Kapal Pesiar Jadi Rongsokan, Dipotong-Potong Jadi Besi Tua!

  • Oleh : Fahmi

Sabtu, 04/Sep/2021 07:53 WIB
Pelabuhan Alang, India.(Ist) Pelabuhan Alang, India.(Ist)

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Kapal pesiar yang dulunya dikenal dengan kesan mewah kini berubah 180 derajat. Banyak unit yang saat ini justru menjadi 'bangkai' berkarat dan dijual per komponen, yakni tiap besi tuanya. 

Beberapa pelabuhan di dunia menerima bangkai kapal pesiar untuk dikuliti tiap lapisan besinya. Salah satunya berada di pelabuhan Alang, India. Pelabuhan ini menampung kapal pesiar mewah, diantaranya adalah Marco Polo yang dibangun pada tahun 1960an. 

Baca Juga:
Pelindo Regional 2 Tanjung Priok Sambut Kedatangan Kapal Pesiar MS Viking Orion

Mulanya, Marco Polo akan dijual kepada pembeli di Dubai sebagai hotel terapung, namun pembeli tersebut membatalkannya karena alasan pandemi Covid-19. 

Nasib sama juga terjadi pada kapal pesiar lain, yakni Magellan yang semula bakal digunakan sebagai hotel terapung di Liverpool oleh pengusaha Yunani. Namun, nyatanya tidak ada pembeli benar-benar membelinya. 

Baca Juga:
Penumpang Kapal Pesiar yang Bersandar di Bali Dikenakan Biaya Retribusi Turis Asing

Selain India, Pelabuhan Aliaga di Turki juga memiliki bisnis sejenis ini. Menurut laporan Reuters, bisnis rongsokan besi kapal pesiar di Aliaga, Turki meningkat 30% selama pandemi Covid-19. 

"Melihat benda-benda besar seperti itu di pantai dihancurkan terasa sangat menarik, namun juga memilukan," kata Peter Knego, jurnalis pelayaran lepas yang telah mengunjungi galangan kapal di seluruh dunia untuk memotret proses dan mengumpulkan furnitur dan potongan interior untuk rumahnya dilansir dari CNN. 

Baca Juga:
IPC TPK Pacu Peningkatan Ekspor-Impor India

Ketika bagian eksterior kapal bakal dihancurkan, maka bagian interior seperti perabotan hingga kamar mandi akhirnya dijual ke pemilik bisnis atau kolektor lokal. 

Meski bisnis ini berkembang di tengah pandemi, namun ada kekhawatiran serius tentang dampak lingkungan dan kondisi kerja di industri pemecah kapal, karena setiap tahun sekitar 800 kapal berakhir masa pakainya dan perlu dibongkar dan didaur ulang. 

Organisasi Ship-breaking Platform telah mendokumentasikan kematian lebih dari 400 pekerja di pantai sejak 2009. Tercatat kecelakaan fatal di lapangan akibat pekerja jatuh dari ketinggian dan tewas dalam ledakan gas, serta penyakit jangka panjang akibat paparan bahan beracun seperti asbes. 

"Ada banyak nilai dalam kapal-kapal ini karena mengandung baja dalam jumlah besar," kata Ingvild Jenssen, direktur Platform Pemecah Kapal dilansir dari Business Standard.(fh/sumber:CNBC)