampak secara ekonomi pada Rusia" jika negara itu terus melakukan "tindakan internasional yang berujung destabilisasi".

Hal ini menegaskan kembali pandangan pemerintah AS bahwa pemerintah Rusia berada di belakang serangan dunia maya dan telah mencoba untuk "merusak pelaksanaan pemilihan demokratis yang bebas dan adil" di AS dan negara-negara sekutunya.

AS secara khusus menyalahkan dinas intelijen luar negeri Rusia, SVR, atas serangan SolarWinds, yang memberi penjahat dunia maya akses ke 18.000 jaringan komputer pemerintah dan swasta.

Desember lalu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan dia yakin Rusia ada di belakang tindakan itu.

Sanksi terbaru menargetkan 32 entitas dan pejabat yang dituduh berusaha memengaruhi pemilihan presiden AS 2020 "dan tindakan disinformasi lainnya".

Sepuluh diplomat diusir. Perintah eksekutif itu juga melarang lembaga keuangan AS membeli obligasi dalam mata uang rubel mulai Juni.

Presiden Biden kemudian mengatakan dia telah memilih untuk menjadi "proporsional" dalam memberi tanggapan.

"Saya sudah jelas dengan Presiden Putin bahwa kita bisa melangkah lebih jauh, tetapi saya memilih untuk tidak melakukannya," katanya kepada wartawan.

Bagaimana reaksi dari Moskow?

Tak lama setelah sanksi diumumkan, kementerian luar negeri Rusia menyebut tindakan itu menunjukkan "langkah bermusuhan yang secara berbahaya meningkatkan suhu konfrontasi".

"Tindakan agresif seperti itu tentu saja akan mendapat tanggapan yang tegas," tambah pernyataan itu.

Duta Besar AS di Moskow telah dipanggil ke Kementerian Luar negeri Rusia, yang menyatakan "sejumlah tindakan balasan akan segera menyusul," seperti yang diungkap kantor berita Reuters.

Lalu juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa situasi seperti ini menyebabkan rencana pertemuan tingkat tinggi AS dan Rusia terancam batal.

UE, NATO dan Inggris semuanya telah mengeluarkan pernyataan untuk mendukung langkah-langkah AS.

Mengapa Rusia dan AS memanas lagi?

Dalam pidato kebijakan luar negeri pertamanya pada bulan Februari, Biden menjelaskan bahwa dia berencana untuk melawan Rusia. "Hari-hari Amerika Serikat berguling menghadapi tindakan agresif Rusia… telah berakhir," katanya.

Pernyataan itu sangat kontras dengan sikap yang diadopsi oleh pendahulu Biden, Donald Trump, yang jarang mengkritik Putin.

Dalam sebuah laporan bulan lalu, badan intelijen AS menyimpulkan bahwa presiden Rusia mungkin telah mengarahkan upaya daring untuk membantu Donald Trump memenangkan masa jabatan kedua sebagai presiden AS.

AS juga telah memperingatkan Rusia agar tidak melakukan tindakan agresif di Ukraina di tengah meningkatnya kehadiran militer Rusida di daerah perbatasan.

Ukrainian military exercises near Kyiv - 10 April

SUMBER GAMBAR,REUTERS

Militer Ukraina juga mengkhawatirkan agresi Rusia di bagian timur negara itu.

(sumber:bbcindonesia.com)