Pemegang Saham Boeing Gugat Direksi atas Kecelakaan Fatal Pesawat Lion Air dan Ethiopian Airlines

  • Oleh : Redaksi

Kamis, 09/Sep/2021 16:23 WIB


WASHINGTON (BeritaTrans.com) - Dewan direksi Boeing harus menghadapi gugatan hukum dari para pemegang saham terkait dua kecelakaan fatal yang menewaskan ratusan orang, seorang hakim Amerika Serikat (AS) memutuskan.

Kantor berita AFP melaporkan, pabrikan 737 MAX dilarang terbang selama 20 bulan di seluruh dunia pada Maret 2019 setelah 346 orang tewas dalam dua kecelakaan.

Baca Juga:
CEO Boeing Buka Suara Atas Insiden Kecelakaan Pesawat 737 Max 9

Bencana tersebut mencakup kecelakaan Lion Air di Indonesia pada 2018 dan kecelakaan Ethiopian Airlines pada tahun berikutnya.

Putusan panjang tersebut menyatakan bahwa "Dewan seharusnya mengindahkan tetapi malah mengabaikan" sebuah "bendera merah" tentang sistem keselamatan pesawat, yang dikenal sebagai MCAS, setelah kecelakaan pertama. MCAS adalah sebuah fitur baru di 737-8 MAX.

Baca Juga:
SpiceJet Setop 90 Pilot Terbangkan Pesawat Boeing 737 MAX hingga Pelatihan Dinilai Memadai

"Pemegang saham dapat mengejar klaim pengawasan perusahaan terhadap dewan," kata Morgan Zurn, hakim yang bertugas di pengadilan Delaware, menolak dua klaim lainnya.Spanduk besar bertuliskan 777X di lantai perakitan Boeing 777X saat tur untuk media di Everett, Washington, 27 Februari 2019. (Foto: Reuters)

Boeing mengatakan kepada BBC, mereka akan "mempertimbangkan langkah selanjutnya.”

Baca Juga:
China Southern Airlines akan Borong 142 Boeing 737 MAX

Setelah dua kecelakaan itu, perusahaan menghadapi denda yang besar.

Pada awal tahun, Boeing setuju untuk membayar denda seebsar $2,5 miliar dan menyelesaikan tuntutan pidana atas klaim bahwa mereka menipu regulator yang mengawasi 737 MAX.

Kemudian pada Mei, Boeing juga setuju untuk membayar denda $17 juta dan memperbaiki rantai pasokan dan praktik produksinya setelah memasang peralatan yang tidak disetujui di ratusan pesawat.

Pesawat Boeing 373 MAX baru diizinkan untuk kembali mengudara pada akhir 2020. Perusahaan itu juga menderita akibat runtuhnya industri perjalanan akibat pandemi COVID-19.

Boeing tidak menanggapi permintaan komentar AFP

Kelemahan sertifikasi FAA

Sebelumnya menurut laporan yang dirilis pada Rabu (24/2/2021), Inspektur Jenderal Departemen Perhubungan menyalahkan "kelemahan" dalam sertifikasi pemerintah terhadap pesawat Boeing 737 MAX yang dilarang terbang selama 20 bulan setelah dua kecelakaan yang menewaskan 346 orang.

Laporan setebal 63 halaman itu mengatakan Dinas Penerbangan Federal Amerika (FAA) tidak memahami sepenuhnya tentang sistem keselamatan Boeing Co yang terkait kedua kecelakaan itu.

Laporan itu juga mengatakan "masih banyak yang harus dilakukan" untuk mengatasi masalah yang belum terselesaikan. Laporan itu juga mengutip "kelemahan manajemen dan pengawasan."

FAA setuju menerapkan seluruh 14 rekomendasi dalam laporan itu dan mengatakan "telah membuat kemajuan substansial menuju implementasi reformasi yang disampaikan dalam sejumlah rekomendasi itu."

