Bitcoin: `Harap-harap cemas` saat El Salvador resmi mulai gunakan mata uang kripto

  • Oleh : Redaksi

Selasa, 07/Sep/2021 20:46 WIB
Seorang pemilik toko di El Salvador memasang pengumuman menerima pembayaran dalam bentuk Bitcoin. Foto: bbcindonesia.com. Seorang pemilik toko di El Salvador memasang pengumuman menerima pembayaran dalam bentuk Bitcoin. Foto: bbcindonesia.com.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - El Salvador menjadi negara pertama yang menerima Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah. 

Langkah ini diterapkan saat dunia masih mendebatkan soal peluang dan bahayanya menggunakan mata uang kripto itu. 

Baca Juga:
Ini Bukti Kripto Sedang On Fire! Ada yang Melesat 60% Lebih

Mulai hari Selasa (07/09), semua bisnis di negara itu wajib menerima koin digital kontroversial itu sebagai pembayaran. 

Jutaan warga diperkirakan mengunduh aplikasi dompet digital dari pemerintah ke ponsel masing-masing dan langsung mendapat Bitcoin gratis setara US$30 (sekitar Rp426.000). 

Baca Juga:
Setelah JP Morgan, Kini Giliran Bank of America Sediakan Produk Bitcoin

Para penggemar Bitcoin di penjuru dunia sudah membeli koin digital itu, yang nilainya juga US$30, sebagai bentuk dukungan dan dalam rangka menggenjot nilai mata uang "yang masih rapuh itu".

Antusias dengan Bitcoin

Seorang pengemudi taksi berusia 26 tahun, Daniel Hercules, mengaku antusias dengan langkah pemerintahnya, namun juga cemas soal prospek pendapatannya nanti.

Baca Juga:
Harga Kripto Merosot Lagi, Ethereum Terburuk Drop 6% Lebih

"Saya sudah menerima Bitcoin selama sekitar dua bulan. Ada penumpang yang membayar saya dengan Bitcoin senilai US$40 saat mengantarnya ke bandara, namun ini masih jarang. Hanya sekitar 10% penumpang yang memilih membayar dengan Bitcoin."

Menurut Daniel, tarif menukar Bitcoin ke mata uang lokal - yakni dolar AS - sebesar 10%, sehingga dia memperlakukan uang itu seperti rekening tabungan. 

Dia berharap isi dompetnya bisa berkembang jadi sekitar US$1.000 dalam Bitcoin, namun juga khawatir bila mata uang kripto itu jatuh. 

"Itu salah satu yang paling bikin saya khawatir. Kehilangan uang setelah bekerja sekian lama pasti tidak akan oke," katanya.

Jatuh bangun Bitcoin

Nilai Bitcoin naik turun secara dramatis tahun lalu.

Pada September 2020 naik dari US$10.000 per koin menjadi US$63.000 pada April 2021, kemudian meluncur ke US$30.000 pada Juli tahun ini. 

Nilai Bitcoin naik lagi dalam beberapa pekan terakhir menjadi US$51.000 dan sejumlah analis menghubungkannya dengan kabar di El Salvador. 

Senin lalu muncul postingan viral di Reddit: "Jadi ... apa kita semua akan membeli Bitcoin seharga US$30 pada Selasa?" 

Ketidakpastian uang kripto 

Namun, survei dari Central America University (UCA) menunjukkan bahwa hanya 4,8% dari 1.281 respoden yang mengerti apa itu Bitcoin dan bagaimana bisa digunakan. 

Lebih dari 68% responden mengaku tidak setuju menggunakan mata uang kripto sebagai alat pembayaran yang sah. 

Seorang perempuan 70 tahun bernama Jeanette Sandoval, yang menjual kebutuhan pokok dengan layanan antar ke rumah bersama putranya, mengaku tidak ingin ikut-ikutan.

"Saya sebenarnya selalu terbuka dengan perubahan, tapi kali ini saya tidak setuju. Para pelanggan saya mengatakan tidak akan membayar dengan Bitcoin. 

"Di negara saya ini masih banyak orang yang buta huruf maupun yang tidak punya ponsel, tidak pintar, dan dari kalangan tua. Mereka tidak akan menggunakannya. 

"Untuk saat ini saya tidak akan mengunduh aplikasi itu, mungkin saya akan melakukannya suatu hari nanti. Saya tidak tertarik dikasih 30 dolar dalam dompet digital itu. Saya lebih suka mendapat nafkah dari kerja keras, dan ini sudah saya lakukan." 

Protes terhadap Bitcoin

Lebih dari 200 mesin ATM baru dipasang di penjuru El Salvador yang bisa menukar uang dolar AS dengan Bitcoin. 

Namun sudah muncul sejumlah aksi protes di ibu kota San Salvador, yang menandakan masih kurangnya rasa percaya dari rakyat yang merasa langkah itu merupakan muslihat dari kebijakan kontroversial pemerintah tersebut. 

Kontrol dari pemerintah

Banyak pemerintah di penjuru dunia, seperti China, yang justru mengambil langkah sebaliknya dengan membatasi penerapan mata uang kripto melalui aturan-aturan yang ketat. 

Namun, mantan penduduk El Salvador yang kini tinggal di AS dan sangat antusias dengan Bitcoin, Gerson Martinez, merasa El Salvador tidak akan jadi negara satu-satunya yang memberlakukan mata uang kripto itu jadi alat pembayaran.

"Sulit untuk menggambarkan harapan dan kegembiraan bahwa negara kami itu akan menjadi kartu domino pertama dalam transisi yang tidak terelakkan itu. Waktu yang tepat menjadi orang El Salvador," ujarnya. (dn/sumber: bbcindonesia.com)