Arab Saudi akan Bangun 16 Reaktor Nuklir, Israel Menentang

  • Oleh : Redaksi

Selasa, 26/Okt/2021 05:49 WIB


RIYADH (BeritaTrans.com) - Tahun 2016 silam pangeran Mohammed bin Salman memublikasikan program jangka panjang bernama Vision 2030 untuk mentransformasi perekonomian Arab Saudi setelah era kejayaan minyak berakhir.

Salah satunya adalah diversifikasi sumber energi, antara lain melalui energi nuklir. Dalam 25 tahun kedepan, Arab Saudi berniat membangun sedikitnya 16 reaktor nuklir dengan biaya lebih dari 80 milyar Dollar AS.

Baca Juga:
Amerika Serikat Kirim 6 Pesawat Pengebom Nuklir ke Dekat Indonesia, Ada Apa?

Erste Wasserstoffbombe (picture-alliance/dpa/US Department of Energy)

Senjata Pemusnah Massal?

Dalam sebuah wawancara Pangeran Mohammed bin Salman mengutarakan ambisinya mengembangkan senjata nuklir untuk mengimbangi Iran. "Arab Saudi tidak menginginkan senjata nuklir, tapi jika Iran memiliki senjata nuklir, kami akan mengikutinya." Kepemilikan senjata nuklir oleh Arab Saudi diyakini akan memperuncing Perang Dingin di Timur Tengah dan menempatkan kawasan dalam bahaya kiamat nuklir.

Baca Juga:
Upaya China Menjadi Kekuatan Militer Terbesar di Dunia: Menghabiskan Banyak Uang, Meningkatkan Cadangan Nuklir hingga Mengembangkan Rudal Hipersonik

Russland - Kronprinz Mohammed bin Salman und Vladimir Putin (picture-alliance /ZUMAPRESS/P. Golovkin)

Poros Nuklir

Meski keberatan terhadap eksistensi program nuklir di negara Arab, Amerika Serikat berkepentingan mendikte transfer teknologi nuklir kepada Arab Saudi, ketimbang mengalah pada Cina atau Rusia.

Baca Juga:
Prabowo Sikapi Kesepakatan Kapal Selam Nuklir AS, Inggris, Australia

Namun Riyadh tidak ingin menunggu lampu hijau dari Washington. Saat ini Arab Saudi diisukan aktif menjalin komunikasi dengan Rusia terkait alih teknologi nuklir.USA israelischer Ministerpräsident Benjamin Netanyahu besucht den US-Präsidenten Donald Trump (picture-alliance/AP Photo/E. Vucci)

Tekanan dari Israel

Iran aktif menyimak perkembangan program nuklir Arab Saudi. Sementara Israel melobi pemerintah Amerika Serikat untuk tidak menjual teknologi nuklir kepada negeri Wahabi tersebut.

Ketika Donald Trump menolak keberatan Yerusalem, PM Benjamin Netanyahu mendesak agar AS setidaknya melarang Arab Saudi memperkaya uranium di dalam negeri.London Mohammed bin Salman (picture-alliance/empics/V. Jones)

Ultimatum bin Salman

Namun Riyadh justru mendesak mendapat hak serupa Iran untuk bisa memperkaya Uranium di dalam negeri. Mohammed bis Salman berdalih, selain memiliki cadangan uranium dalam jumlah tinggi, Arab Saudi juga bisa melepas kebergantungan energi dengan memiliki fasilitas pengolahan uranium milik sendiri.

Tersandung Perjanjian Nuklir Iran

Tidak sedikit politisi di Washington dan Yerusalem yang meyakini, satu-satunya cara membatasi penyebaran teknologi nuklir di Timur Tengah dan meredakan ambisi atom Riyadh adalah dengan mengubah atau membatalkan sepenuhnya perjanjian atom Iran.

Dalam hal ini Iran sudah mengantongi dukungan Rusia, Cina dan Uni Eropa untuk tetap mempertahankan perjanjian nuklir sebagaimana adanya.

Deutschland Kernkraftwerk Brennelementesteuer Symbolbild (picture-alliance/dpa/M. Gambarini)

Demam Nuklir di Timur Tengah

Arab Saudi bukan satu-satunya negara Timur Tengah yang melirik energi nuklir. Uni Emirat Arab sudah mulai mengoperasikan pembangkit listrik pertama dengan nilai 25 miliar Dollar AS.

Sementara Mesir telah menandatangani perjanjian pembangunan empat pembangkit listrik tenaga nuklir senilai 30 miliar Dollar AS dengan Rusia. Yordania juga menggandeng Rusia buat mengawal program nuklirnya.

Sumber: dw.com.