Warga Australia Geram dengan Keputusan Memperbolehkan Satu Keluarga Positif Covid-19 Terbang dari Indonesia Ke Australia

  • Oleh : Fahmi

Jum'at, 02/Jul/2021 06:11 WIB
Foto:Istimewa Foto:Istimewa

BeritaTrans.com - Keputusan Pemerintah Australia mengizinkan satu keluarga yang positif Covid-19 masuk ke Australia dengan menggunakan pesawat sewaan dari Indonesia pekan lalu dinilai sebagai sebuah "kemunafikan". 

Penilaian ini diutarakan oleh Sunny Joura, seorang warga Australia yang pernah tertahan lama di India dan sempat batal berangkat ke Australia setelah diketahui positif Covid-19. 

Baca Juga:
Batik Air Terbang Langsung Bali-Adelaide Australia, Ini Jadwalnya!

Sebuah laporan mengungkap jika otoritas kesehatan dan Pemerintah di Australia Selatan telah menyetujui keluarga yang terdiri atas tiga orang untuk menggunakan prosedur penerbangan evakuasi medis dari Indonesia, yang biayanya ditanggung sendiri keluarga. 

Keluarga yang terdiri dari dua orang dewasa dan seorang anak sekarang masih menjalani karantina di medi-hotel Tom's Court di pusat Kota Adelaide. 

Baca Juga:
Ditjen Hubud dan Australia Kolaborasi Menggelar National Contigency Exercise

Jenis penerbangan evakuasi medis atau 'medevac' ini merupakan yang pertama tiba di Australia Selatan sejak pandemi, namun Pemerintah setempat menyatakan hal itu lazim dilakukan antar negara bagian. 

Padahal sebelumnya, pasien positif Covid-19 dari negara lain ditolak haknya untuk naik penerbangan repatriasi pulang ke Australia. 

Baca Juga:
Batik Air Bakal Terbang Langsung Jakarta ke Perth Australia PP Mulai 21 September 2023

Sunny mengatakan banyak warga negara Australia keturunan India masih tertahan di India, tak bisa pulang ke Australia, setelah hasil tes positif Covid-19. 

"Saya sendiri adalah warga Australia yang tertahan dan akhirnya bisa ke Australia pada 27 Mei. Sejak itu saya membantu sesama warga Australia yang masih tertahan di negara lain," ujarnya.


Sunny Joura menyebut banyak warga Australia keturunan India yang kini tertahan di India.(Supplied) 

Bantuan yang dimaksudkan Sunny ini yaitu menjelaskan prosedur, mendapatkan hotel karantina, apa yang harus dilakukan sebelum terbang, persyaratan tes atau sekadar menjawab pertanyaan di jejaring sosial. 

Sunny mengaku sempat tertahan di India karena mengalami hasil tes positif palsu sebelum naik pesawat repatriasi kembali ke Australia. 

Dia menyebut keputusan membolehkan satu keluarga yang positif Covid-19 mendarat di Adelaide itu "sangat tidak adil". 

"Saya kaget melihat hal itu. Sangat mengejutkan. Saya merasa ada standar ganda di sini," katanya.

"Tidak semua orang memiliki uang sebanyak yang harus dibayar orang-orang ini untuk bisa menggunakan penerbangan medevac," tambah Sunny. 

"Mereka bisa terbang dan pemerintah memberi izin.." 

"Sedangkan orang lain, misalnya di India atau negara lain yang memiliki kondisi kesehatan serius dan mungkin positif, ditolak izin masuknya atau jenis repatriasi khusus apa pun," ujar Sunny lagi. 

Evakuasi medis sudah dilakukan sebelum pandemi 

Menteri Utama negara bagian Australia Selatan, Steven Marshall, hari Kamis (1/7/2021) mengesampingkan kecaman itu. 

Menurutnya adalah hal biasa di negara bagian di pesisir timur Australia untuk menyelenggarakan penerbangan medevac atau evakuasi medis dari luar negeri karena kedekatannya dengan wilayah Asia. 

"Tapi dengan yang satu ini, karena mereka berasal dari Australia Selatan, keputusannya adalah membawa mereka ke sini. Jelas tidak ada campur tangan politik," katanya kepada ABC Radio Adelaide. 

"Yang saya ketahui kemungkinan besar itu penerbangan medevac yang didanai pihak asuransi," ujar Premier Steven. 

Pejabat medis tertinggi Australia Selatan, Profesor Nicola Spurrier mengatakan apa yang terjadi sudah sesuai dengan "standar pemulihan medevac".


Professor Spurrier menyatakan keputusan pemerintah membolehkan penerbangan pesawat sewaan yang membawa satu keluarga yang positif Covid-19 dari Indonesia sudah sesuai prosedur standar.(ABC News) 

"Medevac terjadi di pesawat ukuran kecil yang dijadikan sebagai rumah sakit. Cara seperti ini sudah ada sebelum Covid," jelasnya. 

"Biasanya bila orang bekerja di negara tetangga dekat dengan Australia dan mereka jatuh sakit, sementara sistem perawatan di negara itu tak mampu menanganinya, maka pemulihan medevac berlaku. Itu diatur antara pihak rumah sakit," ujar Profesor Nicola. 

Ia menambahkan, diperlukan izin dan persetujuan dari Pemeritah Federal sebelum pasien bisa diterbangkan kembali melalui metode medevac. 

"Yang saya dengar, orang tersebut bekerja untuk sebuah perusahaan Australia di luar negeri. Kemudian, perusahaan itu berkewajiban untuk membantu jika Anda jatuh sakit," katanya. 

"Ini adalah prosedur standar, hal biasa yang terjadi dalam pemulihan medevac, terlepas dari pandemi atau tidak ada pandemi, hal ini telah berlangsung selama bertahun-tahun," ujar Prof Nicola Spurrier lagi.(fh/sumber:ABCNews)