Ledakan Dahsyat di Pelabuhan Beirut Sebabkan Perekonomian Lebanon Memburuk dan Jutaan Orang Jatuh Miskin

  • Oleh : Redaksi

Kamis, 05/Agu/2021 00:49 WIB


Baca Juga:
Demonstran Peringati 2 Tahun Ledakan Pelabuhan Beirut

BEIRUT (BrtitaTrans.com) - Program Pangan Dunia (World Food Programme/WFP) mengatakan, pihaknya berencana meningkatkan bantuan makanan dan uang tunai untuk 1,4 juta rakyat Lebanon yang menderita akibat ledakan di pelabuhan Beirut tahun lalu yang menghancurkan perekonomian negara itu.

Lebih dari 200 orang tewas dan lebih dari 6.000 luka-luka ketika ribuan ton amonium nitrat yang disimpan di pelabuhan Ibu Kota Lebanon, Beirut, meledak 4 Agustus 2020.

Baca Juga:
CMA CGM Investasi 33 Juta Dolar Bangun Terminal Peti Kemas di Pelabuhan Beirut

Perekonomian negara itu terpuruk setelah peristiwa yang digambarkan sebagai bencana besar.

Program Pangan Dunia melaporkan, separuh dari penduduk Lebanon yang berjumlah 6,7 juta orang dan seluruh pengungsi Suriah yang berjumlah 1,5 juta orang, hidup dalam kemiskinan yang parah dan kekurangan makanan.

Baca Juga:
Interpol Terbitkan Red Notice Memburu Nakhoda dan Pemilik Kapal Kargo Pengangkut Bahan Kimia Penyebab Ledakan Hebat di Pelabuhan Beirut dan Tewaskan 200 Orang

Juru bicara WFP, Tomson Phiri mengatakan situasinya sangat buruk, sehingga badan pangan itu kini membantu seorang dari enam orang di negara itu.

“Dampak ledakan membuat mata uang lokal melemah dan dampak COVID-19 mengakibatkan lebih banyak orang jatuh dalam kemiskinan dan kerawanan pangan. Daya beli keluarga terus menyusut. Bagi para pengungsi, makanan, obat-obatan, dan sewa rumah menjadi semakin tidak terjangkau," ujar Phiri.

Phiri menambahkan, harga sekeranjang makanan WFP, yang mencakup bahan-bahan pangan pokok, meningkat lima kali lipat sejak awal krisis pada Oktober 2019. Pada waktu itulah kabinet Lebanon mengumumkan kenaikan pajak untuk mengatasi ekonomi yang memburuk, yang memicu protes di seluruh negeri.

Phiri mengatakan WFP memerlukan $100 juta untuk menyediakan makanan dan bantuan dasar di Lebanon hingga akhir tahun. (VOA).