Perubahan Iklim Hancurkan Sejumlah Situs Kuno di Afrika

  • Oleh : Redaksi

Senin, 13/Sep/2021 09:09 WIB


MULAI seni batu di ujung selatan Afrika hingga piramida di sepanjang Sungai Nil, peradaban manusia meninggalkan jejak di seluruh Afrika.

Namun kondisi cuaca ekstrem, kenaikan permukaan laut dan berbagai tantangan lain terkait dengan pemanasan global berisiko menghancurkan tempat-tempat penting yang dianggap sebagai warisan dunia, sebut laporan terbaru.

Baca Juga:
Menteri LHK Ajak Generasi Muda Ikut Aktif Memitigasi Perubahan Iklim

Dalam jurnal Azania, tim peneliti dari Inggris, Kenya dan Amerika Serikat mengatakan, "Tanpa intervensi besar, sebagian dari warisan paling penting di Afrika akan hilang akibat dari dampak langsung dan tidak langsung perubahan iklim selama dekade-dekade mendatang."

Peringatan ini dikeluarkan ketika para arkeolog di Sudan berusaha mencegah aliran dari Sungai Nil masuk ke situs Warisan Dunia al-Bajrawiya.

Baca Juga:
Menggugah Kesadaran tentang Perubahan Iklim Melalui Seni

Piramida Meroe di situs Warisan Dunia al-Bajrawiya, SudanSitus Warisan Dunia al-Bajrawiya berisi barang-barang peninggalan berusia 2.300 tahun. Foto: Getty Images.

Pernah menjadi pusat Kerajaan Mereotik selama 2.000 tahun, di situs tersebut terdapat ratusan peninggalan.

Baca Juga:
Kurangi Emisi untuk Tekan Krisis Ozon agar Bumi Tetap Layak Huni

Meskipun banjir Sungai Nil terjadi setiap tahun, penduduk di setempat mengatakan banjir tahun ini lebih buruk, menyebabkan sekitar 100 orang meninggal dunia dan sekitar 500.000 warga kehilangan tempat tinggal.

Para ilmuwan mengatakan perubahan cuaca dan urbanisasi predator di sepanjang pinggiran sungai menjadi penyebabnya.

Berikut sejumlah situs penting yang terancam musnah karena perubahan iklim.

Sabratha, Libya

Situs Sabratha di Libia

Sabratha adalah tempat perdagangan kuno pada abad kelima sebelum Masehi. Foto: Getty Images.

Lima situs warisan dunia di Libia termasuk kategori terancam punah, karena rusak akibat perang.

Di antaranya adalah kota kuno di zaman Phoenicia, Sabratha, yang memainkan peran penting dalam perdagangan antara pedalaman Afrika dan Mediterania.

Sabratha, LibiaKekayaan Sabratha meliputi teater seperti ini. Foto: Getty Images.

Sekarang bukti-bukti menunjukkan Sabratha sudah tergerus erosi, mengalami dampak kenaikan peningkatan air laut, penurunan muka tanah dan gelombang besar karena badai.

Suakin, pesisir Laut Merah Sudan

Pulau pelabuhan Suakin, di Sudan barat laut, pernah menjadi pelabuhan penting di Laut Merah.

Gapura kota Suakin, SudanSuakin memiliki sejarah panjang karena lokasinya yang strategis di pesisir Laut Merah. Foto: Getty Images.

Sejarahnya bermula 3.000 tahun lalu ketika para firaun Mesir mengubah pelabuhan yang strategis itu menjadi pintu gerbang perdagangan dan eksplorasi.

Dalam perjalanan sejarahnya, Suakin menjadi tempat pemberangkatan calon jemaah haji ke Mekkah dan memainkan peran penting dalam perdagangan budak di Laut Merah.

Pada Abad Pertengahan, Suakin menjadi bagian dari Kesultanan Utsmaniyah.

Suakin pada tahun 1930Foto yang diambil pada tahun 1930 ini menunjukkan kemegahan Suakin. Foto: Getty Images.

Namun sebagian besar Suakin sudah rusak sejak tidak lagi menjadi pelabuhan penting, dikalahkan oleh Pelabuhan Sudan, 100 tahun lalu.

Menurut UNESCO, Suakin masih memiliki contoh-contoh rumah dan masjid yang indah.

Pada tahun 2018, Sudan dan Turki menandatangani kontrak selama 99 tahun untuk memugar Suakin untuk kepentingan pariwisata, tetapi para pengkritik Turki menduga negara itu juga mempunyai ambisi militer.

Kota Tua Lamu, Kenya

Kota Tua Lamu (UNESCO World Heritage List, 2001)Lamu disebut sebagai kota tertua yang tetap ditempati di Kenya. Foto: Getty Images.

Kota Tua Lamu adalah permukiman Swahili paling tua dan paling terawat di Afrika Timur, kata UNESCO.

Tak seperti permukiman lain yang ditinggalkan di wilayah pesisir Afrika Timur, Lamu secara terus menerus tetap ditempati selama lebih dari 700 tahun.

Masih menurut UNESCO, Lamu berhasil mempertahankan integritas sosial dan kebudayaannya, dan telah menjadi pusat penting bagi kajian Islam dan kebudayaan Swahili.

Pemandangan di Kota Tua Lamu, KenyaSebagian garis pantai Lamu sudah terkikis sehingga bangunan-bangunan di pulau itu rentan. Foro: Museums of Kenya.

