Varian Mutan Ganda Terkait dengan Serangan Gelombang Kedua Covid-19 yang Tewaskan Ratusan Ribu Orang

  • Oleh : Redaksi

Sabtu, 08/Mei/2021 00:03 WIB
Seorang perempuan menerima bantuan oksigen di tengah pandemi Covid-19 yang melanda India. (REUTERS) Seorang perempuan menerima bantuan oksigen di tengah pandemi Covid-19 yang melanda India. (REUTERS)

New Delhi (BeritaTrans.com) - "Varian mutan ganda" virus corona yang pertama kali ditemukan di India pada Maret lalu memiliki kaitan dengan serangan gelombang kedua yang menewaskan ratusan ribu orang dan menyebabkan sistem kesehatan kewalahan.

Sampel yang mengandung mutan - atau varian B.1.617 - telah ditemukan di beberapa negara bagian India yang memiliki jumlah kasus tinggi.

Baca Juga:
Ribuan Orang Meninggal Akibat Jamur Hitam di India, Kasusnya Sudah Ada di Indonesia

Seorang pejabat di Pusat Pengendalian Penyakit Nasional mengatakan mereka masih belum dapat sepenuhnya membuat korelasi.

Mutan ganda terjadi ketika dua mutasi bersatu dalam virus yang sama.

Baca Juga:
Covid-19 di India Belum Reda, Muncul Ancaman Gelombang Ketiga Setelah Warga Terlihat Berbondong-bondong Berwisata

Sementara itu, India melaporkan rekor 412.000 kasus dalam kurun waktu 24 jam pada hari Rabu (06/05), dengan 3.980 kematian.

 

Baca Juga:
Di Balik Cerita Viral 6 Pasien Covid-19 yang Meninggal Usai Ditinggal Dokter dan Perawat di India

Seorang pasien yang terinfeksi Covid-19 menerima oksigen medis untuk bernafas dengan nyaman terlihat di dalam pusat perawatan Covid-19.

SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES

Sejumlah negara bagian telah melaporkan kematian tertinggi mereka dalam satu hari

 

Penasihat ilmiah utama pemerintah juga memperingatkan akan gelombang ketiga tidak bisa dihindari.

Dalam jumpa pers di Kementerian Kesehatan, penasihat K Vijay Raghavan mengakui bahwa para ahli tidak mengantisipasi "keganasan" lonjakan kasus tersebut.

"Fase tiga tidak bisa dihindari, mengingat tingginya tingkat virus yang beredar," tambahnya dalam jumpa pers. "Tapi tidak jelas pada skala waktu apa fase tiga ini akan terjadi ... Kita harus bersiap untuk gelombang baru."

Lonjakan kasus saat ini telah membuat sistem kesehatan kewalahan dengan kelangkaan tempat tidur rumah sakit, oksigen, dan bahkan ruang krematorium yang terbatas.

Beberapa negara bagian berada di bawah pembatasan lockdown dan pemberlakuan jam malam lokal, tetapi pemerintah enggan memberlakukan lockdown secara nasional, karena khawatir akan berdampak pada ekonomi.

Di mana varian 'mutan ganda' ditemukan?

Sepasang suami istri di jalan India, virus corona, india

SUMBER GAMBAR,REUTERS

 

Dari sekitar 13.000 sampel yang diambil dan diurutkan, lebih dari 3.500 adalah varian yang menjadi perhatian - termasuk B.1.617 - di delapan negara bagian.

Varian B.1.617 ditemukan di beberapa negara bagian yang mengalami lonjakan tajam seperti Maharashtra, Karnataka, Benggala Barat, Gujarat dan Chhattisgarh.

Selama lebih dari sebulan, Delhi (pemerintah India) bersikeras bahwa varian tersebut tidak memiliki kaitan dengan lonjakan saat ini.

Seorang petugas kesehatan mengumpulkan sampel usap dari seorang perempuan.

SUMBER GAMBAR,REUTERS

Penasihat ilmiah utama pemerintah telah memperingatkan bahwa gelombang ketiga tidak bisa dihindari

 

Ahli virologi Shahid Jameel mengatakan kepada wartawan BBC Vikas Pandey sebelumnya bahwa langkah India melihat dengan serius mutasi ini cukup terlambat - di mana proses pengurutan baru dilakukan 'dengan benar' pada pertengahan Februari 2021 lalu.

India mengurutkan lebih dari 1% dari semua sampel saat ini. "Sebagai perbandingan, Inggris mengurutkan pada 5-6% pada puncak pandemi. Tetapi Anda tidak dapat membangun kapasitas seperti itu dalam semalam," katanya.

Meskipun pemerintah pusat sekarang mengatakan ada korelasi, ia menambahkan keterkaitan tersebut tidak "sepenuhnya stabil".

"Korelasi epidemiologis dan klinisnya tidak sepenuhnya kuat ... tanpa korelasi, kami tidak dapat membangun hubungan langsung dengan lonjakan apa pun. Namun, kami telah menyarankan negara bagian untuk memperkuat respons kesehatan masyarakat - meningkatkan pengujian, isolasi cepat, mencegah keramaian, vaksinasi," Sujeet Singh dari Pusat Pengendalian Penyakit Nasional.

