Xi Jinping Dijadwalkan Jajal Kereta Cepat Jakarta-Bandung

  • Oleh : Fahmi

Senin, 07/Jun/2021 20:46 WIB
Pekerja melintas di dekat Tunnel Walini saat pengerjaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Selasa (14/5/2019).(antara) Pekerja melintas di dekat Tunnel Walini saat pengerjaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Selasa (14/5/2019).(antara)

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung  dikebut konstruksinya agar bisa tuntas pada November 2022 dan bersamaan saat agenda Indonesia jadi tuan rumah G20 di Bali. 

Presiden China Xi Jinping yang dijadwalkan hadir dalam G20, juga rencananya diagendakan bersama Presiden Joko Widodo menjajal perdana kereta cepat Jakarta-Bandung. 

Baca Juga:
Hari Kartini, Petugas Kereta Whoosh Gunakan Kebaya serta Bagikan Bunga ke Penumpang

Pengamat Transportasi, Djoko Setijowarno mengatakan hadirnya Xi Jinping sebagai bentuk hubungan antar kedua negara. China pada proyek kereta cepat memang berkontribusi dari sisi pembiayaan tak sedikit dari total Rp 80 triliun proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. 

"Ini menunjukkan hubungan kedua negara ini dekat," jelasnya kepada CNBC Indonesia, Senin (7/6/2021). 

Baca Juga:
Puncak Angkutan Lebaran 2024, KCIC Catat Penumpang Whoosh Capai Lebih 21 Ribu

Namun, Djoko bercerita sejarahnya proyek ini bukan inisiasi dari pihak China justru berawal dari Jepang melalui Japan International Cooperation Agency sebagai pihak yang membuat kajian pertama kali kereta cepat di Indonesia. 

Namun seiring jalannya waktu, Jepang tidak lagi berkomitmen pada proyek ini karena tidak sesuai dengan bisnis modal dan regulasi pemerintah Jepang. Sehingga konsorsium BUMN melanjutkan pembangunan proyek ini, dengan bantuan dana dari China dengan skema business to business tanpa APBN. 

Baca Juga:
KCIC: Penumpang Whoosh Masih Ramai pada H+3 Lebaran, Lonjakan Pengguna Diprediksi Sampai Lebih dari 20 Ribu

Sehingga terbentuk perusahaan patungan PT Kereta Cepat Indonesia China, dimana pemegang saham 60% kepemilikan konsorsium Indonesia, dan 40% kepemilikan konsorsium perusahaan China di bawah Beijing Yawan HSR Co. Ltd. 

"Studi kereta cepat sudah dilakukan dari 2013, bahkan tidak hanya Jakarta - Bandung, tapi Jakarta sampai Surabaya, dengan nilai hitungan investasi Rp 70 triliun," jelasnya. 

Djoko mengingatkan perlu adanya kajian yang mendalam dan akurat jika pemerintah kembali melanjutkan rute hingga Surabaya. Supaya tidak ada lagi permasalahan pembengkakan biaya hingga jumlah penumpang yang tidak akurat. 

"Coba dilihat lagi target penumpang hariannya berapa, tidak akan sampai 100 ribu per hari, orang Argo Parahiyangan saja 14 ribu saat kondisi maksimal," katanya.(fh/sumber:CNBC)