Pesawat Israel Mendarat di Arab Saudi untuk Pertama Kali

  • Oleh : Redaksi

Kamis, 28/Okt/2021 13:54 WIB
Ilustrasi pesawat pribadi. (AP/Virgin Galactic) Ilustrasi pesawat pribadi. (AP/Virgin Galactic)

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Pesawat asal Israel mendarat di Riyadh, Arab Saudi, untuk pertama kali, pada Selasa (26/10). Kabar ini datang setelah pesawat Arab Saudi untuk pertama kalinya mendarat di Israel pada sehari sebelumnya.

Pesawat asal Israel yang mendarat di Bandara Riyadh merupakan tipe pesawat pribadi.

Baca Juga:
INACA: Iuran Pariwisata jadi Beban Tambahan Penumpang dan Maskapai Penerbangan

Walaupun tidak ada penerbangan komersial yang berlangsung antara Arab Saudi dan Israel, pendaratan pesawat ini menjadi bukti meningkatnya hubungan kedua negara itu.

Israel dan Saudi sendiri telah membuka wilayah udara mereka untuk saling dilewati sejak tahun lalu, dikutip dari The Jerusalem Post.

Baca Juga:
Pesawat Boeing 787 LATAM Airlines Terjun Bebas, Penumpang Terlempar dari Kursi hingga 50 Terluka

Sebelum pembukaan wilayah udara Saudi, pesawat Israel harus menghindari wilayah Saudi dalam penerbangan mereka. Salah satunya ketika pesawat itu ingin pergi ke Mumbai.

Akibat menghindari wilayah Saudi, perjalanan dari Tel Aviv ke Mumbai bertambah selama dua jam dan membuat maskapai penerbangan Israel mengalami banyak kerugian.

Baca Juga:
Hilangnya Pesawat Smart Aviation, Diduga Jatuh di Area Pegunungan

 

Wilayah udara sendiri kerap menjadi titik pertikaian antara Israel dengan musuh-musuhnya. Ada beberapa negara yang melarang penerbangan dan perjalanan pesawat yang melewati Israel. Beberapa di antaranya yakni Iran, Bangladesh, Oman, Pakistan, Qatar, Afghanistan, dan Yaman.

Sementara itu, beberapa negara Timur Tengah tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel terkait konflik dengan Palestina.

Namun, beberapa negara sudah menormalisasi hubungan mereka dengan Israel, yakni Bahrain, Uni Emirat Arab, Sudan, dan Maroko. Normalisasi ini berlangsung di bawah inisiasi mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Perjanjian ini dinilai merusak konsensus negara Arab yang menegaskan tak boleh ada normalisasi hubungan dengan Israel hingga terciptanya kesepakatan damai dengan Palestina.

Sebelumnya, hanya Mesir pada 1979, dan Yordania di 1994, yang telah menormalisasi hubungan dengan Israel.(amt/sumber cnnindonesia.com)