Pesawat Penumpang Dikawal Jet Tempur dan Dipaksa Mendarat, Negara Mana Saja yang Pernah Melakukannya?

  • Oleh : Redaksi

Kamis, 27/Mei/2021 01:11 WIB
FOTO: PETRAS MALUKAS/AFP FOTO: PETRAS MALUKAS/AFP

Jakarta (BeritaTrans.com) - Peristiwa pemaksaan arah pesawat Ryanair menuju ibu kota Belarusia, Minsk, pada Minggu (23/05) yang disertai penangkapan seorang jurnalis telah memicu kemarahan di Eropa.

Pesawat dengan nomor penerbangan FR4978 tersebut berangkat dari Yunani dan semestinya mendarat di Vilnius, Lithuania.

Baca Juga:
INACA: Iuran Pariwisata jadi Beban Tambahan Penumpang dan Maskapai Penerbangan

Namun, saat sedang mengudara, pesawat penumpang itu tiba-tiba dikawal jet tempur Belarusia yang memaksa pesawat tersebut berbelok ke Minsk dengan dalih adanya ancaman bom.

Pilot maskapai Ryanair kemudian terpaksa mengikuti arahan dari jet militer Belarusia.

Baca Juga:
Monitoring Angleb di Jawa Timur, 4 Moda Terjadi Lonjakan Penumpang

Peristiwa ini dikecam Uni Eropa dan Amerika Serikat.

Apakah sebelumnya pernah ada peristiwa pencegatan terhadap pesawat penerbangan sipil?

Baca Juga:
KPPU Ingatkan Agar Maskapai Tak Naikkan Harga Tiket Jelang Angleb

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menuduh negara-negara Barat munafik. Ia mengatakan dalam bahasa Rusia bahwa negara-negara Barat "memiliki reaksi yang berbeda ketika menanggapi peristiwa serupa yang terjadi di negara lain sebelumnya".

Dia secara khusus menyinggung insiden delapan tahun lalu, yang melibatkan pesawat yang ditumpangi Evo Morales saat menjabat presiden Bolivia.

Berikut adalah kilas balik peristiwa pesawat yang hampir atau mungkin telah dipaksa untuk mendarat.

2013: Pesawat presiden Bolivia mendarat di Wina

Pada Juli 2013, Evo Morales dalam perjalanan udara kembali ke Bolivia setelah melakukan pertemuan tingkat tinggi di Moskow. Saat itu pesawat presiden Bolivia ini dipaksa berbelok ke Bandara Wina di Austria setelah sejumlah negara Eropa menolaknya masuk ke dalam wilayah udara mereka.

Pihak Bolivia mengatakan telahbterjadi "kebohongan besar" lantaran Morales ditudub menyembunyikan mantan kontraktor badan keamanan AS, Edward Snowden, di dalam pesawat tersebut.

Prancis kemudian meminta maaf kepada pemerintah Bolivia atas "konfirmasi izin yang terlambat" untuk memasuki wilayah udara Prancis, dan menyalahkan "informasi yang saling bertentangan"

Bolivian President Evo Morales talks to journalists on July 3, 2013 at the airport of Schwechat, near Vienna.

SUMBER GAMBAR,HELMUT FOHRINGER/APA/AFP

President Evo Morales was forced to make an unscheduled stop in Vienna

 

Akan tetapi, insiden pesawat di Belarus tidak sepenuhnya bisa disamakan dengan insiden pesawat Morales. Hal ini karena pesawat Morales tidak dicegat pesawat jet tempur dan dipaksa untuk mendarat - tapi tidak diberikan izin oleh negara lain untuk memasuki wilayah udara mereka.

Presiden Bolivia juga melakukan perjalanan menggunakan pesawat kepresidenan, bukan pesawat komersial atau penerbangan sipil.

Badan Penerbangan Pesawat Sipil PBB. (ICAO) mengatakan prihatin atas "pendaratam paksa yang sangat jelas" dalam insiden Belarusia. Peristiwa tersebut dinilai bisa "bertentangan dengan Konvensi Chicago" yang mengatur akses wilayah udara dan keselamatan pesawat.

Konvensi Chicago 1944 ini berlaku untuk penerbangan sipil seperti Ryanair, tapi tidak berlaku untuk urusan penerbangan kenegaraan seperti pesawat presiden dan pesawat militer.

