Amerika Latin Lawan Dolar, Bitcoin Jadi Mata Uang di 3 Negara

  • Oleh : Redaksi

Kamis, 17/Jun/2021 20:09 WIB


Jakarta (BeritaTrans.com) - Negara-negara di Amerika Selatan kini mulai berlomba-lomba mengakui kripto, terutama Bitcoin sebagai salah satu alat pembayaran yang sah di negara-negara kawasan Amerika Selatan.

Dukungan kripto sebagai alat pembayaran yang sah pertama kali dilakukan oleh negara El Salvador. Negara yang berpenduduk sekitar 6,454 juta jiwa pada tahun 2019 ini resmi mengakui Bitcoin sebagai salah alat pembayarannya pada Rabu (9/6/2021) pekan lalu.

Baca Juga:
Bitcoin: `Harap-harap cemas` saat El Salvador resmi mulai gunakan mata uang kripto

Ketertarikan pada Bitcoin tampaknya dimotivasi oleh inflasi, ketergantungan pada dolar Amerika Serikat (AS), dan cara untuk menarik kewirausahaan teknologi.

"Dalam jangka pendek, hal ini akan menciptakan lapangan kerja dan membantu memberikan inklusi keuangan kepada ribuan orang di luar ekonomi formal," kata Presiden El Salvador, Bukele.

Baca Juga:
Ini Bukti Kripto Sedang On Fire! Ada yang Melesat 60% Lebih

Tak hanya El Salvador yang mulai mengadopsi Bitcoin ke dalam mata uangnya, beberapa negara di Amerika Selatan juga mulai mengikuti jejak El Salvador. Adapun negara-negara tersebut yakni Paraguay dan Panama, dan mungkin beberapa negara lainnya di Amerika Selatan.

El Salvador, Sang Pelopor Adopsi Bitcoin di Amerika Selatan

Baca Juga:
Setelah JP Morgan, Kini Giliran Bank of America Sediakan Produk Bitcoin

Masyarakat El Salvador sudah mulai memanfaatkan Bitcoin sebagai alat penyimpanan dan pembayaran.

Gerakan ini telah diinisiasi oleh Jack Mallers, pencipta aplikasi pembayaran Zap dan Strike Bitcoin. Dia juga telah membantu membuat rancangan undang-undang (RUU) untuk membuat Bitcoin legal di negara tersebut.

Transisi ke alat pembayaran yang sah dapat menghilangkan keuntungan modal dari persamaan dan memungkinkan orang untuk memindahkan dan mengonversi Bitcoin tanpa mengkhawatirkan pajak yang akan dikenakannya.

"Sampai sekarang, El Salvador ditetapkan menjadi negara Bitcoin pertama dan negara pertama yang membuat legalitas Bitcoin, El Salvador juga memperlakukannya sebagai mata uang dunia dan memiliki cadangan Bitcoin," kata Mallers pada konferensi Bitcoin 2021 di Miami.

Hal ini membuat para politisi dan pemimpin di berbagai negara Amerika Selatan juga menyerukan tindakan yang sama, di mana para pemimpin melakukan tindakan tersebut untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS.

Selain itu, tujuan para pemimpin melegalkan Bitcoin juga untuk memperlambat inflasi, meningkatkan inklusi keuangan, dan menghasilkan lebih banyak uang untuk kas negara.

Paraguay & Panama Susul El Salvador

Ilustrasi Bitcoin  (Photo by André François McKenzie on Unsplash)

Foto: Ilustrasi Bitcoin (Photo by Executium on Unsplash)

Paraguay

Paraguay menjadi pelopor kedua dalam pengakuan Bitcoin ke dalam mata uang resmi negaranya, setelah El Salvador.

Anggota Kongres Carlitos Rejala berkomentar di Twitternya pada Senin (14/6/2021) lalu, bahwa pemimpin Paraguay kini sedang menyerukan bangsanya untuk maju bersama dengan generasi barunya. Tweet dari Carlitos Rajala bahkan menambahkan foto baru dengan mata laser dan tagar #btc (Bitcoin) bergambar roket dan tagar #paypal.

 

Rejala berencana untuk mengajukan RUU untuk menarik perusahaan pertambangan internasional dan bisnis kripto lainnya pada Juli mendatang.

"Proyek ini memungkinkan perusahaan kripto, baik perusahaan pertambangan, perusahaan trading atau perusahaan lainnya, akan membiayai biaya operasional mereka dengan menggunakan mata uang kripto dan mendapatkan dividen ke luar negeri serta memanfaatkan keuntungan mereka di bank lokal," kata Rejala kepada CoinDesk.

Rejala, politisi sekaligus pengusaha yang berusia 36 tahun, ikut menemukan Bitcoin pada tahun 2017 dan mulai trading pada tahun 2019.

