Sejarah Transportasi DKI Jakarta: Dari Kuno Jadi Secanggih Singapura

  • Oleh : Dirham

Minggu, 25/Jul/2021 12:04 WIB
Sejarah Transportasi DKI Jakarta. Sejarah Transportasi DKI Jakarta.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Sistem transportasi yang canggih dan terintegrasi menjadi hal yang didambakan masyarakat, terutama yang bekerja di perkotaan yang memiliki mobilitas tinggi. Salah satu kota yang memiliki sistem transportasi terintegrasi dan sarat teknologi yang memudahkan warganya seperti di Singapura dan Seoul, Korea Selatan.

Singapura fokus membangun berbagai jenis transportasi massal, seperti peremajaan bus, perluasan jangkauan trayek, pengadaan MRT (Mass Rapid Transport) sampai LRT berteknologi canggih. Negara ini menyadari mobilitas penduduk dan wisatawan adalah salah satu bagian penting untuk membuat ekonomi bergerak.

Baca Juga:
Smart Mobility, Transformasi Transportasi Jakarta

Memiliki sistem transportasi DKI Jakarta bisa secanggih Singapura pun bukan hanya angan-angan belaka. Saat ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang didukung oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian BUMN dan Kemehub tengah melakukan berbagai integrasi angkutan umum untuk memberikan kemudahan mobilitas warga DKI Jakarta dan sekitarnya.

Kini Jakarta memiliki berbagai transportasi canggih yang menghubungkan pusat kota dengan wilayah aglomerasi, seperti MRT, LRT, Commuter Line, hingga TransJakarta.

Baca Juga:
Menteri BUMN Erick Thohir Bertemu Pj Gubernur Heru Budi, Bahas Kerja Sama dan Sinkronisasi Transportasi

Sebelum semua transportasi hadir, warga Jakarta juga pernah merasakan berbagai jenis angkutan umum, mulai dari yang memiliki teknologi sederhana hingga berteknologi tinggi.

Berikut daftar alat transportasi di DKI dari masa ke masa:

1. Delman

Delman merupakan kereta dengan dua roda yang ditarik kuda. Nama Delman berasal dari nama penemunya, Ir Charles Theodore Deeleman. Dia adalah insinyur dan juga ahli irigasi yang memiliki bengkel besi di pesisir Batavia yang menjadi Jakarta saat ini.

Seorang kusir duduk di depan mengendalikan jalannya kuda yang menarik delman. Sedangkan penumpang duduk di dalam, di belakang kusir, dengan duduk berhadap-hadapan. Meski kebanyakan delman merupakan sewaan namun ada juga yang merupakan milik pribadi.

2. Becak

Pada 1950-an becak merupakan salah satu 'primadona' transportasi di Jakarta. Sejarawan Susan Abeyasekere dalam bukunya, 'Jakarta: A History', pada tahun 1970 terdapat 92.650 becak yang terdaftar di Jakarta. Diperkirakan jika dijumlah dengan becak yang tidak terdaftar, maka angkanya bisa mencapai 150 ribu.

Meski demikian, eksistensi becak akhirnya tersingkir karena jalannya yang lamban dan dinilai sebagai alat transportasi yang mengeksploitasi manusia.

Baca: Dear Warga Jabodebek! Jokowi Janji LRT Beroperasi Juni 2022
3. Trem

Trem sudah ada di Batavia (nama Jakarta kala itu) sejak pertengahan 1800 hingga 1900-an. Mulanya trem kuda yang mampu mengangkut 40 orang hadir pada 1869. Keberadaan trem kuda ditulis dalam buku 'Kisah Betawi Tempo Doeloe: Robin Hood Betawi' karya Alwi Shahab.

Seiring perkembangan teknologi, keberadaan trem kuda lantas digantikan dengan trem uap yang muncul sekitar 1881. Pada 1950-an ada sekitar 5 lintasan atau lin dalam bahasa Belanda. Lin-lin itu antara lain melintasi Kampung Melayu, Jalan Cut Mutia, Jalan Tanah Abang Raya (sekarang Jalan Abdul Muis), Harmoni, dan Pasar Ikan. Operasi trem ini kemudian dihentikan pada 1959

Kereta Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta di Depo Lebak Bulus, Jakarta Selatan (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto) Foto: Ist

11.MRT
Proyek infrastruktur MRT ini sebenarnya sudah digagas sejak Orde Baru yakni tahun 1985. Ada lebih dari 25 studi subjek umum dan khusus yang telah dilakukan terkait dengan kemungkinan sistem MRT di Jakarta

Pembangunan MRT dilanjutkan oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) yang kini menjabat sebagai presiden. Jokowi saat itu menyebut proyek MRT masuk sebagai salah satu prioritas dalam anggaran Jakarta tahun 2013.

