Serang Jamaah di Masjid Al-Aqsa, Israel Dikutuk dan Dicap sebagai Teroris

  • Oleh : Redaksi

Minggu, 09/Mei/2021 06:52 WIB
Pasukan keamanan Israel menahan seorang pria Palestina saat terjadi konfrontasi ketika beberapa keluarga Palestina menghadapi penggusuran di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur, pada 4 Mei 2021. (Foto: AHMAD GHARABLI / AFP). Pasukan keamanan Israel menahan seorang pria Palestina saat terjadi konfrontasi ketika beberapa keluarga Palestina menghadapi penggusuran di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur, pada 4 Mei 2021. (Foto: AHMAD GHARABLI / AFP).

ANKARA (BeritaTrans.com) - Pemerintah Turki mengkritik Israel dan menuduhnya melakukan teror pada warga Palestina dalam bentrokan baru-baru ini.

Teror yang dituduhkan dilakukan Israel saat polisi Israel menembakkan peluru karet dan granat kejut ke arah pemuda Palestina di masjid al-Aqsa Yerusalem pada Jumat malam.

Dilansir dari Alarabiya English, bentrokan di situs tersuci ketiga Islam dan di sekitar Yerusalem Timur itu melukai 205 warga Palestina dan 17 petugas polisi. Bentrokan terjadi di tengah kemarahan yang meningkat atas potensi penggusuran warga Palestina dari rumah-rumah mereka di tanah yang diklaim oleh pemukim Yahudi.

Saat bentrokan berkobar, beberapa pejabat Turki mengkritik Israel dan menyerukan negara lain untuk menyuarakan kecaman. Kementerian Luar Negeri mendesak Israel untuk segera mengakhiri sikap provokatif dan permusuhannya.

"Israel harusnya malu dan mereka yang tetap diam dalam menghadapi serangan yang memalukan," kata Juru Bicara Kepresidenan Turki Ibrahim Kalin di Twitter pada Jumat malam.

“Kami meminta semua orang untuk melawan kebijakan pendudukan dan agresi negara apartheid ini,” tambahnya.

Direktur komunikasi Turki Fahrettin Altun mengatakan kepada televisi pemerintah bahwa Israel melanggar hak asasi manusia dan akan membayar harganya. Karena pihak-pihak oposisi menggemakan kecaman pemerintah dalam tanda persatuan yang langka.

“Menyerang orang tak berdosa yang sedang berdoa jelas merupakan teror,” kata Altun.

"Kami melihat bahwa serangan terhadap orang-orang Palestina ini bertentangan dengan hak asasi manusia yang paling mendasar,"tambahnya.

Turki dan Israel telah mengalami perselisihan pahit dalam beberapa tahun terakhir meskipun ada hubungan komersial yang kuat. Mereka jug sudah saling mengusir duta besar pada tahun 2018.

Ankara telah berulang kali mengutuk pendudukan Israel di Tepi Barat dan perlakuannya terhadap warga Palestina. Turki menyebut masalah tersebut sebagai "garis merah".

Bulan lalu, Turki juga mengutuk apa yang dikatakannya sebagai "upaya sistematis Israel untuk mengusir warga Palestina", merujuk pada kasus hukum yang sudah berjalan lama yang akan diadakan oleh Mahkamah Agung Israel pada hari Senin.

Baca Juga:
Joe Biden Setuju Jual Senjata ke Israel, Erdogan: Anda Sedang Menulis Sejarah dengan Tangan Berdarah

Pemerintah Malaysia mengutuk keras serangan yang dilakukan oleh tentara Israel serta pemukim Yahudi kepada para peziarah yang beribadah di Masjid Al-Aqsa pada Jumat (7/5).

"Tindakan kejam seperti itu tidak hanya harus dikutuk dengan keras namun Pemerintah Israel harus bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia serta hukum internasional," ujar Menteri Luar Negeri Malaysia Hishammuddin Hussein di Putrajaya, Sabtu.

Dia mengatakan banyak orang Palestina terluka dalam serangan tersebut.

Baca Juga:
Bagaimana Hamas Dapat Menembus Iron Dome Israel?

"Serangan ke Masjid Al-Aqsa dengan menjadikan sasaran para peziarah yang sedang melakukan sholat di hari-hari terakhir Ramadhan merupakan bentuk penghinaan terhadap umat Islam dan nilai-nilai kemanusiaan," katanya.

Iran: Israel Teroris

Baca Juga:
Vladimir Putin Tegaskan Konflik Israel-Palestina menjadi Ancaman Berbahaya untuk Rusia

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan Israel bukanlah negara, tetapi basis teroris. Menurutnya, kehancuran apa yang dia sebut basis teroris itu sudah dekat.

Komentar Khamenei disampaikan dalam pidatonya untuk menandai Hari al-Quds, Jumat (7/5/2021). Hari al-Quds diperingati saban tahun oleh Iran untuk mengobarkan semangat membebaskan Palestina dari pendudukan Israel.