Banjir di China Tengah, Penumpang Kereta Bawah Tanah Terjebak

  • Oleh : Fahmi

Rabu, 21/Jul/2021 19:49 WIB
Seorang pejalan kaki mengenakan jas hujan mengarungi banjir di sebuah jalan di Zhenzhou, Henan, China, Selasa, 20 Juli 2021. (Foto: cnsphoto via Reuters) Seorang pejalan kaki mengenakan jas hujan mengarungi banjir di sebuah jalan di Zhenzhou, Henan, China, Selasa, 20 Juli 2021. (Foto: cnsphoto via Reuters)

BEIJING (BeritaTrans.com) - Hujan deras memaksa sistem kereta bawah tanah di Zhengzhou, ibu kota Provinsi Henan China, ditutup pada Selasa (20/7/2021) yang mengakibatkan para penumpang terlantar. 

Para penumpang mengunggah video di media sosial selagi mereka menunggu tim SAR di air berlumpur setinggi pinggang. Seorang penumpang bernama Xiaopei mengunggah di Weibo bahwa “air di kereta telah mencapai dada (mereka).” 

Baca Juga:
KAI Tambah Lagi KA Relasi Solo Balapan-Pasar Senen PP Khusus Arus Balik Lebaran, Tiket Sudah Bisa Dipesan!

Sejauh ini sekitar 300 orang telah diselamatkan, tetapi belum diketahui berapa banyak lagi yang masih terperangkap. 

Berbagai saluran media lokal melaporkan bahwa banjir mulai surut. 

Baca Juga:
9.475 Orang Naik Kereta Api Pertama di Sulawesi di Libur Lebaran

Provinsi Henan, yang berpenduduk sekitar 94 juta orang, mengalami hujan lebat selama seminggu terakhir. Kantor berita Reuters melaporkan bahwa pada Selasa (20/7), stasiun meteorologi kawasan mengeluarkan tingkat siaga tertinggi, peringatan berwarna merah, karena hujan diperkirakan akan berlanjut selama 24 jam ke depan. 

Peristiwa-peristiwa cuaca ekstrem telah melonjak selama musim panas ini di China, dengan banjir baru-baru ini di Provinsi Sichuan yang menewaskan ratusan warga dan memaksa ribuan orang mengungsi dari daerah tersebut. 

Baca Juga:
Hujan Angin di Stasiun Tegalluar Sebabkan Cipratan Air Masuk ke Pintu Kereta Whoosh saat Penumpang Naik

Pejabat Greenpeace International, sebuah kelompok lingkungan, memperingatkan bahwa urbanisasi yang cepat di China akan meningkatkan frekuensi bencana alam terkait iklim. 

Berbicara kepada media China, Liu Junyan dari Greenpeace mengatakan “karena populasi, infrastruktur dan kegiatan ekonomi yang sangat terkonsentrasi, paparan dan kerentanan bahaya iklim lebih tinggi di daerah perkotaan.” (fh/sumber:VOA)