12. LRT

LRT Jakarta kini telah beroperasi dan memiliki jalur sepanjang 5,8 km yang melayani enam stasiun. Pembangunan sistem LRT dimulai pada bulan Juni 2016 dan beroperasi penuh tanggal 1 Desember 2019.

Jalur LRT menghubungkan Stasiun Pegangsaan Dua di daerah Kelapa Gading dengan Stasiun Velodrome di Pulo Gadung. Jalur LRT ini sepenuhnya berbentuk layang yang melayani enam stasiun. Stasiun Pegangsaan Dua selain menjadi terminus jalur ini, juga menjadi depo penyimpanan rangkaian LRV.

Selain itu akan ada LRT Jabodebek kini dalam tahap pembangunan dan akan melayani 3 lintasan. Rencananya LRT Jabodebek akan beroperasi pada 2022. Pertama, lintas pelayanan rute Cawang-Cibubur sepanjang 14,8 kilometer. Kedua, lintas pelayanan rute Cawang-Dukuh Atas sepanjang 11 kilometer. Ketiga, lintas pelayanan rute Cawang-Bekasi Timur sepanjang 18,4 kilometer.

13. KRL CommuterLine

Layanan ini dahulu dioperasikan dengan nama KRL Jabotabek sejak era 1970-an hingga pemekaran Kota Depok pada 1999 dengan nama alternatif KRL Jabodetabek. KRL dahulu dihadirkan di Hindia Belanda sejak 1925 untuk memperingati 50 tahun Staatsspoorwegen beroperasi di Jawa. Semenjak 1960-an, transportasi listrik di Jakarta berada pada titik nadirnya karena dicap sebagai penyebab kemacetan sehingga Trem Batavia ditutup dan KRL dibatasi.

KRL penggunaannya kian berkembang dan diperbarui, kemudian pada 2017, PT KAI Commuter Jabodetabek berganti nama menjadi PT Kereta Commuter Indonesia (KCI). Pada awal perkenalan pola loop line di 2011, Commuter Line Jabodetabek memiliki 6 jalur dan 8 relasi. Saat ini jumlah tersebut bertambah menjadi 6 jalur dan 13 relasi yang melayani seluruh wilayah Jabodetabek dan Lebak.

Untuk memiliki sistem transportasi secanggih Singapura, baik MRT, LRT, Commuter dan TransJakarta akan terintegrasi. Integrasi ini akan dilakukan oleh JakLingko yang dimulai Agustus mendatang. Kartu Transportasi JakLingko pada fase pertama atau Clearing Central House System (CCHS) akan menghubungkan masing-masing operator transportasi dalam satu platform pengelolaan pembayaran tiket terpadu.

"Layanan ini akan memberikan rekomendasi dan estimasi perjalanan bagi pengguna transportasi umum melalui Aplikasi JakLingko, jadi semuanya akan lebih mudah dan terintegrasi," kata Sekretaris Perusahaan JakLingko Ahmad Rizalmi kepada CNBC Indonesia.

Tidak berhenti di sana, kesatuan sistem ini kemudian didukung Mobile App (Aplikasi JakLingko). Sistem pembayaran cashless baik kartu maupun aplikasi ini nantinya bisa digunakan di MikroTrans, Transjakarta, MRT, LRT, Commuter Line dan railink.

"Tujuan utama dari adanya integrasi ini adalah orang yang menggunakan kendaraan pribadi mulai mengalihkan kebiasaanya menggunakan transportasi umum. Dengan begitu kemacetan diharapkan bisa berkurang, serta udara juga bisa menjadi lebih baik karena jumlah kendaraan di jalan berkurang," ujarnya.

Tidak berhenti sampai ke integrasi transportasi, nantinya Jakarta akan memiliki transportasi umum yang terintegrasi secara sistem. Hal ini akan dilakukan di fase kedua yakni pada Maret 2022 melalui penerapan Mobility as a Service (MaaS). Fase ini akan memberikan journey bagi pengguna transportasi umum dengan kemudahan dan berbagai keseruan didalam penggunaan Aplikasi JakLingko.

Jadi nanti Lewat Aplikasi JakLingko akan diperluas integrasi nya dengan moda transportasi lain seperti Ojek online, Taxi online, Tourism (pariwisata), spot kuliner, dengan berbagai diskon yang menarik. Serta bisa juga digunakan untuk bayar listrik, pulsa, PAM, BPJS, dll.

