Pelaut Ini Terpaksa Tinggal di Kapal Kargo Sendirian selama 4 Tahun, Harus Berenang untuk Cari Makan

  • Oleh : Redaksi

Sabtu, 17/Apr/2021 08:32 WIB
Ilustrasi kapal kargo yang tertahan di Teluk Suez, Mesir. (Sumber: Planet Labs Inc. via AP) Ilustrasi kapal kargo yang tertahan di Teluk Suez, Mesir. (Sumber: Planet Labs Inc. via AP)

SUEZ (BeritaTrans.com) - Seorang pelaut asal Suriah harus tinggal di sebuah kapal kargo sendirian.

Ia tinggal sendirian di kapal kargo itu selama empat tahun di Suez, Mesir.

Baca Juga:
Kapal Kargo Mogok di Laut Aru, Kapal Pengawas KKP Lakukan Evakuasi

Kisah unik pelaut Suriah itu rupanya bermula dari satu tandatangan.

Pada 2017, otoritas Mesir menahan kapal MV Aman berbendera Bahrain.

Baca Juga:
Kapal Kargo di Laut Merah Pakai Kru dari Cina untuk Hindari Serangan Houthi

Hal itu karena izin keamanan peralatan kapal itu telah kedaluarsa.

Saat itu, pengadilan Mesir menyerahkan dokumen pada awak kapal.

Baca Juga:
Kapal Kargo Samudera Sakti 3 Terbakar di Lampung, 26 Awak Dievakuasi

Mereka meminta tanda tangan dari Muhammad Aisha yang menjabat sebagai mualim, yang juga tangan kanan kapten kapal.

Mengutip BBC, Muhammad pun setuju dan menandatangani dokumen itu tanpa tahu konsekuensi tanda tangan tersebut.

Dengan tanda tangan itu, Muhammad mesti menjaga dan berperan sebagai penanggung jawab resmi kapal.

Kapal itu terus tertahan di Mesir, sementara rekan-rekan Muhammad pulang ke negara masing-masing.

Muhammad Aisha di kapal kargo MV Aman. (Sumber: Dok. Muhammad Aisha via BBC)

Namun, Muhammad terpaksa tetap menjaga kapal itu sendirian.

Ternyata, tugas itu tak selesai dalam hitungan minggu atau bulan.

Pelaut asal Suriah itu justru tinggal di kapal hingga 4 tahun, seorang diri pula.

Ia juga tak bisa pulang karena otoritas Mesir menahan paspornya.

“Saya terjebak di penjara besi sendirian dan sekarang akan memasuki tahun keempat (di sini),” ujarnya.

Ia pun membeberkan pengalamannya sendirian di kapal kargo itu.

“Kamu bisa lihat ada tikus. Kamu bisa lihat banyak serangga, seperti lalat dan nyamuk. Malam hari di sini terasa seperti di kuburan. Kamu tak bisa melihat apapun. Kamu tak bisa mendengar apapun,” tutur Muhammad.

Tak cuma itu, Muhammad pun mesti berpisah dari ibunya selamanya.

Ibu Muhammad meninggal, sementara ia tak bisa pulang ke Suriah.

“Ibu saya meninggal dua tahun lalu. Dan saya tidak akan bisa melihatnya lagi karena saya terjebak di kapal terkutuk ini,” kata Muhammad.

Mengutip Maritime Executive, kapal itu kandas karena cuaca buruk.

Sejak saat itu, kapal tersebut hanya bisa berdiam di Teluk Suez.

“Sejak itu, tidak ada yang memberi saya air bersih, perbekalan, atau minyak solar. Saya harus berenang ke pantai setiap beberapa hari untuk mendapatkan makanan dan air serta untuk mengisi daya ponsel saya,” ucap Muhammad.

Masalahnya, kesehatan Muhammad sedang memburuk.

Ia kekurangan gizi dan kejiwaannya terdampak karena mesti hidup sendiri di sana.

Cuaca pun dingin di laut itu. Berenang adalah hal berbahaya baginya.

“Saya hampir tenggelam beberapa kali,” katanya.

“Saya sudah berkali-kali meminta pemulangan. Tapi otoritas pelabuhan menolak memberi izin saya pergi,” tambahnya.

Fenomena kapal yang tertahan di suatu negara karena masalah administratif bukan cuma terjadi pada Muhammad.

Setidaknya ada 250 kasus serupa di seluruh dunia.

Namun, Muhammad mengalami salah satu kasus terparah di antara awak-awak kapal yang lain.

“Situasi yang dihadapi Muhammad ini tidak adil. Tak ada yang seharusnya diperlakukan seperti itu. Muhammad dilupakan dalam kasus ini. Dia ditinggalkan sendirian di kapal karena pemiliknya memilih membiarkan kapal itu terbengkalai,” kata Mohammed Arachedi, perwakilan Federasi Pekerja Transportasi Internasional.

“Muhammad sendirian di kapal tanpa air dan listrik. Siapa yang seharusnya bertanggung jawab?” ujar Arachedi.

Pemilik kapal MV Aman, perusahaan bernama Tylos Shipping and Marine Services menyebut Muhammad mestinya memahami konsekuensi tanda tangannya di dokumen penahanan kapal itu.

“Menurut pendapat kami, setelah dia menandatangani dokumen pengadilan itu, dia telah siap dengan konsekuensinya,” ujar perwakilan perusahaan itu, dilansir dari BBC.

Perusahaan tersebut berdalih tak bisa berbuat banyak.

“Kami tidak bisa memaksa hakim mencabut status Muhammad sebagai penjaga kapal. Dan kami tidak bisa menemukan orang lain untuk menggantikannya sebagai penjaga kapal,” tambah mereka.

Kapal itu saat ini masih berada dalam proses pelelangan.

Sementara itu, Muhammad hanya ingin satu hal.

“Saya hanya menginginkan pulang ke rumah menemui keluarga saya,” kata Muhammad, penuh harap.   (ny/Sumber:KompasTV)