Erick Thohir Ungkap Penyebab Garuda Berdarah-darah

  • Oleh : Redaksi

Kamis, 03/Jun/2021 17:42 WIB


Jakarta (BeritaTrans.com)  - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Eric Thohir bicara mengenai dua beban utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang membuat kondisi perusahaan berdarah-darah. Hal ini diungkapkan dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (3/6/2021).

"Secara garis besar kami meyakini bahwa memang salah satu masalah terbesar Garuda itu adalah lessor. Disitu ada 36 Lessor, yang memang harus petakan ulang mana yang sudah masuk kategori dan bekerja sama di kasus yang sudah dibuktikan koruptif," jelasnya dalam rapat.

Baca Juga:
Garuda Indonesia Group Terbangkan 80.243 Penumpang di Puncak Arus Balik

Nanti Kementerian BUMN akan negoisasi keras kepada pihak lessor atau pihak yang disewa barangnya yang terlibat kasus korupsi sebelumnya. Namun Erick tidak menampik ada lessor yang tidak ikut dalam kasus itu, tapi dari hitungan penyewaan kemahalan karena kondisi perusahaan.

"Itu juga akan kita negoisasi ulang, beban terberat saya rasa itu," jelasnya.

Baca Juga:
Garuda Resmi Layani Rute Penerbangan Jakarta-Doha PP

 

Beban kedua terberat, Erick mengatakan harus merubah bisnis model Garuda Indonesia juga pasca pandemi Covid - 19. Karena alasan pangsa pasar yang harus diubah juga sehingga bisa lebih menguntungkan bagi perusahaan. Melihat banyak rute-rute yang dilakukan Garuda tidak menorehkan untung.

Baca Juga:
Garuda Indonesia Group Terbangkan 82 Ribu Penumpang di Puncak Arus Angleb

Dijelaskan Erick kalau saat ini pelancong yang menggunakan maskapai 70% berasal dari wisatawan domestik 22% dari wisatawan mancanegara. Dengan Indonesia sebagai negara kepulauan seharusnya sudah harus fokus pada pemenuhan pasar dalam negeri bukan luar negari.

"Sehingga rute luar negeri bisa coach sharing aja, karena banyak maskapai luar negeri yang butuh ekspansi karena negaranya hanya seupulau, kita kepulauan kekeuatan kita di domestik makanya bermain disitu, kalau bersaing dengan mereka tentu beda bisnsi model," jelas Erick.

Dari perubahan rencana bisnis Garuda itu, menurut Erick juga harus didorong dari kebijakan kementerian terkait. Pihaknya mengaku susah berbicara dengan Kementerian Perhubungan agar pintu bandara tidak semua terbuka bagi penerbangan internasional.

"Kita sudah bicara dengan Menhub, gimana nanti airport tidak open sky, jadi tidak semua pesawat asing bisa mendarat, dengan kondisi pandemi sekarang juga kita harus pertimbangkan supaya penyebaran tidak terjadi," jelasnya.

Nantinya disitu menjadi kesempatan plat merah ini. Dimana saat pintu internasional terbatas dibeberapa bandara, penerbangan akan disambung dengan Garuda sesuai daerah yang dituju.

"Dari titik itu Garuda bisa menyebar ke 20 kota, tapi dari titik itu dibuka tettapi dari titik it uke domestik hanya dari garuda atau penerbangan swasata. Toh seperti Amerika dan China seperti itu, gak bisa semua kota mendarat," jelasnya.

(lia/sumber:cnbcindonesia.com)