2010: Militan Sunni ditangkap Iran

Abdolmalek Rigi, pemimpin Jundullah, kelompok pemberontak garis keras Sunni, ditangkap di Iran pada Februari 2020. Kantor berita Iran, Irna, menyebutkan Abdolmalek Rigi sedang dalam penerbangan menuju negara Arab melalui Pakistan, sebelum akhirnya ditangkap.

"Pesawat yang ia tumpangi telah diperintahkan untuk mendarat dan dia ditangkap setelah pemeriksaan pesawat," kata anggota Parlemen Iran, Mohammed Dehgan, yang dikutip kantor berita AFP.

This frame grab released February 23, 2010 from Iranian state TV shows Sunni Muslim rebel leader Abdolmalek Rigi under armed guard following his arrest. Man is in handcuffs surrounded by four masked men, in front of a small plane

SUMBER GAMBAR,REUTERS

Foto dari TV Iran saat itu menunjukkan penangkapan Rigi di depan sebuah pesawat kecil.

 

This frame grab released February 23, 2010 from Iranian state TV shows Sunni Muslim rebel leader Abdolmalek Rigi under armed guard following his arrest. Rigi is on board a small plane.

SUMBER GAMBAR,REUTERS

Dalam rekaman yang sama, menunjukkan Rigi berada di dalam pesawat.

 

Laporan lainnya menyebutkan Rigi ditangkap saat berada dalam pesawat komersial dari Dubai menuju Kyrgyzstan yang mendarat di Iran—tempat ia ditangkap.

Tapi ada laporan lain yang bertentangan - terutama dari media AS - yang menunjukkan Pakistan menawarkan bantuan untuk penangkapan Rigi.

BBC belum dapat memverifikasi bagaimana Rigi ditangkap. Klaim Iran bahwa jet tempurnya telah memaksa pesawat komersial mendarat di Iran, mungkin tidak benar.

Pemimpin militan itu dieksekusi pada Juni 2010.

1985: Jet tempur AS mencegat sebuah pesawat

Pada Oktober 1985, pesawat Mesir yang diduga berisi militan Palestina telah dicegat oleh pesawat tempur AS. Pesawat itu kemudian dipaksa mendarat di pangkalan militer AS di Italia.

Pencegatan itu berlangsung setelah kapal pesiar Italia, Achille Lauro, dibajak di Laut Mediterania dengan ratusan penumpang di dalamnya. Seorang penumpang Yahudi Amerika tewas dalam peristiwa ini.

The Achille Lauro in Port Said, after being hijacked (October 1985)

SUMBER GAMBAR,PETER TURNLEY/CORBIS/VCG VIA GETTY IMAGES

 

Empat militan dari Front Pembebasan Palestina awalnya melarikan diri, setelah mengizinkan Achille Lauro berlabuh di Mesir. Mereka kabur dari Mesir dengan pesawat sewaan dari Egyptair, yang membawa mereka ke Tunisia.

Pesawat ini kemudian dicegat oleh jet tempur F-16 di wilayah udara internasional di langit Mediterania, menurut laporan Los Angeles Times saat itu. Pesawat tersebut lantas dikawal menuju pangkalan udara AS Signella di Sisilia.

Keempat pembajak tersebut diadili dan dipenjara dalam waktu lama di Italia.

1956: Penangkapan pemimpin gerakan Aljazair merdeka

Pada 22 Oktober 1956, lima pemimpin Front Pembebasan Nasional Aljazair (FLN) berada di dalam pesawat sipil dari Rabat di Maroko menuju Tunisia, seperti dilaporkan wartawan BBC Arab, Ahmed Rouaba.

Mereka akan berpartisipasi dalam konferensi yang diselenggarakan Presiden Tunisia, Habib Bourguiba, tentang masa depan wilayah Maghreb.

Saat itu, Aljazair masih menjadi daerah koloni Prancis. Dinas rahasia Prancis mengirim jet tempur untuk mencegat pesawat tersebut, dan memaksanya mendarat di Aljazair.

Peristiwa ini telah menyulut kemarahan di Maroko dan Tunisia.

Lima orang ditangkap, termasuk Ahmed Ben Bella. Belakangan dia menjadi presiden pertama Aljazair setelah memperoleh kemerdekaan dari Prancis. Ia meninggal pada 2012 di usia 95 tahun.

(sumber:bbcindonesia.com)