Oleh : Taryani
BANDUNG (BeritaTrans.com) - Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat (DKP Jabar) memberikan pembekalan pembudidaya udang Vaname kepada 60 petani milenial di sektor perikanan, Sabtu (24/4/2021).
Dalam pembekalan tersebut, Analis Budidaya Perikanan, Deni Hamdani mengatakan, mindset pembudidaya udang harus memiliki modal besar sekitar Rp150 juta - Rp1,5 miliar dan lahan luas minimal 1.000 meter persegi masih melekat di tengah masyarakat.
Padahal, kata Deni, saat ini sudah banyak inovasi dan terobosan yang dilakukan pemerintah agar generasi milenial dapat membudidayakan udang tanpa perlu modal besar dan lahan luas.
Ada terobosan kolam kecil dengan pola mandiri. Di mana petani menjadi owner-nya. Sekaligus menjadi manager, feeder, teknisi. Sehingga yang tadinya modal besar jadi kendala diganti dengan kemauan melalui PIM.
Deni menjelaskan, millenial shrimp farm (MSF) atau tambak milenial, adalah tambak yang menerapkan sistem digitalisasi teknologi berbasis industri 4.0 (Automation, IT dan Gadget) dinilai cocok untuk petani milenial Jabar.
Model tambak ini diyakini cocok untuk generasi milenial dalam hal kepraktisannya untuk berbudidaya saat ini. Berbeda dengan tambak konvensional. Model tambak ini tidak membutuhkan lahan luas, berbentuk bulat, fleksibel karena bisa dibongkar pasang dengan ukuran kolam yang bisa disesuaikan dengan lahan yang ada.
ini lebih cocok untuk para petani milenial. Karena kalau panen tidak perlu pompa. Ukuran kolamnya kecil-kecil (cluster) sehingga penanganan lebih mudah jika ada masalah.
Meski begitu menurut Deni sebelum membudidayakan udang, petani milenial harus lebih dulu paham dan mengetahui kelebihan serta kekurangan model tambak tersebut. Daya dukung lahan pun harus disiapkan agar budidaya berjalan optimal.
“Kita harus mempersiapkan semuanya dengan matang. Kesiapan waktu tebar benih, kualitas air yang layak untuk udang. Termasuk kesiapan jika budidaya udang yang ditanam terserang virus yang penyebarannya lebih cepat,” ucapnya.
Ia menambahkan, program petani milenial bercita-cita mendorong regenerasi tenaga kerja di sektor pertanian. Selain itu, pemanfaatan teknologi digital di sektor pertanian dilakukan untuk meningkatkan produktivitas.
Melalui pemanfaatan teknologi digital, petani milenial akan menggerakkan kewirausahaan bidang agrikultur yang menjadikan wajah pertanian menjadi lebih segar dan atraktif untuk bisa berkelanjutan.
DKP Jabar menyiapkan empat lokasi untuk program petani milenial, yakni di Ciherang (Cianjur) dan Wanayasa (Purwakarta) untuk budidaya nila. Kemudian Cijengkol (Subang) untuk budidaya lele, dan Cibalong (Garut) untuk budidaya udang.
Program petani milenial digagas Pemda Jabar untuk mengurangi pengangguran. Khususnya pascapandemi Covid-19. Selain itu program tersebut dapat memperkuat ketahanan pangan. Apalagi pangan menjadi sektor yang tangguh meski dihantam pandemi.
Sejumlah bantuan akan diberikan Pemda Jabar dalam program tersebut. Mulai dari peminjaman lahan, permudah akses permodalan, sampai mencarikan off taker atau pembeli.
Program petani milenial diharapkan menarik minat generasi milenial membawa perubahan pada sektor pertanian masa depan. Diakui, saat ini sektor pertanian belum menjadi magnet pekerjaan bagi generasi milenial. (Taryani)