India Dilanda `Tsunami Covid-19` Usai Gelar Ritual Massal Keagamaan dan Pawai Politik, 230.000 Kasus Dalam Sehari

  • Oleh : Redaksi

Minggu, 18/Apr/2021 17:22 WIB
Seorang pria menangis ketika ayahnya yang meninggal akibat mengidap Covid-19 dimakamkan di New Delhi, India. (REUTERS) Seorang pria menangis ketika ayahnya yang meninggal akibat mengidap Covid-19 dimakamkan di New Delhi, India. (REUTERS)

New Delhi (BeritaTrans.com) - India mencatat sebanyak 230.000 kasus baru Covid-19 pada Sabtu (17/04) sehingga jumlah kasus secara keseluruhan di negara itu mencapai 140 juta sejak pandemi dimulai tahun lalu.

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, memperingatkan bahwa "kasus-kasus dan kematian terus meningkat pada laju yang mengkhawatirkan".

Baca Juga:
Ribuan Orang Meninggal Akibat Jamur Hitam di India, Kasusnya Sudah Ada di Indonesia

Dia menambahkan, "secara global, jumlah kasus baru per pekan hampir berlipat ganda selama dua bulan terakhir".

AS, India, dan Brasil—tiga negara dengan jumlah kasus penularan Covid-19 terbanyak di dunia—mencatat lebih dari satu juta kematian, menurut Universitas Johns Hopkins.

Baca Juga:
Covid-19 di India Belum Reda, Muncul Ancaman Gelombang Ketiga Setelah Warga Terlihat Berbondong-bondong Berwisata

Pekan lalu, rata-rata sebanyak 12.000 kematian dilaporkan terjadi setiap hari di seluruh dunia, demikian dilaporkan kantor berita AFP.

Akan tetapi, pencatatan angka resmi sedunia mungkin tidak menggambarkan angka secara utuh di banyak negara.

Baca Juga:
Di Balik Cerita Viral 6 Pasien Covid-19 yang Meninggal Usai Ditinggal Dokter dan Perawat di India

Apa yang terjadi di India?

Beberapa pekan lalu, India tampak mampu mengendalikan pandemi. Pada Januari hingga Februari, kasus Covid-19 di negara itu berada di bawah 20.000—relatif rendah di negara dengan 1,3 miliar penduduk.

Pada periode itu, perkantoran, pasar tradisional, mal, dan berbagai moda transportasi beroperasi dengan kapasitas penuh. Pesta pernikahan, acara keagamaan, dan pawai politik turut digelar, yang para pesertanya sebagian besar tidak memakai masker dan menjaga jarak.

Akibatnya, sebagaimana dikatakan seorang dokter kepada wartawan BBC, Vikas Pandey dan Anshul Verma, terjadi "tsunami Covid".

india

SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES

Sejumlah rumah sakit di India melaporkan kekurangan tempat tidur, tabung oksigen, dan obat-obatan.

 

Selama tiga hari berturut-turut, dari Kamis (15/04) hingga Sabtu (17/04) jumlah kasus Covid-19 mencetak rekor. Khusus pada Sabtu (17/04), sebanyak 234.000 kasus dilaporkan terjadi.

Sejumlah rumah sakit semakin kekurangan tempat tidur dan tabung oksigen. Orang-orang yang sakit ditolak dan beberapa keluarga mengunjungi pasar gelap untuk mendapatkan obat-obatan. Investasi BBC menemukan bahwa obat-obatan yang ditawarkan mencapau lima kali lipat dari harga resmi.

Acara keagamaan diikuti jutaan orang

kumbh mela

SUMBER GAMBAR,REUTERS

Para peserta Festival Kumbh Mela tampak tidak mengenakan masker dan saling berdekatan pada 14 April lalu.

 

Perhatian rakyat India kini tertuju pada Festival Kumbh Mela yang diikuti jutaan umat Hindu. Sedikitnya 1.600 orang teruji positif mengidap Covid-19 setelah mengikuti acara tersebut antara 10-14 April.

Foto-foto menunjukkan sekian banyak orang berkumpul di Kota Haridwar, Negara Bagian Uttarakhand, kemudian berendam bersama di Sungai Gangga.

kumbh mela

SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES

Banyak orang berkumpul di Kota Haridwar, Negara Bagian Uttarakhand, untuk merayakan Festival Kumbh Mela. Dalam festival itu, mereka berendam bersama di Sungai Gangga.

 

Umat Hindu di India meyakini sungai tersebut suci dan berendam di dalamnya akan membersihkan dosa-dosa sekaligus membawa keselamatan.

Sebuah perkumpulan umat Hindu memutuskan menarik diri dari festival tersebut.

"Kumbh Mela sudah selesai bagi kami," kata Ravindra Puri, sekretaris perkumpulan Niranjani Akhada kepada media setempat.

Keputusan itu diambil sehari setelah Swami Kapil Dev, kepala perkumpulan Hindu lainnya, meninggal dunia dengan diagnosa Covid-19.

kumbh mela

SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES

Jutaan orang berkumpul di Kota Haridwar untuk mengikuti Festival Kumbh Mela.

 

Meski demikian, banyak yang tidak mengambil sikap serupa.

Ujwal Puri, misalnya. Pebisnis berusia 34 tahun itu tiba di Haridwar pada 9 Maret dengan bersenjatakan sejumlah botol hand sanitiser, masker, dan pil vitamin.

Kepada BBC, dia mengaku tidak diperiksa suhu tubuhnya oleh petugas di bandara atau di Haridwar. Saat beribadah di Haridwar, banyak orang tampak tidak memakai masker. Kalaupun ada yang memakai, masker diturunkan ke dagu.

"Tidak ada jarak sosial. Orang-orang duduk bersebelahan dengan rapat untuk berdoa," ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, sejarawan India bernama Gopal Bhardwaj menilai festival itu seharusnya ditunda.

"Kumbh harus ditunda. Kumbh dimaksudkan untuk memberi kedamaian pada nurani. Bagaimana mungkin orang menemukan kedamaian diri jika orang tercinta tertular Covid?"

(lia/sumber:bbcindonesia.com)