Namun, Lamu "mengalami sangat terdampak pengikisan garis pantai", yang artinya kota tua itu kehilangan pelindung alami yang sebelumnya ada dengan adanya pasir dan vegetasi.

Situs pesisir, Kepulauan Komoro

Kota Domoni di Pulau Anjouan, bagian dari Uni KomoroLima kota secara bersama-sama diajukan sebagai situs Warisan Dunia UNESCO: Domoni (dalam foto ini), Mutsamadu, Itsandra, Iconi dan Moroni. Foto: Getty Images.

Uni Komoro di lepas pantai Afrika Timur, belum mempunyai Situs Warisan Dunia UNESCO, tetapi negara itu berencana mengajukan empat situs.

Upaya sudah dimulai di kawasan Kesultanan Historis Komoro, yang mencakup area yang dikelilingi tembok di Domoni dari abad ke-12. Ini terletakdi Pulau Anjouan.

Di tempat tersebut masih berdiri istana dari abad ke-13 yang terawat dengan baik dan bangunan-bangunan lain dari abad ke-16.

Mutsamudu, Komoros, Maret 2019Mutsamudu adalah kota maritim dari Abad ke-14 di Pulau Anjouan. Tempat ini juga diajukan menjadi Warisan Dunia UNESCO. Foto: Getty Images.

Namun Kepulauan Komoro adalah salah satu lokasi yang "paling terancam" oleh kenaikan permukaan air laut di Afrika, kata Profesor Joanne Clarke, dosen senior di University of East Anglia, Inggris, yang juga memimpin penelitian terbaru ini.

Seni batu di Twyfelfontein, Namibia

Seni ukir batu di Situs Warisan Dunia Twyfelfontein, NamibiaSeni ukir batu di Situs Warisan Dunia Twyfelfontein, Namibia. Foto: Getty Images.

Perubahan iklim dapat meningkatkan kelembaban di daerah-daerah yang relatif kering, dan menciptakan lingkungan yang baik bagi tumbuhnya jamur dan kehidupan mikroba yang menempati bebatuan.

Itulah yang terjdi di situs-situs seperti Twyfelfontein, wilayah Kunene, Namibia, dan kota kuno Mapungubwe, sebuah situs arkeologi dari Zaman Besi di perbatasan antara Afrika Selatan, Zimbabwe dan Botswana.

Patung Sapi EmasPatung Sapi Emas ini ditemukan di situs Zaman Besi Mapungubwe di Afrika Selatan. Foto: Getty Images.

Mapungubwe dikenal karena bangunan-bangunan batu yang rumit pada Zaman Besi.

Kota Tua Djenné, Mali

Masjid Agung Djenné di Mali, dibangun dengan lumpur dari Sungai NigerSejarah luar biasa Djenné diukir mulai dari Abad ketiga SM. Foto: Getty Images.

Sekitar 2.000 rumah lumpur di Djenné menjadi salah satu ikon Mali. Didiami sejak 250 SM, Djenné kala itu adalah kota pasar dan penghubung penting dalam perdagangan emas lintas Sahara.

Pada abad ke-15 dan ke-16, kota itu menjadi salah satu pusat penyebaran Islam.

Namun perubahan iklim telah mempengaruhi ketersediaan lumpur berkualitas bagus yang digunakan oleh penduduk asli untuk membangun rumah-rumah seperti semula.

Penduduk setempat, yang juga mengalami penurunan pendapatan karena gagal panen, harus mengandalkan bahan yang lebih murah "yang secara drastis mengubah penampilan kota", sebut laporan hasil penelitian.

YaWarga Djenné harus beralih ke bahan lebih murah untuk memperbaiki rumah dan kondisi itu mengubah penampilan asli kota tersebut. Foto: Getty Images.

Profesor Clarke mengakatan: "Perubahan iklim mempunyai kemampuan, sebagaimana kami sampaikan dalam makalah, sebagai pengganda ancaman. Itu berdampak tidak langsung yang tentu lebih serius dibanding dampak langsung."

"Djenné adalah contoh yang rumit, yang menunjukkan bagaimana perubahan iklim dapat mempengaruhi kerentanan sosial dan ekonomi masyarakat setempat."

'Situs luar biasa indah'

Ancaman terhadap warisan Afrika tidak sekkedar perubahan itu sendiri, tetapi juga kemampuan masing-masing negara untuk memitigasi akibatnya.

Lukisan batu di Laas Geel, Somalia. Foto diambil Juni 2017

Seorang laki-laki duduk di dekat lukisan batu berusia 5.000 tahun yang menggambarkan pemburu dan hewan di Somalia. Foto: Getty Images.

Terdapat negara-negara seperti Mesir, yang terletak di wilayah dataran rendah yang "sangat berisiko mengalami banjir pada dekade-dekade mendatang" tetapi siap menghadapi sebagian tantangannya.

Di lain pihak, terdapat negara-negara lebih miskin atau yang dilanda perang, seperti Somalia, yang tak mampu memasukkan situs-situs mereka ke dalam daftar Warisan Dunia, apalagi melindungi mereka.

Delapan negara Afrika tidak memiliki situs yang diakui PBB, kata Profesor Clarke, walaupun mereka sebenarnya memiliki kawasan-kawasan yang memenuhi syarat.

"Dari segi arkeologi, kita tahu bahwa sebagian dari situs yang luar biasa indah terletak di ujung utara Somalia," katanya.

Penelitiannya bertujuan menjelaskan situs-situs tersebut, yang tak banyak diketahui dunia, dan ia khwatir "akan musnah dan tak seorang pun akan tahu."

Sumber: bbc.com.