Proyek ini bertujuan untuk memposisikan Paraguay sebagai salah satu pusat kripto di Amerika Selatan dan akan menjadi model untuk negara-negara lain di kawasan itu.

Jika RUU itu berhasil disetujui, maka Paraguay menjadi negara kedua di Amerika Selatan yang mengakui Bitcoin sebagai salah satu alat pembayarannya.

Hal itu juga sesuai dengan tujuan lama bagi para pemimpin bisnis local dan para penambang yang terpaksa pindah, di mana energi yang dimiliki oleh Paraguay merupakan energi yang tergolong sangat murah sejak 2018 lalu.

Menurut Rejala, salah satu kondisi yang paling menarik bagi para penambangan, baik individu maupun perusahaan adalah biaya listrik di Paraguay yang tergolong sangat muerah, yakni sekitar US$ 0,05 per kilowatt-hour (kwh) dan merupakan yang terendah di kawasan itu. Hampir 100% produksi berasal dari sumber pembangkit listrik tenaga air.

"Ini energi terbarukan, tanpa menghasilkan polusi dan tentunya hal ini sangat penting bagi para penambang Bitcoin dan kripto lainnya," kata Rejala, dilansir dari CoinDesk.

"Paraguay adalah negara yang tidak menetapkan aturan pembatasan aliran modal asing dan pembayaran dividen di luar negeri," tambahnya.

Paraguay tidak menggunakan semua energi yang dihasilkannya. Di pembangkit listrik tenaga air Itati, yang dimiliki Paraguay dengan Brasil, negara itu hanya mengambil 26% dari 6.067 megawatt.

Menurut Juanjo Benitez Rickmann, CEO perusahaan penambang kripto lokal, Bitcoin.com.py, mengatakaan bahwa alasan itulah yang menjadikan Paraguay sebagai salah satu destinasi dari para penambang maupun trader kripto.

"Kami memiliki banyak energi yang kami jual ke Argentina dan Brazil, bahkan hampir gratis karena kami hanya bisa menjual ke tetangga kami," kata Benitez Rickmann, dikutip dari CoinDesk.

 

Panama

Panama, salah satu negara yang dianggap oleh banyak orang sebagai negara 'surga pajak' atau 'tax haven' kini juga mulai mengadopsi kripto, terutama Bitcoin sebagai salah satu alat pembayaran yang sah, mengikuti jejak El Salvador dan Paraguay yang sudah terlebih dahulu mengakui Bitcoin.

Seorang politisi dari Panama berbagi komentar serupa di Twitter, setelah mendengar tentang gerakan di El Salvador dan Paraguay. Anggota Kongres, Gabriel Silva mengatakan bahwa Panama dalam waktu dekat juga akan mengakui kripto sebagai salah satu alat pembayarannya.

"Ini penting dan kami tidak boleh ketinggalan. Jika Panama ingin menjadi pusat teknologi dan pusat kewirausahaan, maka kita harus mendukung mata uang kripto. Kami akan menyiapkan proposal untuk dipresentasikan di Majelis. Jika Anda tertarik untuk membangunnya, Anda harus bisa menghubungi saya," kata Silva melaluti Twitter-nya.

Bulan ini, Silva dan timnya sedang mengumpulkan pendapat dari berbagai pihak, termasuk pengacara, pengguna Bitcoin, perusahaan terkait kripto dan pejabat pemerintah.

Silva tidak mengungkapkan rincian lebih lanjut tentang isi RUU tersebut, tetapi dia mengatakan akan menentukan isinya setelah berbicara dengan para pihak terkait.

Balboa, mata uang Panama juga beredar bersama dolar. Balboa telah terikat dengan sang greenback, sehingga alat pembayaran Panama saat ini sangatlah bergantung kepada naik-turunnya dolar AS.

Mengenai insentif pajak, Silva mengatakan bahwa negara tersebut telah memiliki skema untuk menarik perusahaan kripto melalui mekanisme seperti izin operasional dan pembebasan pajak.

Panama sudah lama dianggap sebagai negara dengan sebutan 'tax haven' atau surga pajak. Dalam daftar yuridiksi non-kooperatif terbaru yang diterbitkan pada tahun 2021, Uni Eropa mendaftarkan Panama sebagai negara 'tax haven' bersama dengan Kepulauan Virgin dan Seychelles.

Oleh karena itu, tak sedikit para penguasaha atau orang-orang kaya yang 'lari' ke Panama untuk menyimpan dana yang di milikinya. Hal ini dilakukan karena kekayaan mereka di negaranya bakal di kenakan pajak tinggi.

(lia/sumber:cnbcindonesia.com)

Tags :