Kawah Misterius di Lokasi KRI Nanggala Tenggelam, Ini Kata Pakar ITS

  • Oleh : Fahmi

Kamis, 20/Mei/2021 06:55 WIB
Paparan soal Posisi Kawah dan Haluan-Anjungan KRI Nanggala-402.(Istimewa) Paparan soal Posisi Kawah dan Haluan-Anjungan KRI Nanggala-402.(Istimewa)

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Kapal Militer China Tan Suo-2 menemukan kawah misterius di lokasi ditemukannya badan kapal selam KRI Nanggala 402 yang tenggelam di Perairan Bali Utara di kedalaman 839 meter. 

Kawah itu berdiameter 38 meter dengan kedalaman 10 sampai 15 meter. 

Baca Juga:
Pertahanan Laut Rusia Bikin Kapal Selam Nuklir Baru, Bawa Rudal Hipersonik

Pakar Geofisika Teknik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Mahmud Musta'in menjelaskan, ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab timbulnya kawah di lokasi penemuan sebagian badan KRI Nanggala 402. 

Dikutip dari Viva, penyebab yang pertama, itu merupakan cekungan permukaan tanah yang turun akibat eksploitasi tambang minyak dan gas bumi. 

Baca Juga:
Kapal Selam Penjelajah Bangkai Titanic Berpenumpang 5 Orang Hilang

Dugaan lainnya akibat aktivitas gunung berapi bawah laut di sekitar lokasi ditemukannya KRI Nanggala 402. Namun itu masih memerlukan pembuktian secara ilmiah. 

"[Magma] mencari daerah yang lemah. Ketika tidak mampu menembus ke atas dia akan mencari [celah] sekitarnya," ujar Mahmud dihubungi wartawan pada Rabu, 19 Mei 2021. 

Baca Juga:
17 WNI Jadi Korban Kapal Ikan China Terbalik di Samudera Hindia, Kemlu: 7 Jenazah Sudah Ditemukan

Pakar Geologi Pusat Studi Bencana ITS, Amien Widodo menjelaskan bahwa kawah sangat kecil kecil terbentuk di Perairan Bali. Sebab, lokasi tersebut bukan termasuk jalur magma gunung berapi. Jika magma keluar di Gunung Agung atau Batur, tidak mungkin ke utara Bali. 

"Kemungkinan itu kawah sangat kecil," tandasnya. 

Amien menduga, itu adalah cekungan dasar laut atau yang biasa disebut dengan palung. Cekungan terjadi bisa jadi karena kuatnya pergerakan massa air di dasar laut. 

"Daerah itu, Bali dan Lombok, adalah lewatnya arus Pasifik menuju ke Samudera Hindia dan kecepatan arusnya tinggi. Karena tinggi, maka permukaannya mengalami erosi, mengalami cekungan," ujarnya.(fh/sumber:vivacoid)