Perubahan Iklim: Ketika Air Terjun Terbesar di Afrika Berhenti Mengalir

  • Oleh : Redaksi

Rabu, 05/Mei/2021 13:03 WIB
Dalam kekeringan yang digambarkan sebagai yang terburuk abad ini, aliran sungai Zambezi berkurang tiga kali lipat dan air terjun Victoria mengering. Foto: Reuters Dalam kekeringan yang digambarkan sebagai yang terburuk abad ini, aliran sungai Zambezi berkurang tiga kali lipat dan air terjun Victoria mengering. Foto: Reuters

Air terjun Victoria yang mengalir di perbatasan Zimbabwe dan Zambia merupakan salah satu keajaiban alam di dunia. Tapi pada 2019 air terjun terbesar di Afrika itu berhenti mengalir.

Dengan aliran penuh, air terjun Victoria dengan mudah memenuhi syarat sebagai salah satu keajaiban alam dunia.

Baca Juga:
Kurangi Emisi untuk Tekan Krisis Ozon agar Bumi Tetap Layak Huni

Mencakup 1,7 km pada titik terlebar dan dengan ketinggian lebih dari 100 meter, penduduk setempat menjuluki air terjun terbesar di Afrika ini sebagai "asap yang menggelegar".

Keajaiban alam yang luar biasa ini terbentuk saat sungai Zambezi terjun ke jurang yang disebut Ngarai Pertama.

Baca Juga:
Jutaan Warga Asia Hirup Udara Paling Berbahaya di Dunia

Jurang terbentuk oleh aliran air di sepanjang batuan volkanik dalam zona rekahan alami yang membentuk lanskap di wilayah Afrika bagian selatan ini.

Namun, pada 2019, keheningan menyelimuti air terjun Victoria.

Baca Juga:
Seluruh Negara Gagal Penuhi Kualitas Udara WHO

Dalam kekeringan yang digambarkan sebagai yang terburuk abad ini, aliran sungai Zambezi berkurang tiga kali lipat dan air terjun Victoria mengering.

Sebagai salah satu atraksi untuk turis terbesar di kawasan itu, air terjun Victoria adalah sumber pendapatan yang penting bagi Zimbabwe dan Zambia.

Seiring dengan mengeringnya air terjun itu, para pebisnis lokal menyadari anjloknya kedatangan turis ke destinasi wisata itu.

Selain memukul ekonomi negara-negara itu, mengeringnya sungai dari air terjun berdampak pada pasokan listrik yang bergantung pada pembangkit listrik tenaga air.

Berbagai lembaga melaporkan peningkatan kebutuhan akan bantuan pangan, karena gagal panen pada musim kemarau secara lebih luas di seluruh wilayah.

A dust storm approaching Khartoum in Sudan in 2007

Belum diketahui bagaimana badai debu mempengaruhi iklim dalam jangka panjang. Foto: AFP.

'Pengingat yang mencolok'

Satu peristiwa cuaca ekstrem tidak dapat, secara terpisah, dipandang sebagai konsekuensi perubahan iklim.

Namun kawasan ini mencatat serangkaian kekeringan ekstrem yang mencerminkan apa yang diprediksi oleh para pengamat iklim akan terjadi sebagai akibat dari peningkatan gas rumah kaca di atmosfer dunia sebagai akibat aktivitas manusia.

Someone standing in a dried up river in northern Kenya

Presiden Zambia, Edgar Lunggu, kala itu mengatakan bahwa mengeringnya air terjun jadi "pengingat yang mencolok tentang apa ang dilakukan oleh perubahan iklim pada lingkungan kita".

Pengamat pola cuaca di Cekungan Zambezi percaya bahwa perubahan iklim mengakibatkan penundaan musim hujan, membuat hujan turun lebih besar dan intens.

Hal ini membuat penyimpanan air di wilayah tersebut semakin sulit, dan dampak musim kemarau yang berkepanjangan semakin merugikan manusia dan lingkungan.

Victoria Falls

Laporan PBB tentang kondisi iklim di Afrika pada 2019 menunjukkan gambaran yang mengkhawatirkan bagi benua yang populasinya diprediksi meningkat dua kali lipat pada abad berikutnya.

Berbicara pada peluncuran laporan pada Oktober 2020, Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Petteri Taalas mengamati: "Perubahan iklim memiliki dampak yang semakin besar di benua Afrika, berdampak besar pada kelompok rentang, dan berkontribusi pada kerawanan pangan, perpindahan populasi dan tekanan pada sumber daya air.

"Dalam beberapa bulan terakhir, kami telah melihat banjir yang menghancurkan, invasi belalang gurun dan sekarang menghadapi momok kekeringan yang membayangi karena peristiwa La Niña."

An aerial shot of an area around Beira under water in Mozambique following Cyclone IdaiLebih dari 1.000 orang meninggal dunia karena Siklon Idai menerpa Mozambik dan Simbabwe pada 2019. Foto: AFP/UN

Laporan itu menambahkan bahwa tahun 2019 adalah salah satu dari tiga tahun dengan suhu terpanas di benua itu.

WMO juga memperingatkan bahwa tren itu diperkirakan akan terus berlanjut.

Fakta mengkhawatirkan yang dihadapi para politisi, pembuat kebijakan, dan masyarakat sipil adalah bahwa benua itu akan terkena dampak paling parah oleh perubahan iklim, namun kapasitas benua untuk beradaptasi dengan suhu dunia yang terus memanas masih rendah.

People stand on debris blocking a highway on a bridge after the River Muruny burst its banks in West Poko, Kenya - November 2019Kapasitas Afrika untuk beradaptasi dengan perubahan iklim rendah - dan ini telah menyebabkan tanah longsor di Kenya pada 2019. Foto: AFP.

Sektor yang menjadi perhatian termasuk persediaan air, kesehatan, ketahanan pangan, kekeringan dan banjir, serta keanekaragaman hayati. Ini adalah daftar kekhawatiran yang terus berkembang.

Afrika berada di garis depan pertempuran melawan perubahan iklim yang berbahaya.

SUmber: bbc.com.