Boeing mengatakan telah "melakukan perubahan signifikan untuk memperkuat praktik keselamatan, dan membuat kemajuan" terhadap rekomendasi yang diuraikan dalam laporan itu. Laporan itu mencatat "contoh di mana teknisi perusahaan yang sama mengerjakan desain tertentu dan kemudian menyetujui desain itu" sebagai karyawan Boeing yang melakukan tugas sertifikasi untuk FAA.

Laporan itu menambahkan FAA perlu berbuat lebih banyak untuk memastikan personel yang melakukan tugas sertifikasi "cukup independen." Itu adalah laporan kedua dari kantor inspektur jenderal tentang kecelakaan fatal itu. Yang pertama, dikeluarkan pada Juni lalu, mengungkapkan Boeing tidak mengirim dokumen ke FAA.

Pada Desember, Kongres mengeluarkan undang-undang yang mereformasi cara FAA mensertifikasi pesawat, terutama praktik yang sudah lama berjalan: mendelegasikan beberapa tugas sertifikasi kepada produsen.

737 MAX American Airlines Bermasalah

 

American Airlines Boeing 737 MAX 8, dalam penerbangan dari Miami ke New York City, akan mendarat di Bandara LaGuardia di New York, AS, 12 Maret 2019. (Foto: REUTERS/Shannon Stapleto)American Airlines Boeing 737 MAX 8, dalam penerbangan dari Miami ke New York City, akan mendarat di Bandara LaGuardia di New York, AS, 12 Maret 2019. (Foto: REUTERS/Shannon Stapleto)

Sementara itu, American Airlines Co, Jumat (5/3/2021), mengatakan bahwa penerbangan Boeing 737 MAX menuju Bandara Internasional Newark Liberty New Jersey sempat dalam keadaan darurat setelah kapten mematikan satu mesinnya. Tindakan itu dilakukan karena kemungkinan adanya masalah mekanis.

Meski demikian, maskapai itu mengatakan penerbangan 2555 Amerika dari Miami dengan 95 penumpang dan enam awak mendarat dengan selamat di Newark tanpa insiden.

Reuters melaporkan masalah yang mungkin terjadi pada penerbangan itu terkait dengan tekanan oli mesin atau indikator volume dan tidak terkait dengan sistem MCAS. Maskapai mengatakan dua kecelakaan fatal 737 MAX pada 2018 dan 2019 -yang mendorong pesawat dilarang terbang selama 20 bulan- diduga berkaitan dengan sistem itu.

Boeing Co mengatakan telah mengetahui hal tersebut dan Administrasi Penerbangan Federal (FAA) mengatakan akan menyelidikinya.Pesawat Boeing 737 MAX yang terparkir di fasilitas Boeing di Bandara Grand County, di Moses Lake, Washington, 17 November 2020. (Foto: Reuters)

American Airlines adalah maskapai penerbangan AS pertama yang melanjutkan penerbangan 737 MAX mulai akhir tahun lalu, menyusul persetujuan FAA untuk pembaruan keselamatan Boeing.

Ketika pesawat diizinkan untuk terbang lagi, administrator FAA Steve Dickson mengatakan dia yakin bahwa jet itu aman, Namun ia memperingatkan bahwa masalah mekanis dalam penerbangan kadang-kadang terjadi pada semua pesawat komersial.

“Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa suatu saat di masa mendatang, sebuah Boeing 737 MAX akan kembali ke bandara asalnya, dialihkan, atau mendarat di tempat tujuan dengan sebenarnya atau diduga ada masalah dalam penerbangan,” ujarnya.

FAA mengevaluasi semua peristiwa yang melibatkan maskapai penerbangan AS, katanya pada saat itu, menambahkan: “Sangat penting untuk membedakan antara peristiwa rutin yang terjadi dengan pesawat mana pun dan masalah keselamatan akut yang menyebabkan hilangnya nyawa dan pelarangan terbang MAX.” (VOA).