Amerika Serikat Berunding dengan Taliban untuk Pertama Kali Sejak Tarik Mundur Pasukan dari Afghanistan

  • Oleh : Dirham

Senin, 11/Okt/2021 09:03 WIB
Bendera Taliban dijual di Kabul, Afghanistan. Bendera Taliban dijual di Kabul, Afghanistan.

DOHA (BeritaTrans.com) - Para pejabat Amerika Serikat untuk pertama kalinya menggelar perundingan tatap muka dengan pihak Taliban sejak Washington menarik mundur pasukannya dari Afghanistan pada Agustus lalu.

Perundingan di Qatar, menurut para pejabat AS, berfokus pada sejumlah topik, antara lain menahan sepak terjang kelompok-kelompok militan, evakuasi warga Amerika Serikat, dan akses bantuan kemanusiaan.

AS berkeras bahwa pertemuan tersebut tidak lantas berarti Washington memberi pengakuan kepada Taliban.

Berbicara setelah berunding dengan AS di Qatar, Amir Khan Muttaqi selaku menteri luar negeri Afghanistan yang ditunjuk Taliban, mengatakan, kedua belah pihak sepakat melaksanakan butir-butir kesepakatan Doha yang ditandatangani pada 2020 lalu.

Kesepakatan itu mencakup berbagai kewajiban yang dipikul Taliban dalam menempuh sejumlah langkah guna mencegah kelompok-kelompok seperti Al Qaeda mengancam keamanan AS dan sekutu-sekutunya.

Perundingan antara AS dan Taliban berlangsung sehari setelah serangan paling keji di Afghanistan sejak AS menarik mundur pasukannya.

Bom bunuh diri di Masjid Said Abad di Kota Kunduz menewaskan sedikitnya 50 orang dan mencederai lebih dari 100 orang lainnya.

"[Kami] menguburkan jenazah berdampingan satu sama lain karena kami tidak punya pilihan, dan kami harus menyiapkan kuburan massal," kata salah seorang pelayat.

Masjid tersebut merupakan tempat ibadah komunitas minoritas Syiah di Afghanistan yang berpenduduk mayoritas Sunni. Kelompok ISIS mengaku berada di balik serangan itu.

PBB mengatakan pengeboman itu adalah "serangan mematikan ketiga pekan ini yang tampak sengaja menargetkan institusi keagamaan" dan merupakan bagian dari "pola kekerasan yang mengganggu".

Menlu Afghanistan yang ditunjuk Taliban, Amir Khan Muttaqi, mengatakan para pejabat AS telah menyampaikan bahwa AS akan membantu mengantarkan vaksin Covid dan bantuan kemanusiaan.

Pihak AS belum membeberkan secara rinci perundingan tersebut, namun juru bicara Departemen Luar Negeri sebelumnya mengatakan para pejabat akan menggunakan pertemuan itu untuk mendesak Taliban menghargai hak-hak perempuan, membentuk pemerintahan inklusif, serta mengizinkan lembaga-lembaga kemanusiaan untuk beroperasi.

Perundingan ini akan berlanjut pada Minggu (10/10).

Kepada para wartawan, Muttaqi mengatakan, Taliban ingin memperbaiki hubungan dengan komunitas internasional. Akan tetapi, dia mengingatkan bahwa tidak ada satu pihak pun yang berhak mencampuri kebijakan dalam negeri negara manapun. (ds/sumber BBC News Indonesia)