India sumbang setengah kasus dunia

Pembatasan pergerakan di Punjab, India, virus corona, covid-19

SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES

Sejumlah negara bagian telah memberlakukan karantina wilayah, termasuk Punjab.

 

Sejumlah negara bagian melaporkan kematian tertinggi dalam satu hari pada Rabu kemarin - termasuk negara bagian utara Uttar Pradesh, Haryana dan Punjab dan Tamil Nadu dan Karnataka di selatan.

Negara bagian barat Maharashtra, yang memiliki kasus tertinggi selama pandemi, melaporkan 920 kematian.

Namun, para ahli mengatakan jumlah itu bisa jauh lebih tinggi karena kurangnya pengujian, dan kematian yang tidak dilaporkan.

Dalam laporan mingguan, Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengatakan, India menyumbang hampir setengah kasus virus corona yang dilaporkan di seluruh dunia minggu lalu, dan seperempat kematian.

Delegasi India yang melakukan perjalanan ke pertemuan Menteri Luar Negeri G7 di London minggu ini, melakukan isolasi diri setelah dua anggotanya dinyatakan positif Covid-19.

Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar yang melakukan perjalanan dengan delegasi ke London mengatakan akan menghadiri seluruh pertemuan puncak secara virtual.

Stok vaksin yang 'mengering'

Vaksinasi di India, covid-19, virus corona

SUMBER GAMBAR,EPA

Varian India dikhawatirkan kebal terhadap vaksin yang ada, meskipun para ilmuwan mengatakan belum ada bukti meyakinkan.

 

India tidak dapat memenuhi program vaksinasi yang ambisius - pada awalnya ingin memvaksinasi 300 juta orang pada bulan Juli - dan terjadi penurunan tajam karena kekurangan dosis.

Hanya 269 juta orang dari populasi 1,4 miliar telah menerima kedua suntikan, dan sekitar 128 juta hanya menerima satu dosis.

Stok vaksin di negara ini hampir mengering, dengan kelompok usia terakhir yang memenuhi syarat - orang dewasa di bawah usia 45 tahun - berjuang untuk mendaftar.

Para ahli mengatakan penguncian dan vaksinasi adalah satu-satunya jalan keluar, tetapi pemerintah perlu bertindak sekarang untuk memutus rantai.

Vaksin salah satu kunci

Semakin banyak jumlah kasus Covid yang dialami suatu negara, semakin besar kemungkinan muncul varian-varian baru. Hal itu disebabkan setiap kali penularan memberikan kesempatan kepada virus untuk berubah dan yang dikhawatirkan adalah mutasi dapat mengancam kemanjuran vaksin.

"Cara mencegah munculnya varian ganas pertama-tama adalah mencegah virus bereplikasi pada manusia... jadi jalan terbaik mengendalikan varian-varian adalah mengendalikan jumlah penyakit di dunia yang ada saat ini," jelas Profesor Sharon Peacock, direktur konsorsium Covid-19 Genomics UK (Cog-UK).

Rumah sakit India, Covid,virus corona, pasien

SUMBER GAMBAR,REUTERS

Layanan kesehatan kewalahan melayani pasien Covid-19, bahkan satu ranjang digunakan untuk dua pasien.

 

Karantina wilayah dan penerapan jaga jarak bisa mengatasi hal itu, namun vaksinasi juga penting.

Program vaksinasi di India berjalan lamban. Sejauh ini kurang dari 10% penduduknya telah mendapat vaksin dosis pertama dan kurang dari 2% mendapat dosis penuh.

Itulah gambaran yang terjadi dalam program vaksinasi di India, meskipun negara itu menjadi markas dari produsen vaksin terbesar di dunia, yakni Serum Institute of India.

Faktor tersebut juga bisa menjelaskan mengapa lonjakan kasus di India juga berdampak pada negara-negara lain di dunia.

Sebagai contoh, pada Maret lalu ketika kasus mulai meningkat di sana, pihak berwenang setempat menghentikan sementara ekspor vaksin Oxford-AstraZeneca.

Larangan ekspor itu mencakup alokasi vaksin untuk skema PBB, Covax, yang ditujukan kepada negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.

Kebijakan tersebut tentu akan berdampak pada program vaksinasi di banyak negara. Pasalnya, India akan mengalokasikan lebih banyak vaksin untuk keperluan domestik, ketimbang mengekspornya, di tengah upaya menggenjot produksi.

Dalam situasi yang genting ini, para ilmuwan mengingatkan bahwa vaksinasi adalah prioritas.

"Kita harus menggalakkan vaksinasi secepat mungkin, jika tidak virus akan mencoba dan melakukan semua cara untuk terus menyebar dari satu orang ke orang lainnya," kata ilmuwan WHO, Dr Soumya Swaminathan.

Secara global, pandemi ini belum menunjukkan tanda-tanda berakhir, setelah virus menghancurkan negara demi negara. Dengan demikian, lapor wartawan BBC News urusan sains global, Rebecca Morelle, situasi di India merupakan pengingat suram bahwa tak seorang pun di dunia aman sampai semua orang aman.

(lia/sumber:bbcindonesia.com)