Sosok Ir Sutami, Menteri PU dan Tenaga Listrik Era Soeharto yang Dicabut Listriknya karena Telat Bayar

  • Oleh : Redaksi

Senin, 17/Mei/2021 20:21 WIB
Arsitek Friedrich Silaban (kiri) bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Ir Sutami, sedang mengamati bangunan Masjid Istiqlal. (Sindunata/KOMPAS) Arsitek Friedrich Silaban (kiri) bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Ir Sutami, sedang mengamati bangunan Masjid Istiqlal. (Sindunata/KOMPAS)

Jakarta (BeritaTrans.com) - Bagi mahasiswa yang kuliah di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, nama Ir. Sutami mungkin terasa tidak asing.

Sebab, kampus utama UNS memang beralamat di Jalan Ir Sutami, Kentingan, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta.

Namun, barangkali tidak semua mahasiswa UNS dan masyarakat Indonesia tidak banyak yang mengetahui sosok penting yang pernah menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum (PU) dan Tenaga Listrik pada era Presiden Soekarno hingga Presiden Soeharto.

Berikut adalah rekam jejak Ir Sutami yang terkenal sebagai "menteri termiskin di Indonesia", dilansir dari intisari.

Lahir di Surakarta

Sutami lahir di Surakarta, 19 Oktober 1928. Dia bersekolah di SMA Negeri 1 Surakarta dan melanjutkan kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) sampai meraih gelar insinyur.

Sejak era Kabinet Dwikora tahun 1964, dirinya sudah diangkat menjadi Menteri Negara diperbantukan pada Menteri Koordinator Pekerjaan Umum dan Tenaga untuk urusan penilaian konstruksi oleh Presiden Soekarno.

Kariernya berlanjut dengan mengisi posisi yang sama pada Kabinet Dwikora II tahun 1966.

Selama menjabat sebagai seorang menteri, Sutami adalah orang yang sangat sederhana serta memiliki kepercayaan dari Soekarno dan Soeharto.

Dia menjabat sebagai menteri selama 14 tahun sejak 1965 hingga 1978.

Hidup sederhana dan atap rumah bocor

Belasan tahun menjabat sebagai menteri, Sutami selalu menjaga kesederhanaannya. Saking sederhananya, atap rumah yang ditinggali Ir Sutami ternyata bocor.

Bocornya rumah Ir Sutami ditulis oleh Staf Ahli Menteri PU, Hendropranoto Suselo, dalam Edisi Khusus 20 Tahun Majalah Prisma yang diterbitkan LP3ES tahun 1991 di Jakarta.

Ketika itu, Ir Sutami masih menjabat sebagai Menteri PU dan Tenaga Listrik. Saat Lebaran, rumah Ir Sutami ramai dikunjungi tamu, tetapi tamu yang datang malah terkaget-kaget. Mereka melihat ke atap dan banyak bekas bocor pada langit-langit rumah.

Rupanya sudah lama rumah Sutami bocor. Padahal, Sutami sudah enam kali menjabat sebagai Menteri PU.

Bahkan rumahnya di Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, dibeli dengan cara mencicil. Baru saat akan pensiun, rumah itu lunas.

Sutami tak pernah mau memanfaatkan fasilitas negara secara berlebihan. Saat lengser tahun 1978, dia mengembalikan semua fasilitas negara yang pernah ia terima.

Listrik rumahnya pernah dicabut

Suatu ketika PLN pernah mencabut listrik di rumah pribadinya di Surakarta. Sutami ternyata pernah kekurangan uang hingga telat bayar listrik.

Lebih miris lagi, Sutami sempat takut dirawat di rumah sakit karena tidak mempunyai uang untuk membayar biaya rumah sakit.

Setelah pemerintah turun tangan, Sutami akhirnya bersedia dirawat di rumah sakit. Presiden Soeharto sendiri kerap menjenguk Sutami saat sakit.

Bangun Jembatan Semanggi dan Gedung DPR

Pada era Sutami, dibangun Jembatan Semanggi Jakarta yang hingga kini menjadi salah satu ikon Jakarta. Ia juga mengawasi proyek raksasa, seperti Gedung DPR, Waduk Jatiluhur, dan Bandara Ngurah Rai.

Tidak hanya sederhana, Sutami juga memiliki keahlian aristektur yang luar biasa. Kubah Gedung MPR/DPR berwarna hijau seperti kura-kura menjadi salah satu bukti kehebatan Ir Sutami.

Kompleks MPR/DPR itu merupakan hasil rancangan arsitek lulusan Berlin, Soejoedi Wirjoatmodjo, dan salah satu stafnya, Ir Nurpontjo.

Kompleks itu dibangun untuk menggelar Conference of the New Emerging Force (Conefo), dan bangunannya harus bisa menandingi gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York.

Semula atapnya akan berbentuk kubah murni. Namun, Sutami selaku ahli struktur bangunan mengingatkan bahwa hal itu akan memunculkan masalah serius.

Sebab, hal ini menyangkut pemerataan penyaluran beban gaya vertikal ke tiang-tiang penopang kubah. Sutami kemudian membuat sketsa dan perhitungan teknisnya.

Dia menjamin kubah semacam itu bisa dikerjakan. Sebab, desain tersebut tak berbeda dari prinsip struktur kantilever pada pesawat terbang.

Ir Sutami juga menjadi pimpinan pusat proyek pembangunan Jembatan Ampera di Sungai Musi, yang kini menjadi kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan.

Namanya abadi

Ir Sutami meninggal dunia pada 13 November 1980 saat berumur 52 tahun karena sakit lever. Pada 16 Desember 1981, Presiden Soeharto meresmikan Bendungan Karangkates, Sumberpucung, Kabupaten Malang.

Soeharto membacakan pidato penghormatannya untuk Sutami. Dia pun memberi nama Bendungan Karangkates dengan nama Bendungan Sutami.

(sumber:kompas.com)

Tags :