Kemudian di fase ke-3, Melalui PT JakLingko Indonesia akan menerapkan Account Based Ticketing (ABT). Pada Fase ini nanti pengguna transportasi umum akan lebih dipermudah melalui aplikasi JakLingko dengan pemesanan tiket berlangganan mingguan atau bulanan. Kemudian dengan teknologi cerdas faser-3 ini dapat membaca profile seorang penumpang sehingga tarif nya juga diperlakukan khusus. Misalnya tarif untuk Lansia, Pelajar, dll (14 golongan) akan berbeda dengan penumpang lainnya sehingga diharapkan lebih praktis tanpa perlu mendaftar ulang setiap tahunnya.

4. Helicak
Helicak merupakan gabungan kata helikopter dan becak. Dinamakan demikian karena bentuknya yang mirip kedua alat transportasi tersebut. Helicak pertama kali diluncurkan di Jakarta pada Maret 1971, saat pemerintahan Gubernur Ali Sadikin.

Seperti becak, penumpang duduk di dalam kabin dengan kerangka besi dan serat kaca yang ada di bagian depan. Penumpang dipastikan terlindung dari panas, hujan, maupun debu jalanan. Kabin itu hanya muat dua penumpang dewasa. Sedangkan pengemudinya ada di bagian belakang.

5. Taksi

Taksi sudah ada sejak dahulu hingga sekarang dan masih menjadi pilihat masyarakat Jakarta. Kondisi jalanan Jakarta yang macet membuat taksi menjadi salah satu kendaraan umum paling nyaman. Sejak 1940-an taksi sudah berkeliaran di beberapa wilayah di Jakarta. Namun, taksi tempo dulu menggunakan mobil-mobil klasik dengan beragam tipe dan merek yang berbeda.

6. Oplet

Mobil yang digunakan sebagai oplet adalah sedan buatan Inggris dengan ban yang telah dimodifikasi. Austin adalah merek lain yang digunakan sebagai oplet, sehingga oplet kadang disebut 'ostin' oleh orang awam.

Ada yang mengatakan kata oplet berasal dari nama Chevrolet atau Opel. Ada pula yang menyebut oplet berasal dari kata auto let. Kendaraan ini beroperasi di Jakarta sejak 1930, dan awalnya hanya terbatas di daerah Jakarta Timur. Namun kemudian meluas ke daerah lain dengan izin trayek resmi.

Pada 1960-1980, bemo menjadi kendaraan umum primadona masyarakat Jakarta. Pasalnya sejak becak dimusnahkan di jalan ibukota, bemo pun menjadi pengganti becak yang dapat menampung lebih banyak penumpang. Bemo pertama kali muncul di Jakarta pada 1962.Saat ini sudah tidak banyak Bemo yang terlihat di Ibu Kota.7. Bemo

8. Bajaj

Pada 1975 Bajaj merupakan salah satu angkutan umum jenis IV yang resmi di Jakarta. Keberadaannya melengkapi angkutan jenis I-III, yakni kereta api, bus kota, dan taksi. Berdasarkan surat keputusan itu, keberadaan minicar, helicak, dan mebea dinilai belum mampu menggantikan becak. Pada perkembangannya,ketimbang kendaraan jenis IV lain, bajaj bertahan karena unggul dari sisi ekonomi.

Saat ini bajaj salah satu jenis angkutan umum klasik yang ikut berkembang, meski jumlahnya tidak lagi banyak. Kini bajaj pun bukan hanya yang beroda 3, melainkan ada pula yang roda 4.

9. Bus Tingkat

Bus tingkat adalah bus dengan dua lantai, di atas dan di bawah. Dengan bus tingkat alias bus tempel ini maka penumpang yang diangkut bisa mencapai dua kali lipat.

Namun bus ini dinilai tidak stabil lantaran posisi titik beratnya tinggi, sehingga hanya sesuai dengan kondisi jalan yang datar. Selain itu, penumpang berkebutuhan khusus juga sulit untuk naik ke lantai dua. Kelemahan lain bus ini adalah karena jalannya yang lambat.

Beberapa jurusan bus tingkat yang pernah beroperasi di Jakarta antara lain Senen - Blok M, Blok M - Pulo Gadung, dan Blok M - Kota. Seiring perkembangan pembangunan di Jakarta, tidak semua jalan 'ramah' pada bus model doubledecker itu. Karena tinggi, bus itu bisa menyangkut di terowongan. Selain itu konon sistem mesin di belakang mengakibatkan mudah terbakar.

10. TransJakarta

Transjakarta adalah sistem transportasi Bus Rapid Transit (BRT) pertama di Asia Tenggara dan Selatan, yang beroperasi sejak tahun 2004 di Jakarta, Indonesia. Sistem ini didesain berdasarkan sistem TransMilenio di Bogota, Kolombia. Transjakarta dirancang sebagai moda transportasi massal pendukung aktivitas ibu kota yang sangat padat. (ds/sumber CNBC News Indonesia)