Kisah Pilu di Indramayu: Ratusan Kapal dan Perahu Ditinggalkan Nelayan

  • Oleh : Taryani

Minggu, 25/Jul/2021 22:17 WIB
Kapal dan perahu nelayan ditinggal nakhoda dan crew kapal di sepanjang kali Eretan, Desa Eretan Wetan dan Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, Indramayu. (Taryani)       Kapal dan perahu nelayan ditinggal nakhoda dan crew kapal di sepanjang kali Eretan, Desa Eretan Wetan dan Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, Indramayu. (Taryani)

INDRAMAYU (BeritaTrans.com) – Puluhan atau bahkan ratusan kapal dan perahu nelayan tampak ditinggal nakhoda ataupun crew kapal lainnya.

Kapal dan perahu nelayan itu ditambat dengan posisi berderet di sepanjang kali Eretan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Baca Juga:
Geliat Perikanan Tangkap di Muara Baru Jakarta Pasca Libur Lebaran

Para nakhoda, anak buah kapal (ABK) dan crew kapal lainnya terpaksa tidak berangkat mencari ikan ke laut. Pasalnya,  saat ini tengah memasuki musim paceklik ikan, ditambah pandemi Covid-19.

Kapal dan perahu nelayan itu sebagaimana terpantau BeritaTrans.com dan Aksi.id, Minggu (25/07/2021) dalam keadaan masih utuh ditambat di tepi kali Eretan.

Baca Juga:
Menteri KKP Trenggono Serahkan Dua Kapal Rampasan IUUF ke Nelayan di Banyuwangi

Sejumlah peralatan kapal, seperti mesin, alat tangkap ikan, cumi-cumi, rajungan dan lain-lain jenis jaring nylon dan gill net masih utuh. Seluruhnya masih tersimpan di atas kapal. 

Kali Eretan,  merupakan wilayah perbatasan antara Desa Eretan Wetan dengan Desa Eretan Kulon. Kedua desa itu sejak  dahulu dikenal sebagai kampung nelayan. Karena banyak warga  mempunyai pekerjaan sebagai nelayan.

Baca Juga:
Cegah Konflik Horisontal Antar-Nelayan, KKP Amankan 2 Kapal Ikan di Selat Makassar

Di kali Eretan itu sebagian kapal atau perahu diparkir menghadap ke timur. Ini berarti kapal atau perahu itu tengah  berada di wilayah Desa Eretan Wetan. Sebagian lainnya diparkir  menghadap ke  barat atau  masuk ke wilayah Desa Eretan Kulon. 

“Sejak bulan Mei, kapal dan perahu nelayan itu diistirahatkan. Tidak ada yang berangkat ke laut karena memasuki musim paceklik ikan,” ujar Uci, 45.

Biasanya, kata dia selama musim paceklik ikan, kapal atau perahu nelayan itu diistirahatkan selama 4 hingga 5 bulan. Masa paceklik ikan mulai  Mei dan berakhir September atau Oktober.

Ditanya bagaimana jika ada nelayan yang nekad mengoperasikan kapalnya mencari ikan ke Perairan Kalimantan, Sumatera atau Sulawesi, kata Uci, hasilnya tidak maksimal.

"Antara biaya pembelian solar, perbekalan dan sebagainya dengan hasil tangkapan laut tidak sebanding,  sehingga hitungannya  rugi," ujarnya.

Kecuali memang ada beberapa perahu atau jukung kecil yang berangkat menjaring rajungan, udang atau cumi-cumi  di sekitar perairan Eretan. Jukung ini berangkat sore pulang menjelang Subuh.  

Lalu, kemana ratusan anak buah kapal (ABK) yang biasa bekerja pada  kapal - kapal ikan milik juragan yang saat ini sedang nganggur itu. "Para ABK nya  telah beralih pekerjaan.  Mencari kesibukan lain di luar pekerjaan nelayan," ungkap Uci..

Ada yang berjualan, kerja bangunan. Ada pula yang membantu nelayan kecil,  menjaring rajungan, udang atau cumi-cumi di sekitar perairan Eretan.

Sektor perikanan tangkap (laut)  sejak lama digeluti sehingga berkembang di tengah masyarakat Eretan.

Sudah banyak warga lokal yang sukses dan saat ini telah  memiliki kapal atau perahu sendiri.

Sektor perikanan laut juga telah membuka banyak lapangan kerja. Baik digeluti warga Desa Eretan Wetan dan Desa Eretan Kulon maupun dari desa-desa lainnya.  

Untuk meningkatkan kesejahteraan bersama, para nelayan di Desa Eretan Wetan menjual hasil tangkapan laut di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Eretan Wetan  dikelola  Koperasi Unit Desa (KUD) Misaya Mina Eretan Wetan.

Sedangkan nelayan Desa Eretan Kulon,  menjual hasil tangkapan laut di TPI Eretan Kulon  dikelola KUD Mina Bahari. (Taryani)